Batuan merupakan unsur bumi yang banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian watu itu sendiri yaitu benda padat yang berasal dari material bumi. Terdapat jenis-jenis batuan yang sanggup dimanfaatkan oleh insan untuk banyak sekali keperluan.
Banyak jenis batuan tersebar di permukaan bumi. Pengelompokkan jenis watu ditentukan oleh proses pembentukan serta ciri-cirinya. Kategorinya mencakup batuan beku, batuan sedimen atau endapan, serta watu metamorf atau malihan.
A. BATUAN BEKU
Batuan beku (igneus rock, ignis = api) yaitu batuan yang berasal dari magma yang membeku. Batuan ini tercipta lantaran adanya pembekuan lava dan magma.
Batuan beku yaitu batuan yang terbentuk akhir adanya pembekuan magma didalam bumi atau pembekuan lava di atas permukaan bumi.
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi.
Terdapat beberapa ciri batuan beku, yaitu berbentuk padat (solid), teksturnya keras, bersifat homogen dan kompak (seragam), tidak mempunyai lapisan, tidak mengandung fosil, dan mempunyai banyak warna yang disebabkan oleh materi penyusun batuannya.
Tekstur Batuan Beku
Tekstur yaitu kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan susunan butir mineral dalam batuan.
Tekstur merupakan korelasi antara massa mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan.
Struktur Batuan Beku
Struktur yaitu kenampakan korelasi antar cuilan batuan yang berbeda.
Struktur batuan beku sebagian hanya sanggup dilihat di lapangan saja mirip struktur pillow lava dan columnar joint, dan hanya sedikit yang sanggup diamati pada hand speciement sample.
Struktur batuan beku dibedakan menjadi lima, mencakup massive, jointing, vesikuler, flow, dan amigdaoidal.
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku sanggup diklasifikasikan antara lain menurut sifat kimia, tekstur, dan komposisi mineralnya :
Batuan beku dibedakan menjadi tiga macam, sebagai berikut:
B. BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil pengikisan atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organism yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
Batuan sedimen yaitu batuan yang terjadi lantaran adanya pelapukan atau pengikisan pada batuan beku. Pelapukan atau pengikisan ini terjadi lantaran disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pergerakan angin, air, es, atau acara makhluk hidup.
Secara umum, ciri batuan sedimen yaitu mempunyai warna terang, proses pemadatan disebut dengan diagenesa, ukuran partikel penyusunnya tidak sanggup diamati dengan mata biasa, serta mempunyai ragam bentuk dan kebundaran yang berbeda-beda.
Prosesnya sendiri terjadi lantaran hasil pengikisan tersebut mengalami pengendapan. Setelah beberapa lamanya, endapan itu akan memadat dan kemudian membentuk batuan sedimen.
Sebagian besar batuan sedimen, materi asalnya yaitu batuan beku dan sebagian kecil terbentuk dari sisa-sisa organisme (kehidupan). Hampir 4/5 permukaan bumi tertutup oleh batuan sedimen (batuan endapan).
Oleh lantaran efek kekuatan atau tenaga alam terutama tenaga dari luar permukaan bumi, mirip air, angin, pemanasan dan pendinginan, gelombang, dll, batuan beku sanggup lapuk dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (fragmen) atau terurai bermetamorfosis bahan-bahan pembentuknya atau sanggup pula bermetamorfosis garam-garam yang sanggup larut ke dalam air.
Air, angin, gletser, sanggup mengangkut bahan-bahan yang telah lapuk atau terurai tersebut dan mengendapkannya di tempat lain yang umumnya di tempat-tempat yang lebih rendah.
Dengan demikian secara berturut-turut terjadi proses pelapukan, pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) kemudian terbentuklah batuan sedimen.
Selama proses ini terjadilah seleksi yaitu bahan-bahan yang lebih besar dan berat diendapkan di tempat yang lebih akrab dengan tempat asalnya. Sedangkan yang lebih kecil /halus dan ringan diendapkan di tempat-tempat yang lebih jauh.
Setelah mengendap material-material tersebut terjadilah sementasi (perekatan) yang biasanya oleh CaCO3 atau SiO2 dan kompaksi (pemadatan), sehingga terbentuk batuan sedimen.
Puing-puing yang besar pada umumnya tetap tinggal dan mengendap di tempat terjadinya pelapukan.
Pembentukan sedimen di tempat asal atau di sekitar tempat terjadinya pelapukan disebut "eluvium", sedangkan pembentukan sedimen yang terjadi di tempat yang jauh dari asal batuan induknya disebut "aluvium".
Eluvium menghasilkan endapan atau sedimen "eluvial" contohnya breksi. Sedangkan aluvium menghasilkan endapan "aluvial" contohnya: konglomerat, batupasir, batulempung, dll.
Bagian-bagian yang larut biasanya hanya sanggup menjadi batuan sedimen sesudah melalui proses yang pelik, yakni proses kimiawi atau proses organis.
Ciri khas batuan sedimen yaitu pelapisannya (membentuk lapisan-lapisan), sehingga batuan sedimen disebut juga batuan berlapis (strata = lapisan).
Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
Tekstur Batuan Sedimen
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sedimen klastik dan nonklastik. Batuan sedimen klastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari materi-materi hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya.
Batuan sedimen nonklastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari material-material hasil acara kimia (termasuk biokimia). Dari kedua macam batuan sedimen tersebut dikenal tekstur klastik dan nonklastik.
1. Tekstur Klastik
Semua batuan sedimen klastik mempunyai tekstur klastik, yang perlu diperhatikan pada batuan tersebut yaitu ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir digunakan pembagian terstruktur mengenai ukuran butir dari Wentworth, yaitu:
Bentuk butir yang utama ada dua yaitu membulat dan meruncing. Bentuk butir gres mempengaruhi penamaan bila butiran lebih besar dari 2 mm.
2. Tekstur Nonklastik
Semua batuan sedimen nonklastik mempunyai tekstur nonklastik. Ciri khas dari tekstur nonklastik yaitu adanya kristal-kristal yang saling menjari, tidak ada ruang berpori-pori antar butir, dan umumnya mono mineralik.
Kristal-kristal dalam batuan sedimen nonklastik sanggup berbentuk serabut, lembaran atau butiran. Butiran kristal dalam tekstur nonklastik diklasifikasikan sebagai berikut:
Klasifikasi butiran kristal dalam tekstur nonklastik:
Berbutir kasar ---› Berukuran lebih besar dari 5 mm
Berbutir sedang ---› Berukuran antara 1-5 mm
Berbutir halus ---› Berukuran lebih kecil dari 1 mm
Beberapa tekstur kristalin yang penting adalah:
a. Amorf:
partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau koloid, nonkristalin, misal: Rijang masif.
b. Oolitik:
tersusun oleh kristal-kristal kecil berbentuk bulat atau ellipsoid, terkumpul mirip telur ikan, butiran berukuran 0,25-2,0 mm, misal: Batugamping oolit.
c. Pisolitik:
mirip Oolitik, tetapi butiran berukuran lebih besar dari 2 mm, misal: Batugamping pisolitik.
d. Sakaroidal:
partikel-partikel berbutir halus, sama besar (equigranular), misal: Batugamping sakaroidal.
e. Kristalin:
bila tersusun oleh kristal-kristal besar.
Struktur Batuan Sedimen
Struktur dari batuan sedimen lebih tergantung pada gabungan antara kelompok-kelompok sedimenter daripada korelasi antar butir yang memilih dan mengontrol tekstur.
Struktur batuan sedimen yang besar- besar lebih baik dipelajari di lapangan daripada tumpuan genggaman.
Penamaan Batuan Sedimen
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir dan bentuk butir (tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi atau struktur. Ukuran butir dalam batuan sedimen klastik sanggup seragam sanggup tidak seragam, pada tidak seragam dikenal:
Klasifikasi Batuan Sedimen
C. BATUAN METAMORF
Batuan metamorf merupakan batuan yang terjadi lantaran adanya perubahan dari jenis batuan yang sudah ada (protolith). Batuan ini akan membawa perubahan, baik dari segi struktur maupun warna dari batuan aslinya.
Batuan metamorf sanggup terjadi lantaran adanya perubahan yang disebabkan oleh suhu yang tinggi akhir acara magma (metamorf kontak), adanya tekanan yang tinggi dari tenaga endogen (metamorf dinamo), dan adanya efek gas dalam magma (metamorf kontak pneumatolistis).
Batuan metamorf merupakan batuan yang telah mengalami perubahan akhir tekanan dan atau suhu yang tinggi (Temperatur lebih dari 2000°C dan tekanan lebih dari 300Mpa) yang terjadi secara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogy yang berbeda.
Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme. Metamorfisme sendiri sanggup dibagi menjadi 4, antara lain:
Pada umumnya, batuan metamorf mempunyai ciri warna yang beragam, mempunyai dua struktur, yaitu mempunyai belahan (foliasi) dan tidak mempunyai belahan (nonfoliasi), mengandung mineral mirip garnet, andalusi, kyanit, silimanit, dan stauroli.
Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur pada batuan metamorf diantaranya kristaloblastik dan palimpset (tekstur sisa).
Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf dibedakan menjadi dua, yaitu struktut foliasi dan struktur nonfoliasi.
Klasifikasi Batuan Metamorf
Klasifikasi yang paling sering digunakan yaitu menurut keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang berfoliasi sangat kuat, lemah, dan sangat lemah.
Sumber:
Sryono. 2004. Geologi Umum. Semarang: Jurusan Geografi FIS UNNES
Pengertian watu itu sendiri yaitu benda padat yang berasal dari material bumi. Terdapat jenis-jenis batuan yang sanggup dimanfaatkan oleh insan untuk banyak sekali keperluan.
Banyak jenis batuan tersebar di permukaan bumi. Pengelompokkan jenis watu ditentukan oleh proses pembentukan serta ciri-cirinya. Kategorinya mencakup batuan beku, batuan sedimen atau endapan, serta watu metamorf atau malihan.
A. BATUAN BEKU
Batuan beku (igneus rock, ignis = api) yaitu batuan yang berasal dari magma yang membeku. Batuan ini tercipta lantaran adanya pembekuan lava dan magma.
Batuan beku yaitu batuan yang terbentuk akhir adanya pembekuan magma didalam bumi atau pembekuan lava di atas permukaan bumi.
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi.
Terdapat beberapa ciri batuan beku, yaitu berbentuk padat (solid), teksturnya keras, bersifat homogen dan kompak (seragam), tidak mempunyai lapisan, tidak mengandung fosil, dan mempunyai banyak warna yang disebabkan oleh materi penyusun batuannya.
Tekstur Batuan Beku
Tekstur yaitu kenampakan batuan yang berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan susunan butir mineral dalam batuan.
Tekstur merupakan korelasi antara massa mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata dari batuan.
Selama pembentukan tekstur tergantung pada kecepatan dan orde kristalisasi. Dimana keduanya sangat tergantung pada temperature, komposisi kandungan gas, viskositas magma dan tekanan.
Dengan tekstur kita akan sanggup mengetahui sejarah pembentukan batuan.
Hukum yang berkaitan dengan tekstur batuan :
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dengan massa gelas dalam batuan. Berdasarkan derajat kristalisasinya, terkstur batuan beku dibedakan sebagai berikut:
a. Holokristalin : batuan seluruhnya terdiri atas massa kristal.
Gambar Andesit
b. Hipokristalin : batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas.
Gambar Granit
c. Holohyalin : batuan tersusun oleh massa gelas seluruhnya. Contoh : Obsidian = volcanic glass
Gambar 13. Obsidian
2. Granularitas
Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, sanggup sangat halus dan tidak sanggup dikenal meskipun dengan mikroskop, tetapi sanggup pula sangat kasar.
Berdasarkan tingkat granularitanya, tekstur batuan beku dibedakan sebagai berikut:
a. Afanitic ukuran butir halus (< 1 mm); menawarkan pembekuan yang cepat.
Gambar Rhyolite
b. Fanerik ukuran butir garang (1->30 mm); menawarkan pembekuan yang lambat. Contoh Granit, Diorit, dan Gabbro
Gambar Granite - polished
Fanerik dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Fanerik halus; diameter kristal < 1 mm
2. Fanerik sedang; diameter kristal 1-5 mm
3. Fanerik kasar; diameter kristal 5-30 mm
4. Fanerik sangat kasar; diameter kristal > 30 mm
c. Porphyritic campuran ukuran butir yang bermacam-macam.
Menunjukkan proses pembekuan yang bercampur. Umumnya pembekuan berjalan lambat gres kemudian pembekuan berjalan cepat.
3. Bentuk Kristal
4. Hubungan antar kristal
Dengan tekstur kita akan sanggup mengetahui sejarah pembentukan batuan.
Hukum yang berkaitan dengan tekstur batuan :
- Jika suatu mineral dilingkupi mineral lain maka mineral yang melingkupi lebih muda.
- Mineral yang berbentuk lebih awal biasanya euhedral daripada yang terbentuk kemudian.
- Jika suatu kristal kecil terdapat tolong-menolong dengan kristal besar, maka kristal besar terbentuk lebih dahulu
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dengan massa gelas dalam batuan. Berdasarkan derajat kristalisasinya, terkstur batuan beku dibedakan sebagai berikut:
a. Holokristalin : batuan seluruhnya terdiri atas massa kristal.
Gambar Andesit
b. Hipokristalin : batuan tersusun oleh massa kristal dan gelas.
Gambar Granit
c. Holohyalin : batuan tersusun oleh massa gelas seluruhnya. Contoh : Obsidian = volcanic glass
Gambar 13. Obsidian
2. Granularitas
Merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, sanggup sangat halus dan tidak sanggup dikenal meskipun dengan mikroskop, tetapi sanggup pula sangat kasar.
Berdasarkan tingkat granularitanya, tekstur batuan beku dibedakan sebagai berikut:
a. Afanitic ukuran butir halus (< 1 mm); menawarkan pembekuan yang cepat.
Gambar Rhyolite
b. Fanerik ukuran butir garang (1->30 mm); menawarkan pembekuan yang lambat. Contoh Granit, Diorit, dan Gabbro
Gambar Granite - polished
Fanerik dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Fanerik halus; diameter kristal < 1 mm
2. Fanerik sedang; diameter kristal 1-5 mm
3. Fanerik kasar; diameter kristal 5-30 mm
4. Fanerik sangat kasar; diameter kristal > 30 mm
c. Porphyritic campuran ukuran butir yang bermacam-macam.
Menunjukkan proses pembekuan yang bercampur. Umumnya pembekuan berjalan lambat gres kemudian pembekuan berjalan cepat.
3. Bentuk Kristal
- Euhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal sempurna.
- Subhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang sempurna.
- Anhedral : Bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal tidak sempurna.
4. Hubungan antar kristal
- Equigranular : Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama besar.
- Inequigranular : Bila secara relatif ukuran kristalnya mempunyai ukuran sama besar
Struktur Batuan Beku
Struktur yaitu kenampakan korelasi antar cuilan batuan yang berbeda.
Struktur batuan beku sebagian hanya sanggup dilihat di lapangan saja mirip struktur pillow lava dan columnar joint, dan hanya sedikit yang sanggup diamati pada hand speciement sample.
Struktur batuan beku dibedakan menjadi lima, mencakup massive, jointing, vesikuler, flow, dan amigdaoidal.
1. Massive
Struktur massif yaitu apabila batuan pejal, tanpa retakan maupun lubang-lubang gas. Struktur massive kalau tidak menawarkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
2. Jointing
bila batuan tampak mempunyai retakan. Struktur ini ditandai oleh kekar-kekar yang tegak lurus arah aliran. Struktur ini sanggup berkembang menjadi columnar joint.
Lava yang muncul ke permukaan keluar melalui kekar-kekar pada batuan. (rekahan pada batuan). Pada struktur columnar joint, lava akan membentuk mirip tiang-tiang searah dengan arah kekar yang tegak lurus arah aliran sehingga struktur yang nampak berbentuk tabular.
3. Vesikuler
suatu struktur batuan yang ditandai adanya lubang- lubang dengan arah teratur. Lubang-lubang ini terbentuk akhir keluarnya gas dari dalam batuan akhir adanya proses pembekuan.
Vesikuler bila batuan mempunyai lubang-lubang sejajar. Bila lubang- lubangnya sangat banyak, maka disebut:
bila ada kesan orientasi sejajar, menawarkan kesan aliran, baik oleh kristal-kristal maupun oleh lubang-lubang gas.
5. Amigdaloidal
bila lubang-lubang gas pada batuan terisi oleh mineral- mineral sekunder (yang terbentuk sesudah pembekuan magma).
Struktur amigdaloidal yaitu struktur dimana lubang-lubang tempat keluarnya gas terisi oleh mineral-mineral sekunder (zeolit, karbonat, silika).
6. Scoria
Struktur mirip vesicular tapi arah lubangnya tidak teratur.
7. Pillow Lava
Struktur yang dinyatakan pada batuan ekstruksi tertentu ukurannya antara 10 cm – 6 m dan jaraknya berdekatan. Struktur ini merupakan struktur khas bawah laut.
Struktur pillow lava ini terbentuk pada kawasan MOR (Mid oceanic ridge) atau punggungan tengah samudra, dimana lava yang keluar melalui MOR akan bertemu dengan air laut.
Akibat tekanan hidrostatis maka bentuk yang keluar akan membulat ibarat bantal. Struktur ini umumnya berasosiasi dengan sediment bahari dalam mirip rijang dan batugamping merah.
8. Xenolith
Struktur ini menunjukkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk/tertanam didalam batuan beku akhir peleburan tidak tepat suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
9. Autobreccia
Autobreccia yaitu struktur pada lava yang menunjukkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.
Struktur massif yaitu apabila batuan pejal, tanpa retakan maupun lubang-lubang gas. Struktur massive kalau tidak menawarkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
2. Jointing
bila batuan tampak mempunyai retakan. Struktur ini ditandai oleh kekar-kekar yang tegak lurus arah aliran. Struktur ini sanggup berkembang menjadi columnar joint.
Lava yang muncul ke permukaan keluar melalui kekar-kekar pada batuan. (rekahan pada batuan). Pada struktur columnar joint, lava akan membentuk mirip tiang-tiang searah dengan arah kekar yang tegak lurus arah aliran sehingga struktur yang nampak berbentuk tabular.
suatu struktur batuan yang ditandai adanya lubang- lubang dengan arah teratur. Lubang-lubang ini terbentuk akhir keluarnya gas dari dalam batuan akhir adanya proses pembekuan.
Vesikuler bila batuan mempunyai lubang-lubang sejajar. Bila lubang- lubangnya sangat banyak, maka disebut:
- Skorian (Skoriaceous) : bila sangat banyak, tidak teratur dan dijumpai pada batuan basa.
- Pumisan (Pumaceous) : bila lubang sangat banyak dan halus, batuan menjadi ringan (mengapung), dijumpai pada batuan asam.
bila ada kesan orientasi sejajar, menawarkan kesan aliran, baik oleh kristal-kristal maupun oleh lubang-lubang gas.
5. Amigdaloidal
bila lubang-lubang gas pada batuan terisi oleh mineral- mineral sekunder (yang terbentuk sesudah pembekuan magma).
Struktur amigdaloidal yaitu struktur dimana lubang-lubang tempat keluarnya gas terisi oleh mineral-mineral sekunder (zeolit, karbonat, silika).
Struktur mirip vesicular tapi arah lubangnya tidak teratur.
7. Pillow Lava
Struktur yang dinyatakan pada batuan ekstruksi tertentu ukurannya antara 10 cm – 6 m dan jaraknya berdekatan. Struktur ini merupakan struktur khas bawah laut.
Struktur pillow lava ini terbentuk pada kawasan MOR (Mid oceanic ridge) atau punggungan tengah samudra, dimana lava yang keluar melalui MOR akan bertemu dengan air laut.
Akibat tekanan hidrostatis maka bentuk yang keluar akan membulat ibarat bantal. Struktur ini umumnya berasosiasi dengan sediment bahari dalam mirip rijang dan batugamping merah.
8. Xenolith
Struktur ini menunjukkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk/tertanam didalam batuan beku akhir peleburan tidak tepat suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
Autobreccia yaitu struktur pada lava yang menunjukkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku sanggup diklasifikasikan antara lain menurut sifat kimia, tekstur, dan komposisi mineralnya :
1. Berdasarkan sifat-sifat kimianya, batuan berku dibedakan sebagai berikut:
a. Batuan beku asam (SiO2 > 66 %) :
bila terutama tersusun oleh mineral-mineral asam, biasanya berwarna cerah, putih hingga abu-abu. Termasuk di dalamnya yaitu kelompok Granit-Riolit.
b. Batuan beku sedang (SiO2 : 52-66 %) :
bila tersusun oleh mineal- mineral menengah antara asam dan basa, biasanya berwarna agak gelap hingga kehitaman. Termasuk di dalamnya yaitu kelompok Diorite-Andesit.
c. Batuan beku basa (SiO2 : 45-63 %) :
bila terutama tersusun oleh mineral-mineral basa, biasanya berwarna hitam hingga hitam kelam. Termasuk di dalamnya yaitu kelompok Gabro-Basalt.
d. Batuan beku ultra basa (SiO2 < 45 %) : bila tersusun oleh mineral- mineral yang sangat basa, biasanya berwarna hijau hingga hijau kehitaman. Termasuk di dalamnya yaitu batuan-batuan ultra basa yaitu Olivin.
2. Berdasarkan teksturnya, batuan beku dibedakan menjadi batuan yang bertekstur:
a. Fanerik Granular : mirip Granit
b. Afanitik : Basalt
c. Porfiritik : Granit Porfiri, Andesit Porfiri
d. Gelasan (Glassy) : Obsidian
e. Fragmental : Aglomerat
3. Berdasarka komposisi mineralnya, batuan beku dibedakan menjadi:
a. Kelompok Granit-Riolit,
terutama tersusun oleh mineral-mineral: Kuarsa, Ortoklas, Plagioklas Na, adakala ada Hornblende, Biotit.
a. Batuan beku asam (SiO2 > 66 %) :
bila terutama tersusun oleh mineral-mineral asam, biasanya berwarna cerah, putih hingga abu-abu. Termasuk di dalamnya yaitu kelompok Granit-Riolit.
b. Batuan beku sedang (SiO2 : 52-66 %) :
bila tersusun oleh mineal- mineral menengah antara asam dan basa, biasanya berwarna agak gelap hingga kehitaman. Termasuk di dalamnya yaitu kelompok Diorite-Andesit.
c. Batuan beku basa (SiO2 : 45-63 %) :
bila terutama tersusun oleh mineral-mineral basa, biasanya berwarna hitam hingga hitam kelam. Termasuk di dalamnya yaitu kelompok Gabro-Basalt.
d. Batuan beku ultra basa (SiO2 < 45 %) : bila tersusun oleh mineral- mineral yang sangat basa, biasanya berwarna hijau hingga hijau kehitaman. Termasuk di dalamnya yaitu batuan-batuan ultra basa yaitu Olivin.
2. Berdasarkan teksturnya, batuan beku dibedakan menjadi batuan yang bertekstur:
a. Fanerik Granular : mirip Granit
b. Afanitik : Basalt
c. Porfiritik : Granit Porfiri, Andesit Porfiri
d. Gelasan (Glassy) : Obsidian
e. Fragmental : Aglomerat
3. Berdasarka komposisi mineralnya, batuan beku dibedakan menjadi:
a. Kelompok Granit-Riolit,
terutama tersusun oleh mineral-mineral: Kuarsa, Ortoklas, Plagioklas Na, adakala ada Hornblende, Biotit.
b. Kelompok Diorit-Andesit,
terutama tersusun oleh: Plagioklas, mineral-mineral lainnya yang mungkin adalah: Kuarsa, Ortoklas, Hornblende, Biotit, Piroksen.
c. Kelompok Gabro-Basalt, terutama tersusun oleh: Plagioklas Ca dan Piroksen, mineral-mineral lainnya yang mungkin adalah: Hornblende, Olivin.
d. Kelompok ultra basa, terutama tersusun oleh Olivin, mineral-mineral lainnya: Plagioklas Ca dan Piroksen.
Batuan beku dibedakan menjadi tiga macam, sebagai berikut:
Ciri utama batuan beku dalam yaitu berstruktur holo kristali (semua mengkristal) atau granitis.
Semua cuilan dari batuan terdiri dari kristal-kristal.
Pada waktu terjadi pembekuan, turunnya suhu berjalan sangat lambat, maka terjadilah pengkristalan yang sempurna.
Ukuran kristalnya besar-besar dan kasar. Contoh batuan beku dalam yaitu watu granit, diorit, gabro, dan syenit.
GRANIT
Granit termasuk ke dalam batuan beku dalam, lantaran proses pendinginan magma terjadi di bawah permukaan bumi.
Banyak ditemukan di pinggir dan dasar sungai, atau pinggir pantai. Ciri-cirinya, yaitu berwarna putih, kadang bubuk hingga jingga, dan berbentuk kristal kasar.
Batuan granit sebagian besar terdiri atas kwarsa dan mengandung sejumlah besar feldspar (orthoklas).
Granit terdiri dari bermacam-macam mineral yang berbeda-beda warnanya. Oleh lantaran itu, warna umumnya sulit diketahui.
Warna granit yang banyak didapati yaitu merah, kelabu, putih dan hijau.
Granit banyak dimanfaatkan untuk materi dasar bangunan baik interior maupun eksterior, sebagai watu nisan, perhiasan, patung, materi pembuat paving.
DIORIT
Batu diorite terbentuk lantaran adanya peleburan magma balistik dan magma granit pada cuilan lempeng samudra. Memiliki tekstur yang sangat berpengaruh terhadap tekanan.
Variasi warnanya cukup beragam, yaitu cokelat kehitaman, abu-abu kehitaman, abu-abu dengan bercak putih dan masih banyak lainnya lagi.
Seperti halnya granit, diorit termasuk batuan asam (felsik). Batuan asam yaitu batuan yang kaya akan kwarsa (SiO20.
Batuan ini terdiri dari plagioklas, hornblenda (mineral gelap) dan lebih sedikit mengandung silisium dan kalsium daripada batuan granit.
Diorit sering digunakan untuk materi bangunan, ornamen hiasan dinding, materi pembuat lantai, perhiasan, dan sering dimanfaatkan sebagai materi membuat kerajinan.
GABRO
Batu gabro terbentuk lantaran pembekuan magma dalam gunung.
Ciri-cirinya, yaitu berwarna hitam, hijau, dan bubuk kegelapan. Oleh lantaran itu, gabro disebut juga dengan granit hitam.
Strukturnya massive, tidak berongga, atau pun mempunyai retakan. Inilah yang mengakibatkan watu gabro ini menjadi berpengaruh dan mempunyai daya serap air yang rendah.
Batuan gabro termasuk basa (mafik). Artinya miskin akan asam kersil (kwarsa). Mineral pembentuknya terutama terdiri dari pyroksin dan horblenda serta sedikit plagioklas.
Pada batuan ini banyak mengandung mineral hitam mirip hornblenda, olivin, pyroksin, dan biotit.
Gabro berfungsi untuk materi bangunan, design interior, materi adonan paving block, materi pembuat kerajinan, watu nisan, perhiasan, dan media panjat tebing.
SYENIT
Batuan ini kadar asal kisalnya (kwarsa) hampir sama dengan diorit. Mineal pembentuknya yaitu soda potash, feldspar, sedikit hornblenda, biotit, dan augit.
Semua cuilan dari batuan terdiri dari kristal-kristal.
Pada waktu terjadi pembekuan, turunnya suhu berjalan sangat lambat, maka terjadilah pengkristalan yang sempurna.
Ukuran kristalnya besar-besar dan kasar. Contoh batuan beku dalam yaitu watu granit, diorit, gabro, dan syenit.
GRANIT
Granit termasuk ke dalam batuan beku dalam, lantaran proses pendinginan magma terjadi di bawah permukaan bumi.
Banyak ditemukan di pinggir dan dasar sungai, atau pinggir pantai. Ciri-cirinya, yaitu berwarna putih, kadang bubuk hingga jingga, dan berbentuk kristal kasar.
Batuan granit sebagian besar terdiri atas kwarsa dan mengandung sejumlah besar feldspar (orthoklas).
Granit terdiri dari bermacam-macam mineral yang berbeda-beda warnanya. Oleh lantaran itu, warna umumnya sulit diketahui.
Warna granit yang banyak didapati yaitu merah, kelabu, putih dan hijau.
Granit banyak dimanfaatkan untuk materi dasar bangunan baik interior maupun eksterior, sebagai watu nisan, perhiasan, patung, materi pembuat paving.
DIORIT
Batu diorite terbentuk lantaran adanya peleburan magma balistik dan magma granit pada cuilan lempeng samudra. Memiliki tekstur yang sangat berpengaruh terhadap tekanan.
Variasi warnanya cukup beragam, yaitu cokelat kehitaman, abu-abu kehitaman, abu-abu dengan bercak putih dan masih banyak lainnya lagi.
Seperti halnya granit, diorit termasuk batuan asam (felsik). Batuan asam yaitu batuan yang kaya akan kwarsa (SiO20.
Batuan ini terdiri dari plagioklas, hornblenda (mineral gelap) dan lebih sedikit mengandung silisium dan kalsium daripada batuan granit.
Diorit sering digunakan untuk materi bangunan, ornamen hiasan dinding, materi pembuat lantai, perhiasan, dan sering dimanfaatkan sebagai materi membuat kerajinan.
GABRO
Batu gabro terbentuk lantaran pembekuan magma dalam gunung.
Ciri-cirinya, yaitu berwarna hitam, hijau, dan bubuk kegelapan. Oleh lantaran itu, gabro disebut juga dengan granit hitam.
Strukturnya massive, tidak berongga, atau pun mempunyai retakan. Inilah yang mengakibatkan watu gabro ini menjadi berpengaruh dan mempunyai daya serap air yang rendah.
Batuan gabro termasuk basa (mafik). Artinya miskin akan asam kersil (kwarsa). Mineral pembentuknya terutama terdiri dari pyroksin dan horblenda serta sedikit plagioklas.
Pada batuan ini banyak mengandung mineral hitam mirip hornblenda, olivin, pyroksin, dan biotit.
Gabro berfungsi untuk materi bangunan, design interior, materi adonan paving block, materi pembuat kerajinan, watu nisan, perhiasan, dan media panjat tebing.
SYENIT
Batuan ini kadar asal kisalnya (kwarsa) hampir sama dengan diorit. Mineal pembentuknya yaitu soda potash, feldspar, sedikit hornblenda, biotit, dan augit.
Magma yang bergerak naik ke permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang lebih cepat.
Akibatnya pada proses pembekuan sanggup terjadi pengkristalan yang kurang tepat yang disebut berstruktur porfiris, terdiri dari feldspar, biotit, kwarsa, dan kristal-kristal kecil yang halus disebut massa dasar (ground massa), sedangkan kristal besar yang terdapat di antara massa dasar disebut fenokris (kristal sulung).
Lokasi terjadinya pembekuan magma pada sela-sela lapisan batu-batuan atau pada corong diatrema /saluran magma yang sedang naik di lapisan kulit/kerak bumi.
Contoh dari batuan beku gang yaitu porfir granit, porfir syenit, dan porfir gabro.
Keistimewaan dari batuan beku gang yakni mempunyai susunan mineral yang sama dengan magma asalnya.
Tetapi di suatu tempat tertentu batuan beku dang sanggup menjadi lebih asam atau lebih basa dari suatu golongan tertentu.
Batuan beku gang yang berbutir halus dan kaya akan SiO2 disebut aplit. Sedangkan yang berbutir garang dan juga kaya akan SiO2 disebut dengan pegmatit.
Pada pegmatit adakala terdapat kristal feldspar yang panjangnya lebih dari satu meter.
Akibatnya pada proses pembekuan sanggup terjadi pengkristalan yang kurang tepat yang disebut berstruktur porfiris, terdiri dari feldspar, biotit, kwarsa, dan kristal-kristal kecil yang halus disebut massa dasar (ground massa), sedangkan kristal besar yang terdapat di antara massa dasar disebut fenokris (kristal sulung).
Lokasi terjadinya pembekuan magma pada sela-sela lapisan batu-batuan atau pada corong diatrema /saluran magma yang sedang naik di lapisan kulit/kerak bumi.
Contoh dari batuan beku gang yaitu porfir granit, porfir syenit, dan porfir gabro.
Keistimewaan dari batuan beku gang yakni mempunyai susunan mineral yang sama dengan magma asalnya.
Tetapi di suatu tempat tertentu batuan beku dang sanggup menjadi lebih asam atau lebih basa dari suatu golongan tertentu.
Batuan beku gang yang berbutir halus dan kaya akan SiO2 disebut aplit. Sedangkan yang berbutir garang dan juga kaya akan SiO2 disebut dengan pegmatit.
Pada pegmatit adakala terdapat kristal feldspar yang panjangnya lebih dari satu meter.
Magma yang telah keluar di permukaan bumi disebut lava.
Setelah hingga di permukaan bumi proses pendinginan berjalan sangat cepat, sehingga tidak ada kesempatan untuk berlangsungnya proses kristalisasi.
Kalau masih terdapat kristal itu sangat halus dan sudah sukar dilihat mata telanjang dan sulit sekali dibeda-bedakan.
Batuan dengan kristal mineral halus mirip ini disebut berstruktur aphanitis ata berstruktur amorf (tidak berbentuk).
Contoh dari batuan beku luar yaitu ryolit, andesit, trachit, basalt, obsidian, dan watu apung (pumice.
ANDESIT
Batu andesit merupakan watu yang berasal dari lelehan lava gunung berapi yang meletus dan terbentuk pada ketika temperatur lava mencapai suhu sekitar 900–1.100 derajat Celsius.
Karena prosesnya terjadi di luar permukaan bumi, andesit termasuk ke dalam batuan beku luar (efusit).
Ciri-cirinya, yaitu berwarna putih dengan adonan abu-abu, bahkan merah atau jingga, dan teksturnya halus. Banyak dimanfaatkan sebagai watu nisan, cobek, materi pembuat arca atau patung, dan materi bangunan.
OBSIDIAN
Nama lain dari watu obsidian yaitu watu kaca, lantaran struktur permukaannya halus dan mengilap. Memiliki warna hitam atau cokelat tua. Bersifat keras dengan bentukan serpihan sudut yang tajam dan ada tanda retakan.
Batu obsidian terbentuk dari lava cuilan permukaan yang membeku dalam waktu yang cepat. Batu ini banyak digunakan untuk alat pemotong, perhiasan, sebagai alat bantu penyembuhan penyakit, sering digunakan dalam ilmu astrologi, dan lainnya.
PUMICE
dolgadophoto.files.wordpress.com
Batu apung terbentuk lantaran proses pendinginan magma. Pendinginan ini membuat gelembung-gelembung gas yang karenanya menjadi struktur watu apung. Inilah yang mengakibatkan watu apung mempunyai banyak pori-pori.
Memiliki ciri warna keabu-abuan dan bersifat ringan sehingga sanggup terapung di permukaan air. Masyarakat banyak memanfaatkan watu ini sebagai alat penghalus kayu atau dinding, isolator dalam bidang industri, dan juga digunakan untuk kecantikan wajah serta kulit.
BASALT
Batu basalt sering juga disebut dengan watu lava dan termasuk dalam batuan beku luar (efusit). Batu ini terbentuk lantaran adanya pendinginan lava yang mengandung gas, tetapi gasnya telah menguap.
Teksturnya keras dan mempunyai butiran halus, namun tidak sanggup diamati eksklusif oleh mata. Batu basalt ini terdiri atas dua jenis, yaitu:
Basalt alkali, sanggup dijumpai di kawasan kerak benua dan pulau oseanik, mirip Hawaii; dan
Basalt theolitik, sanggup dijumpai di permukaan bumi yang berbentuk dataran tinggi, yang rata pada cuilan atasnya lantaran adanya proses erosi.
Manfaat watu basalt untuk insan yaitu sebagai pondasi bangunan rumah dan ornamen hiasan bangunan.
Setelah hingga di permukaan bumi proses pendinginan berjalan sangat cepat, sehingga tidak ada kesempatan untuk berlangsungnya proses kristalisasi.
Kalau masih terdapat kristal itu sangat halus dan sudah sukar dilihat mata telanjang dan sulit sekali dibeda-bedakan.
Batuan dengan kristal mineral halus mirip ini disebut berstruktur aphanitis ata berstruktur amorf (tidak berbentuk).
Contoh dari batuan beku luar yaitu ryolit, andesit, trachit, basalt, obsidian, dan watu apung (pumice.
ANDESIT
Batu andesit merupakan watu yang berasal dari lelehan lava gunung berapi yang meletus dan terbentuk pada ketika temperatur lava mencapai suhu sekitar 900–1.100 derajat Celsius.
Karena prosesnya terjadi di luar permukaan bumi, andesit termasuk ke dalam batuan beku luar (efusit).
Ciri-cirinya, yaitu berwarna putih dengan adonan abu-abu, bahkan merah atau jingga, dan teksturnya halus. Banyak dimanfaatkan sebagai watu nisan, cobek, materi pembuat arca atau patung, dan materi bangunan.
OBSIDIAN
Nama lain dari watu obsidian yaitu watu kaca, lantaran struktur permukaannya halus dan mengilap. Memiliki warna hitam atau cokelat tua. Bersifat keras dengan bentukan serpihan sudut yang tajam dan ada tanda retakan.
Batu obsidian terbentuk dari lava cuilan permukaan yang membeku dalam waktu yang cepat. Batu ini banyak digunakan untuk alat pemotong, perhiasan, sebagai alat bantu penyembuhan penyakit, sering digunakan dalam ilmu astrologi, dan lainnya.
PUMICE
dolgadophoto.files.wordpress.com
Batu apung terbentuk lantaran proses pendinginan magma. Pendinginan ini membuat gelembung-gelembung gas yang karenanya menjadi struktur watu apung. Inilah yang mengakibatkan watu apung mempunyai banyak pori-pori.
Memiliki ciri warna keabu-abuan dan bersifat ringan sehingga sanggup terapung di permukaan air. Masyarakat banyak memanfaatkan watu ini sebagai alat penghalus kayu atau dinding, isolator dalam bidang industri, dan juga digunakan untuk kecantikan wajah serta kulit.
BASALT
Batu basalt sering juga disebut dengan watu lava dan termasuk dalam batuan beku luar (efusit). Batu ini terbentuk lantaran adanya pendinginan lava yang mengandung gas, tetapi gasnya telah menguap.
Teksturnya keras dan mempunyai butiran halus, namun tidak sanggup diamati eksklusif oleh mata. Batu basalt ini terdiri atas dua jenis, yaitu:
Basalt alkali, sanggup dijumpai di kawasan kerak benua dan pulau oseanik, mirip Hawaii; dan
Basalt theolitik, sanggup dijumpai di permukaan bumi yang berbentuk dataran tinggi, yang rata pada cuilan atasnya lantaran adanya proses erosi.
Manfaat watu basalt untuk insan yaitu sebagai pondasi bangunan rumah dan ornamen hiasan bangunan.
B. BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil pengikisan atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organism yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa.
Batuan sedimen yaitu batuan yang terjadi lantaran adanya pelapukan atau pengikisan pada batuan beku. Pelapukan atau pengikisan ini terjadi lantaran disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pergerakan angin, air, es, atau acara makhluk hidup.
Secara umum, ciri batuan sedimen yaitu mempunyai warna terang, proses pemadatan disebut dengan diagenesa, ukuran partikel penyusunnya tidak sanggup diamati dengan mata biasa, serta mempunyai ragam bentuk dan kebundaran yang berbeda-beda.
Prosesnya sendiri terjadi lantaran hasil pengikisan tersebut mengalami pengendapan. Setelah beberapa lamanya, endapan itu akan memadat dan kemudian membentuk batuan sedimen.
Sebagian besar batuan sedimen, materi asalnya yaitu batuan beku dan sebagian kecil terbentuk dari sisa-sisa organisme (kehidupan). Hampir 4/5 permukaan bumi tertutup oleh batuan sedimen (batuan endapan).
Oleh lantaran efek kekuatan atau tenaga alam terutama tenaga dari luar permukaan bumi, mirip air, angin, pemanasan dan pendinginan, gelombang, dll, batuan beku sanggup lapuk dan terpecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (fragmen) atau terurai bermetamorfosis bahan-bahan pembentuknya atau sanggup pula bermetamorfosis garam-garam yang sanggup larut ke dalam air.
Air, angin, gletser, sanggup mengangkut bahan-bahan yang telah lapuk atau terurai tersebut dan mengendapkannya di tempat lain yang umumnya di tempat-tempat yang lebih rendah.
Dengan demikian secara berturut-turut terjadi proses pelapukan, pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) kemudian terbentuklah batuan sedimen.
Selama proses ini terjadilah seleksi yaitu bahan-bahan yang lebih besar dan berat diendapkan di tempat yang lebih akrab dengan tempat asalnya. Sedangkan yang lebih kecil /halus dan ringan diendapkan di tempat-tempat yang lebih jauh.
Setelah mengendap material-material tersebut terjadilah sementasi (perekatan) yang biasanya oleh CaCO3 atau SiO2 dan kompaksi (pemadatan), sehingga terbentuk batuan sedimen.
Puing-puing yang besar pada umumnya tetap tinggal dan mengendap di tempat terjadinya pelapukan.
Pembentukan sedimen di tempat asal atau di sekitar tempat terjadinya pelapukan disebut "eluvium", sedangkan pembentukan sedimen yang terjadi di tempat yang jauh dari asal batuan induknya disebut "aluvium".
Eluvium menghasilkan endapan atau sedimen "eluvial" contohnya breksi. Sedangkan aluvium menghasilkan endapan "aluvial" contohnya: konglomerat, batupasir, batulempung, dll.
Bagian-bagian yang larut biasanya hanya sanggup menjadi batuan sedimen sesudah melalui proses yang pelik, yakni proses kimiawi atau proses organis.
Ciri khas batuan sedimen yaitu pelapisannya (membentuk lapisan-lapisan), sehingga batuan sedimen disebut juga batuan berlapis (strata = lapisan).
Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
a. Kompaksi
Kompaksi yaitu pembentukan akhir beban akumulasi sedimen atau material lain yang mengakibatkan korelasi antar batir lebih lekat, air dalam pori-pori antar batir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
b. Sementasi,
Sementasi yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkan material terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral lempung) menyemen butiran-butiran sedimen menjadikan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
c. Rekristalisasi
Rekristalisasidimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) ketika sedimen terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
d. Pelarutan,
Pelarutan terjadi lantaran ada tekanan yang berasal dari sediment yang ada di atasnya sehingga menimbulkan panas dan karenanya terjadi pelarutan
e. Autijenesis, pembentukan mineral baru
f. Penggantian (replacement)
g. Bioturbasi
Bioturbasiyaitu penghancuran lapisan sedimen, sanggup menjadi lempung dan mempunyai porositas yang tinggi.
Kompaksi yaitu pembentukan akhir beban akumulasi sedimen atau material lain yang mengakibatkan korelasi antar batir lebih lekat, air dalam pori-pori antar batir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
b. Sementasi,
Sementasi yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkan material terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral lempung) menyemen butiran-butiran sedimen menjadikan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
c. Rekristalisasi
Rekristalisasidimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) ketika sedimen terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
d. Pelarutan,
Pelarutan terjadi lantaran ada tekanan yang berasal dari sediment yang ada di atasnya sehingga menimbulkan panas dan karenanya terjadi pelarutan
e. Autijenesis, pembentukan mineral baru
f. Penggantian (replacement)
g. Bioturbasi
Bioturbasiyaitu penghancuran lapisan sedimen, sanggup menjadi lempung dan mempunyai porositas yang tinggi.
Tekstur Batuan Sedimen
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sedimen klastik dan nonklastik. Batuan sedimen klastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari materi-materi hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya.
Batuan sedimen nonklastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari material-material hasil acara kimia (termasuk biokimia). Dari kedua macam batuan sedimen tersebut dikenal tekstur klastik dan nonklastik.
1. Tekstur Klastik
Semua batuan sedimen klastik mempunyai tekstur klastik, yang perlu diperhatikan pada batuan tersebut yaitu ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir digunakan pembagian terstruktur mengenai ukuran butir dari Wentworth, yaitu:
2. Tekstur Nonklastik
Semua batuan sedimen nonklastik mempunyai tekstur nonklastik. Ciri khas dari tekstur nonklastik yaitu adanya kristal-kristal yang saling menjari, tidak ada ruang berpori-pori antar butir, dan umumnya mono mineralik.
Kristal-kristal dalam batuan sedimen nonklastik sanggup berbentuk serabut, lembaran atau butiran. Butiran kristal dalam tekstur nonklastik diklasifikasikan sebagai berikut:
Klasifikasi butiran kristal dalam tekstur nonklastik:
Berbutir kasar ---› Berukuran lebih besar dari 5 mm
Berbutir sedang ---› Berukuran antara 1-5 mm
Berbutir halus ---› Berukuran lebih kecil dari 1 mm
Beberapa tekstur kristalin yang penting adalah:
a. Amorf:
partikel-partikel umumnya berukuran lempung atau koloid, nonkristalin, misal: Rijang masif.
b. Oolitik:
tersusun oleh kristal-kristal kecil berbentuk bulat atau ellipsoid, terkumpul mirip telur ikan, butiran berukuran 0,25-2,0 mm, misal: Batugamping oolit.
c. Pisolitik:
mirip Oolitik, tetapi butiran berukuran lebih besar dari 2 mm, misal: Batugamping pisolitik.
d. Sakaroidal:
partikel-partikel berbutir halus, sama besar (equigranular), misal: Batugamping sakaroidal.
e. Kristalin:
bila tersusun oleh kristal-kristal besar.
Struktur dari batuan sedimen lebih tergantung pada gabungan antara kelompok-kelompok sedimenter daripada korelasi antar butir yang memilih dan mengontrol tekstur.
Struktur batuan sedimen yang besar- besar lebih baik dipelajari di lapangan daripada tumpuan genggaman.
Struktur batuan sedimen dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
a. Struktur fisik
terbentuk lantaran proses-proses fisika, beberapa macam strukturnya adalah:
b. Struktur kimia, terbentuk lantaran proses-proses kimia. Macam-macamnya antara lain:
c. Struktur organik, terbentuk lantaran acara organisme. Contoh: struktur reef pada batugamping.
a. Struktur fisik
terbentuk lantaran proses-proses fisika, beberapa macam strukturnya adalah:
- Berlapis, terlihat di lapangan sebagai susunan yang berlapis-lapis. Bila ketebalan individu lapisan lebih besar dari lem dinamakan lapisan, sedangkan bila lebih kecil dari 1 cm dinamakan laminasi.
- Bergradasi, bila butiran-butiran dalam badan batuan dari bawah ke atas makin halus.
- Silang-siur, bila satu seri perlapisan yang saling memotong dalam badan batuan sedimen.
- Masif, bila dalam badan batuan sedimen tidak terlihat struktur sedimen.
b. Struktur kimia, terbentuk lantaran proses-proses kimia. Macam-macamnya antara lain:
- Konkresi, bila berbentuk bulat.
- Nodul, bila berbentuk tidak teratur.
c. Struktur organik, terbentuk lantaran acara organisme. Contoh: struktur reef pada batugamping.
Penamaan Batuan Sedimen
Penamaan batuan sedimen klastik ditentukan terutama oleh ukuran butir dan bentuk butir (tekstur), selain itu juga dibantu dengan komposisi atau struktur. Ukuran butir dalam batuan sedimen klastik sanggup seragam sanggup tidak seragam, pada tidak seragam dikenal:
Fragmen, yaitu butiran berukuran lebih besar.
Matriks, yaitu butiran-butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terdapat di sela-sela fragmen.
Semen, yaitu material yang sangat halus (hanya sanggup dilihat dengan mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri dari Silika, Kalsit, Oksida besi atau lempung.
Penamaan batuan sedimen nonklastik lebih ditentukan oleh komposisi mineralnya atau kimianya.
1. Batuan Sedimen Klastik
Contoh penamaan berdasarkan:
a. Ukuran butir:
b. Bentuk butir:
c. Ukuran butir dan komposisi:
d. Ukuran butir dan struktur:
Untuk penamaan batugamping klastik, diberi nama:
2. Batuan Sedimen Nonklastik
Contoh penamaan menurut komposisi:
Matriks, yaitu butiran-butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terdapat di sela-sela fragmen.
Semen, yaitu material yang sangat halus (hanya sanggup dilihat dengan mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri dari Silika, Kalsit, Oksida besi atau lempung.
Penamaan batuan sedimen nonklastik lebih ditentukan oleh komposisi mineralnya atau kimianya.
1. Batuan Sedimen Klastik
Contoh penamaan berdasarkan:
a. Ukuran butir:
- Batupasir: bila butiran berukuran pasir
- Batupasir kerikilan: butiran mayoritas berukuran pasir tetapi ada juga ukuran kerikil yang cukup banyak
b. Bentuk butir:
- Konglomerat: bila butiran membulat
- Breksi: bila butiran meruncing
c. Ukuran butir dan komposisi:
- Batupasir kuarsa: batupasir yang banyak mengandung kuarsa
- Batulempung gampingan: batulempung yang mengandung mineral karbonat.
d. Ukuran butir dan struktur:
- Serpih (Shale): batulempung berlaminasi
Untuk penamaan batugamping klastik, diberi nama:
- Kalsirudit: bila butiran berukuran lebih besar dari pasir
- Kalkarenit: bila butiran berukuran pasir
- Kalsilutit: bila butiran berukuran lempung
2. Batuan Sedimen Nonklastik
Contoh penamaan menurut komposisi:
- Batugamping kristalin: bila tersusun oleh kristal-kristal Kalsit.
- Batugamping koral: bila tersusun oleh Koral
- Dolomit: bila tersusun oleh Dolomit
- Rijang: bila tersusun oleh Silika
Klasifikasi Batuan Sedimen
Menurut proses terbentuknya, batuan sedimen dibagi menjadi tiga, yaitu batuan sedimen klastika/mekanis, batuan sedimen kimiawi, dan batuan sedimen organis.
Batuan Sedimen Klastik terdiri dari material-material pecahan atau hancuran batuan atau mineral yang sudah ada sebelumnya. (fragmen-pecahan besar dan matriks-pecahan kecil). Terbentuk sebagai akhir kompaksi dari material batuan beku, batuan sedimen lain, dan batuan malihan, dengan ukuran butir beragam. Karena pembentukan tersebut diakibatkan oleh angin, air, atau es, maka disebut juga batuan sedimen mekanik (mechanical sediment).
Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky, batupasir, batulempung, watu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit (tillite, konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batulanau dan sebagainya.
Jenis-Jenis Batuan Sedimen
1. Batu Pasir
Batu ini berasal dari butiran yang membeku (fragmen) yang berasal dari batuan asal atau kristal-kristal mineral dan banyak ditemukan di cekungan sedimen. Ciri-cirinya terdiri dari lapisan butiran pasir yang halus, berwarna cokelat, kuning, merah, abu-abu, dan putih.
Sering digunakan untuk materi kontruksi bangunan sebagai lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mengalirkan air (akuifer) dan sebagai materi pembuatan kaca.
2. Konglomerat
Batu Konglomerat
kepepetugas.wordpress.com
Proses terbentuknya, yaitu dari pengendapan pasir halus dan kerikil yang mengeras. Proses pengendapan ini biasanya disebabkan oleh tenaga air yang besar mirip ombak.
Oleh lantaran itulah watu konglomerat ini banyak ditemukan di sekitar pantai atau sungai yang mempunyai arus deras.
Ciri-cirinya berupa kerikil dengan bentuk bulat serta berbentuk watu dan pasir yang saling menempel. Teksturnya garang dan rata-rata mempunyai ukuran yang besar. Manfaatnya yaitu sebagai material materi bangunan dan juga sebagai hiasan rumah.
3. Gamping/Kapur
Batuan ini terjadi adanya proses pengendapan pada cangkang binatang, fosil, atau pun material lain yang terbuat dari kapur. Zat kapur ini lah yang mengakibatkan tekstur watu gamping menjadi kuat.
Ciri-cirinya berwarna putih keabuan, terdiri atas mineral calcite (kalsium carbonate), dan agak lunak. Batu sedimen ini sering digunakan sebagai materi adonan ekstraksi peleburan besi, materi baku pembuatan semen, dempul lem, dan cat.
4. Serpih
Batu serpih merupakan batuan sedimen dengan butir halus yang terbentuk dari pemadatan lumpur dan lempung. Tersusun dari gabungan mineral mirip illite, smektit, dan kaolinit.
Teksturnya lunak dengan permukaan yang halus dan licin dan mempunyai bau mirip tanah. Dimanfaatkan oleh insan sebagai materi dasar pembuatan semen dan gerabah.
5. Breksia
Batu breksia
posalu.wordpress.com
Batu breksia terbentuk lantaran adanya pengendapan sisa-sisa pelapukan batuan beku yang terbawa aliran dan berkumpul di kawasan singkapan, yaitu kawasan yang terdapat dalam batuan dasar bumi.
Batu ini berwarna hijau kekuningan atau cokelat keputihan. Mengandung banyak mineral mirip rijang, granit, kuarsa, dan watu gamping. Banyak dimanfaatkan sebagai materi bangunan, ornamen hiasan rumah mirip patung atau dinding, dan juga materi kerajinan.
6. Stalaktit dan stalagmit
Kedua jenis watu ini terbentuk lantaran adanya kumpulan kalsium karbonat (kalsit) yang berasal dari air yang menetes. Stalagmit merupakan batuan lancip yang terbentuk berlapis-lapis di lantai gua dan cuilan atasnya mengarah ke atas.
Sedangkan stalakit merupakan batuan runcing dan umumnya mempunyai lubang-lubang lancip dan mengarah ke cuilan bawah.
Memiliki warna putih dan krem, keberadaan batuan ini sering dijadikan sebagai objek wisata dan juga objek penelitian yang dilakukan oleh para pelajar ataupun ilmuwan.
7. Lempung
Batuan ini mempunyai tekstur padat. Sifatnya liat atau plastis, terdiri atas mineral yang berbentuk butiran halus. Proses terbentuknya lantaran adanya pelapukan batuan beku dan ditemukan di sekitar batuan induknya yang kemudian mengalami proses diagnesa.
Batu lempung sering digunakan sebagai materi dasar keramik dan kertas, membantu dalam proses pengeboran, serta industri palletizing bijih besi.
Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky, batupasir, batulempung, watu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit (tillite, konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batulanau dan sebagainya.
2. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bias juga dari hasil kegiatan organism. Reaksi yang dimaksud yaitu kristalisasi eksklusif atau reaksi organic (penggaraman unsure-unsur laut, pertumbuhan Kristal dari agregat Kristal yang terpresipitasi dan replacement). Ciri khas tekstur nonklastik adanya Kristal-krisatal yang saling menjari, tidak ada ruang berpori-pori antar butir, dan umumnya mono mineralik.Kristal-kristal dalam batuan sedimen nonklastik sanggup berbentuk serabut, lembaran atau butiran.
1. Batu Pasir
Batu ini berasal dari butiran yang membeku (fragmen) yang berasal dari batuan asal atau kristal-kristal mineral dan banyak ditemukan di cekungan sedimen. Ciri-cirinya terdiri dari lapisan butiran pasir yang halus, berwarna cokelat, kuning, merah, abu-abu, dan putih.
Sering digunakan untuk materi kontruksi bangunan sebagai lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mengalirkan air (akuifer) dan sebagai materi pembuatan kaca.
2. Konglomerat
Batu Konglomerat
kepepetugas.wordpress.com
Proses terbentuknya, yaitu dari pengendapan pasir halus dan kerikil yang mengeras. Proses pengendapan ini biasanya disebabkan oleh tenaga air yang besar mirip ombak.
Oleh lantaran itulah watu konglomerat ini banyak ditemukan di sekitar pantai atau sungai yang mempunyai arus deras.
Ciri-cirinya berupa kerikil dengan bentuk bulat serta berbentuk watu dan pasir yang saling menempel. Teksturnya garang dan rata-rata mempunyai ukuran yang besar. Manfaatnya yaitu sebagai material materi bangunan dan juga sebagai hiasan rumah.
3. Gamping/Kapur
Batuan ini terjadi adanya proses pengendapan pada cangkang binatang, fosil, atau pun material lain yang terbuat dari kapur. Zat kapur ini lah yang mengakibatkan tekstur watu gamping menjadi kuat.
Ciri-cirinya berwarna putih keabuan, terdiri atas mineral calcite (kalsium carbonate), dan agak lunak. Batu sedimen ini sering digunakan sebagai materi adonan ekstraksi peleburan besi, materi baku pembuatan semen, dempul lem, dan cat.
4. Serpih
Batu serpih merupakan batuan sedimen dengan butir halus yang terbentuk dari pemadatan lumpur dan lempung. Tersusun dari gabungan mineral mirip illite, smektit, dan kaolinit.
Teksturnya lunak dengan permukaan yang halus dan licin dan mempunyai bau mirip tanah. Dimanfaatkan oleh insan sebagai materi dasar pembuatan semen dan gerabah.
5. Breksia
Batu breksia
posalu.wordpress.com
Batu breksia terbentuk lantaran adanya pengendapan sisa-sisa pelapukan batuan beku yang terbawa aliran dan berkumpul di kawasan singkapan, yaitu kawasan yang terdapat dalam batuan dasar bumi.
Batu ini berwarna hijau kekuningan atau cokelat keputihan. Mengandung banyak mineral mirip rijang, granit, kuarsa, dan watu gamping. Banyak dimanfaatkan sebagai materi bangunan, ornamen hiasan rumah mirip patung atau dinding, dan juga materi kerajinan.
6. Stalaktit dan stalagmit
Kedua jenis watu ini terbentuk lantaran adanya kumpulan kalsium karbonat (kalsit) yang berasal dari air yang menetes. Stalagmit merupakan batuan lancip yang terbentuk berlapis-lapis di lantai gua dan cuilan atasnya mengarah ke atas.
Sedangkan stalakit merupakan batuan runcing dan umumnya mempunyai lubang-lubang lancip dan mengarah ke cuilan bawah.
Memiliki warna putih dan krem, keberadaan batuan ini sering dijadikan sebagai objek wisata dan juga objek penelitian yang dilakukan oleh para pelajar ataupun ilmuwan.
7. Lempung
Batuan ini mempunyai tekstur padat. Sifatnya liat atau plastis, terdiri atas mineral yang berbentuk butiran halus. Proses terbentuknya lantaran adanya pelapukan batuan beku dan ditemukan di sekitar batuan induknya yang kemudian mengalami proses diagnesa.
Batu lempung sering digunakan sebagai materi dasar keramik dan kertas, membantu dalam proses pengeboran, serta industri palletizing bijih besi.
Sedimen kimiawi yaitu sedimen yang pembentukannya dari pengendapan mineral yang terlarut dalam air.
- Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang mineral penyusunnya yang bersifat monomineral, yang dikenal sebagai mineral garam. Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis-lapis. Contohnya batuan evaporit yang utama: batuan gip, batuan anhidrit dan watu garam (halit).
- Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu batuan yang bersifat monomineral, dan banyak serta langka terdapat sebagai batuan, mirip rijang (chert)
- Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang mineral penyusunnya yang bersifat monomineral, yang dikenal sebagai mineral garam. Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis-lapis. Contohnya batuan evaporit yang utama: batuan gip, batuan anhidrit dan watu garam (halit).
- Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk ke dalam golongan ini yaitu batuan yang bersifat monomineral, dan banyak serta langka terdapat sebagai batuan, mirip rijang (chert)
Batuan sedimen organic berasal dari akumulasi tumbuhan dan fauna yang telah mati, contohnya :
1. Batu gamping, cangkang, terumbu
2. Radiolaria (dari radiolarian bahari dalam)
3. Diatomea (dari tumbuhan)
4. Batubara (dari mangrove)
5. Hidrokarbon dan gas (dari foraminifera)
1. Batu gamping, cangkang, terumbu
2. Radiolaria (dari radiolarian bahari dalam)
3. Diatomea (dari tumbuhan)
4. Batubara (dari mangrove)
5. Hidrokarbon dan gas (dari foraminifera)
Batuan Karbonat
Batuan karbonat yaitu batuan yang terdiri dari material karbonat yang terdiri dari butiran dan matrik sebanyak 75% tanpa semen. Contohnya yaitu limestone dan dolostone. Tekstur dari batuan ini tidak sama dengan batuan lainnya (mono mineral).
Terdapat tiga jenis proses pengubahan yang mengakibatkan sedimen karbonat bermetamorfosis batuan karbonat. Ketiga proses ini yaitu :
1. Litifikasi sedimen karbonat
2. Pengkristalan kalsium karbonat yang semula dalam keadaan membatu
3. Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat
Komponen utama batuan karbonat terdiri dari 6 komponen, yaitu:
1. Butiran (the allochemical component)
o non skeletal : ooids (< 2mm), pisoids, coated grains (inti : fosil), intraclasts, extraclasts
o skeletal components : fosil
2. Lumpur karbonat
- matriks diantara butiran; material alogenik (lumpur karbonat) maupun autigenik (mikrokristalin)
- mikrit (mikrokristalin ukuran < 5 m); mikrospar (5-15 m)
3. Komponen Terigen : non karbonat (kuarsa, felspar, dll)
4. Semen Kalsit Spar : mengisi antara butiran / rongga; lebih garang dari mikrit
5. Mineral Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6. Rongga : semua celah/tempat yang sanggup diisi oleh air, hidrokarbon, maupun udara
Klasifikasi Batuan Karbonat
Berdasarkan ukuran butir : kalsirudit (> 2mm), kalkarenit (62 m – 2 mm), kalsilutit (< 62 m)
Klasifikasi R.I. Folk :
• berdasarkan komposisi : alochem, matriks dan semen
• Bio (butiran skeletal), oo (ooid), pel (peloid), intra (intraklas)
• macam-macam : Biosparit (komponen bioklas, mayoritas kalsit spar); pelsparit, oosparit, intrasparit, biolithit (berasal dari terumbu)
• berdasarkan % kehadiran (1) allochems, (2) calcite cement / 'spar", dan (3) matriks kalsit berukuran kriptokristalin (“micrite”) - mikrokristalin.
• allochem : intraklas, ooids, pellets, bioklas.
• intraklas : “intra-formational rock fragments” terdiri dari kalsit kriptokristalin - mikrokristalin atau terdiri dari bioklas berukuran halus (ostrakoda) bentuk lebih membundar; ukuran umumnya > 2mm hingga kurang dari beberapa cm.
• Ooids : butiran karbonat berukuran < 1 mm; bentuk membundar (spherical); konsentris; untuk ooid berukuran lebih garang (> beberapa mm) disebut pisolit.
• Pellets : Butiran terdiri dari kalsit / aragonit berukuran kriptokristalin – mikrokristalin ukuran maksimum < 2mm, memanjang (elips)
• Bioklas : cangkang organisme berkomposisi kalsit/aragonit
Klasifikasi Dunham (1962):
• berdasarkan tekstur, proporsi dari butiran terhadap matriks
• Mudstone: batuan terdiri dari lumpur karbonat atau matriks karbonat berukuran kriptokristalin, butiran (fosil,ooid, dsb) : kurang dari 10%.
• Wackestone: butiran > 10% dan butiran mengambang didalam matriks lumpur (mud-supported)
• Packstone: Butiran berukuran “pasir” banyak; lumpur terdapat diantaranya. Butiran nya grain supported.
Klasifikasi Batuan Karbonat
Berdasarkan ukuran butir : kalsirudit (> 2mm), kalkarenit (62 m – 2 mm), kalsilutit (< 62 m)
Klasifikasi R.I. Folk :
• berdasarkan komposisi : alochem, matriks dan semen
• Bio (butiran skeletal), oo (ooid), pel (peloid), intra (intraklas)
• macam-macam : Biosparit (komponen bioklas, mayoritas kalsit spar); pelsparit, oosparit, intrasparit, biolithit (berasal dari terumbu)
• berdasarkan % kehadiran (1) allochems, (2) calcite cement / 'spar", dan (3) matriks kalsit berukuran kriptokristalin (“micrite”) - mikrokristalin.
• allochem : intraklas, ooids, pellets, bioklas.
• intraklas : “intra-formational rock fragments” terdiri dari kalsit kriptokristalin - mikrokristalin atau terdiri dari bioklas berukuran halus (ostrakoda) bentuk lebih membundar; ukuran umumnya > 2mm hingga kurang dari beberapa cm.
• Ooids : butiran karbonat berukuran < 1 mm; bentuk membundar (spherical); konsentris; untuk ooid berukuran lebih garang (> beberapa mm) disebut pisolit.
• Pellets : Butiran terdiri dari kalsit / aragonit berukuran kriptokristalin – mikrokristalin ukuran maksimum < 2mm, memanjang (elips)
• Bioklas : cangkang organisme berkomposisi kalsit/aragonit
Klasifikasi Dunham (1962):
• berdasarkan tekstur, proporsi dari butiran terhadap matriks
• Mudstone: batuan terdiri dari lumpur karbonat atau matriks karbonat berukuran kriptokristalin, butiran (fosil,ooid, dsb) : kurang dari 10%.
• Wackestone: butiran > 10% dan butiran mengambang didalam matriks lumpur (mud-supported)
• Packstone: Butiran berukuran “pasir” banyak; lumpur terdapat diantaranya. Butiran nya grain supported.
• Grainstone: Butiran “pasir” terdapat spar pada ruang antar butiran; lumpur sedikit/tidak ada dan grain supported
• Floatstone: (seperti packstone) terdiri dari > /mencapai 10% butiran berukuran > 2mm dan butiran tertanam dalam matriks lumpur .
• Rudstone: (seperti grainstone) 10% atau lebih ; spar dijumpai pada ruang antar butiran butiran berukuran > 2mm
• Boundstone: terdiri dari kerangka( korals dan stromatolite) Embry and Klovan (1971) membagi boundstone menjadi 3 kelompok : (sekarang lebih dikenal sebagai modifikasi dari Dunham.sbb.:
• Bafflestone: “organisms acted as baffles"
• Bindstone: "organisms encrusting and binding"
• Framestone "organisms building a rigid framework"
Klasifikasi A.F. Embry & J.E. Klovan :
• Floatstone & rudstone (butiran kasar)
• Bafflestone, bindstone, framestone - boundstone (berdasarkan ikatan material organiknya)
C. BATUAN METAMORF
Batuan metamorf merupakan batuan yang terjadi lantaran adanya perubahan dari jenis batuan yang sudah ada (protolith). Batuan ini akan membawa perubahan, baik dari segi struktur maupun warna dari batuan aslinya.
Batuan metamorf sanggup terjadi lantaran adanya perubahan yang disebabkan oleh suhu yang tinggi akhir acara magma (metamorf kontak), adanya tekanan yang tinggi dari tenaga endogen (metamorf dinamo), dan adanya efek gas dalam magma (metamorf kontak pneumatolistis).
Batuan metamorf merupakan batuan yang telah mengalami perubahan akhir tekanan dan atau suhu yang tinggi (Temperatur lebih dari 2000°C dan tekanan lebih dari 300Mpa) yang terjadi secara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogy yang berbeda.
Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme. Metamorfisme sendiri sanggup dibagi menjadi 4, antara lain:
- Metamorfisme Kataklastik (jarang terjai), deformasi mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rex’talisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akhir sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
- Metamorfisme Kontak, akhir kenaikan suhu (intrusi magma), terjadi rex’talisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
- Metamorfisme beban (burial), akhir tertimbun sangat dalam, suhu 3000C, kelompok mineral zeolit
- Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal
Pada umumnya, batuan metamorf mempunyai ciri warna yang beragam, mempunyai dua struktur, yaitu mempunyai belahan (foliasi) dan tidak mempunyai belahan (nonfoliasi), mengandung mineral mirip garnet, andalusi, kyanit, silimanit, dan stauroli.
Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur pada batuan metamorf diantaranya kristaloblastik dan palimpset (tekstur sisa).
1. Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi pada ketika tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak lagi).
a. Lepidoblastik berbentuk pipih
Tekstur yang didominasi mineral-mineral pipih yang menunjukkan orientasi sejajar (biotit, muskovit).
b. Nematoblastik berbentuk jarum
Mineral-mineral berbentuk jarum yang menunjukkan orientasi sejajar (amphibol, piroksen)
c. Granoblastik berbentuk bergerigi
Mineral berbentuk butiran dengan sisi kristal yang bergerigi (kuarsa, kalsit)
Gambar 2. Tekstur Granoblastik
d. Porfiroblastik
Suatu kristal besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus.
e. dioblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya euhedral.
f. Xenoblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya anhedral.
2. Palimpsest (tekstur sisa)
a. Blastoporfiritik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik
b. Blastoopitik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur opitik.
Tekstur yang terjadi pada ketika tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak lagi).
a. Lepidoblastik berbentuk pipih
Tekstur yang didominasi mineral-mineral pipih yang menunjukkan orientasi sejajar (biotit, muskovit).
b. Nematoblastik berbentuk jarum
Mineral-mineral berbentuk jarum yang menunjukkan orientasi sejajar (amphibol, piroksen)
c. Granoblastik berbentuk bergerigi
Mineral berbentuk butiran dengan sisi kristal yang bergerigi (kuarsa, kalsit)
Gambar 2. Tekstur Granoblastik
d. Porfiroblastik
Suatu kristal besar (fenokris) tertanam dalam massa dasar yang lebih halus.
e. dioblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya euhedral.
f. Xenoblastik
Bentuk mineral-mineral penyusunnya anhedral.
2. Palimpsest (tekstur sisa)
a. Blastoporfiritik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik
b. Blastoopitik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur opitik.
Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf dibedakan menjadi dua, yaitu struktut foliasi dan struktur nonfoliasi.
FOLIASI
Foliasi mempunyai kenampakan mirip perlapisan akhir adanya penjajaran mineral
a. Slatycleavage
Struktur batuan sabak (slate), mirip schistose tetapi tidak ada perlapisan akhir pemisahan dari macam-macam mineral (segregation bending).
Gambar Struktur Slatycleavage
Contoh: Slate ---> batulempung yang mengalami metamorfosa derajat rendah.
Gambar 4. batuan slate
b. Philithic
Struktur pada batuan filit, tingkatnya lebih tinggi dari slate, sudah ada segregation bending tapi tidak sebagusbatuan berstruktur schistose (foliasi diperlihatkan oleh kepingan halus mika)
Contoh : Philit
Gambar Batuan philit
c. Schistose
Foliasi nampak secara terang pada kepingan-kepingan mika, membentuk belahan yang tidak putus-putus.
Gambar Struktur Schistose
Contoh : Schist
Gambar 7. batuan Schist
d. gneissic
Foliasi oleh mineral-mineral granular dan menunjukkan belahan-belahan yang tidak rata.
Contoh : gneiss
Gambar 8.Batuan gneiss
NONFOLIASI
Struktur nonfoliasi yaitu struktur yang tidak menunjukkan adanya penjajaran mineral
a. Hornfelsik
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butirannnya tidak menawarkan adanya pengarahan.
Gambar 9. struktur Hornfelsik
b. Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral.
c. Milonitik
Sama dengan kataklastik tetapi butirannnya lebih halus dan sanggup dibelah- belah mirip schistose.
Gambar truktur Milonitik
Foliasi mempunyai kenampakan mirip perlapisan akhir adanya penjajaran mineral
a. Slatycleavage
Struktur batuan sabak (slate), mirip schistose tetapi tidak ada perlapisan akhir pemisahan dari macam-macam mineral (segregation bending).
Gambar Struktur Slatycleavage
Contoh: Slate ---> batulempung yang mengalami metamorfosa derajat rendah.
Gambar 4. batuan slate
b. Philithic
Struktur pada batuan filit, tingkatnya lebih tinggi dari slate, sudah ada segregation bending tapi tidak sebagusbatuan berstruktur schistose (foliasi diperlihatkan oleh kepingan halus mika)
Contoh : Philit
Gambar Batuan philit
c. Schistose
Foliasi nampak secara terang pada kepingan-kepingan mika, membentuk belahan yang tidak putus-putus.
Gambar Struktur Schistose
Contoh : Schist
Gambar 7. batuan Schist
d. gneissic
Foliasi oleh mineral-mineral granular dan menunjukkan belahan-belahan yang tidak rata.
Contoh : gneiss
Gambar 8.Batuan gneiss
NONFOLIASI
Struktur nonfoliasi yaitu struktur yang tidak menunjukkan adanya penjajaran mineral
a. Hornfelsik
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butirannnya tidak menawarkan adanya pengarahan.
Gambar 9. struktur Hornfelsik
b. Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral.
c. Milonitik
Sama dengan kataklastik tetapi butirannnya lebih halus dan sanggup dibelah- belah mirip schistose.
Gambar truktur Milonitik
Klasifikasi Batuan Metamorf
Klasifikasi yang paling sering digunakan yaitu menurut keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang berfoliasi sangat kuat, lemah, dan sangat lemah.
1. Berfoliasi sangat kuat
Berfoliasi sangat berpengaruh yaitu yang gampang pecah melalui bidang foliasi, biasanya lantaran melimpahnya Mika yang terorientasi. Batuannya adalah:
a. Slate (Batusabak)
Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram pada bidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batusabak tampak merah bila mengandung banyak Hematite, hijau bila Klorit, dan umumnya abu-abu hingga hitam bila banyak Grafit.
b. Phyllite (Fillit).
Bersifat afanitik, berbutir lebih garang daripada batusabak dan bidang foliasinya mengkilat lantaran Mika atau Klorit yang sudah lebih banyak daripada batusabak. Batuan ini merupakan peralihan dari batusabak ke batusekis.
c. Schist (Skis).
Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral pipih yang terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
2 Berfoliasi lemah
Berfoliasi lemahyaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak sanggup pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar. Butirannya antara lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik, berbutir sedang hingga kasar. Komposisi yang utama: Kuarsa, Feldspar, Mika, dan adakala Hornblende.
3. Berfoliasi sangat lemah hingga nonfoliasi
Berfoliasi sangat lemah hingga nonfoliasi yaitu batuan didominasi oleh mineral-mineral berbentuk kubus, mineral-mineral pipih bila ada orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya antara lain:
a. Quartzite (Kuarsit)
Komposisinya yang sangat utama yaitu Kuarsa, bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran, nonfoliasi.
b. Marble (Marmer).
Berkomposisi utama Kalsit, warna abu-abu (biasanya) lantaran Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
c. Hornfels
Bersifat afanitik hingga fanerik halus, berkomposisi Kuarsa, Feldspar, Mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
d. Granofels.
Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Kuarsa dan Feldspar (yang berbentuk kubus).
e. Granulite
Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Piroksin dan Garnet disamping Kuarsa dan Feldspar.
f. Serpentinite
Nonfoliasi hingga lineasi, berwarna hijau, hijau hingga kuning pucat. Komposisi utamanya Serpentin.
Selain penamaan-penamaan dasar di atas, penamaan batuan sanggup diberi awalan pada nama-nama dasar seperti:
Kloritik Skis: artinya Skis yang banyak mengandung Klorit.
Skis Kuarsa: artinya Skis yang banyak mengandung Kuarsa.
Di samping itu, ada beberapa awalan atau akhiran yang perlu diperhatikan (hanya sekedar diketahui):
a. Blasto
Blasto sebagai awalan, menawarkan tekstur sisa dari batuan asal, seperti: Blastoporfiritik: menawarkan adanya tekstur sisa yang porfiritik dalam batuan metamorf.
b. Blastik
Blastik sebagai akhiran, menawarkan selesai kristalisasi dalam kondisi padat.
c. Meta
Meta sebagai awalan yang diikuti oleh nama batuan asal, menawarkan kenampakan sisa dari tekstur dan komposisi mineralogi yang masih bertahan, misal:
Metaandesit, artinya masih ada kenampakan sisa Andesit pada batuan metamorf.
Metasedimen, artinya masih ada kenampakan sisa batuan sedimen pada batuan metamorf.
Berfoliasi sangat berpengaruh yaitu yang gampang pecah melalui bidang foliasi, biasanya lantaran melimpahnya Mika yang terorientasi. Batuannya adalah:
a. Slate (Batusabak)
Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram pada bidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batusabak tampak merah bila mengandung banyak Hematite, hijau bila Klorit, dan umumnya abu-abu hingga hitam bila banyak Grafit.
b. Phyllite (Fillit).
Bersifat afanitik, berbutir lebih garang daripada batusabak dan bidang foliasinya mengkilat lantaran Mika atau Klorit yang sudah lebih banyak daripada batusabak. Batuan ini merupakan peralihan dari batusabak ke batusekis.
c. Schist (Skis).
Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral pipih yang terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
2 Berfoliasi lemah
Berfoliasi lemahyaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak sanggup pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar. Butirannya antara lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik, berbutir sedang hingga kasar. Komposisi yang utama: Kuarsa, Feldspar, Mika, dan adakala Hornblende.
3. Berfoliasi sangat lemah hingga nonfoliasi
Berfoliasi sangat lemah hingga nonfoliasi yaitu batuan didominasi oleh mineral-mineral berbentuk kubus, mineral-mineral pipih bila ada orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya antara lain:
a. Quartzite (Kuarsit)
Komposisinya yang sangat utama yaitu Kuarsa, bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran, nonfoliasi.
b. Marble (Marmer).
Berkomposisi utama Kalsit, warna abu-abu (biasanya) lantaran Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
c. Hornfels
Bersifat afanitik hingga fanerik halus, berkomposisi Kuarsa, Feldspar, Mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
d. Granofels.
Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Kuarsa dan Feldspar (yang berbentuk kubus).
e. Granulite
Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Piroksin dan Garnet disamping Kuarsa dan Feldspar.
f. Serpentinite
Nonfoliasi hingga lineasi, berwarna hijau, hijau hingga kuning pucat. Komposisi utamanya Serpentin.
Selain penamaan-penamaan dasar di atas, penamaan batuan sanggup diberi awalan pada nama-nama dasar seperti:
Kloritik Skis: artinya Skis yang banyak mengandung Klorit.
Skis Kuarsa: artinya Skis yang banyak mengandung Kuarsa.
Di samping itu, ada beberapa awalan atau akhiran yang perlu diperhatikan (hanya sekedar diketahui):
a. Blasto
Blasto sebagai awalan, menawarkan tekstur sisa dari batuan asal, seperti: Blastoporfiritik: menawarkan adanya tekstur sisa yang porfiritik dalam batuan metamorf.
b. Blastik
Blastik sebagai akhiran, menawarkan selesai kristalisasi dalam kondisi padat.
c. Meta
Meta sebagai awalan yang diikuti oleh nama batuan asal, menawarkan kenampakan sisa dari tekstur dan komposisi mineralogi yang masih bertahan, misal:
Metaandesit, artinya masih ada kenampakan sisa Andesit pada batuan metamorf.
Metasedimen, artinya masih ada kenampakan sisa batuan sedimen pada batuan metamorf.
Jenis Batu Metamorf
1. Batu Sabak
Batu Sabak
wikimedia.org
Batuan ini merupakan hasil perubahan dari batuan sedimen shale atau watu lempung yang diakibatkan lantaran temperatur dan suhu yang rendah. Terdiri atas susunan mineral lempung atau mika.
Memiliki ciri-ciri gampang dibelah menjadi lembaran tipis. Berwarna abu-abu, hitam, hijau dan merah, tergantung pada jumlah dan jenis zat besi serta materi organik dalam batuannya.
2. Batu Pualam/Marmer
Batu pualam atau marmer terbentuk lantaran adanya metamorfosis watu kapur atau watu gamping. Struktur batunya kompak dengan pita-pita warna, keras, dan sanggup mengilap kalau dipoles.
Memiliki beberapa jenis, yaitu:
Statuary marble, mempunyai tekstur bagus dan berwarna putih bersih;
Architectural marble, mempunyai warna teksur, mutu, dan kekuatan yang bagus;
Ornamental marble, watu marmer ini mempunyai warna yang indah;
Onix marble, watu ini terdiri dari materal-material organik dan kalsit, serta jernih;
Cipolin marble, di dalamnya terkandung mika dan talk;
Breksia, watu marmer proses perubahannya terjadi lantaran adanya bekas longsoran tanah;
Marmer budidaya, merupakan marmer buatan insan dengan mengombinasikan debu marmer dan semen; serta
Marmer hijau, yaitu batuan pertama mirip dengan marmer.
Batu marmer banyak digunakan sebagai hiasan rumah, watu nisan, materi pembuat pupuk, dan penetral asam.
3. Gneiss
Batu Gneiss
geologysuperstore.com
Batuan gneiss terbentuk lantaran proses metamorfosis pada batuan sedimen yang terjadi di batas lempeng konvergen. Caranya, yaitu dengan mengkristalkan mineral penyusun dengan temperatur dan tekanan yang tinggi.
Batu gneiss mempunyai lapisan (bands) butiran kuarsa dan belahan (feldspar) dalam tekstur yang saling mengisi. Inilah yang mengakibatkan warna watu gneiss bersilangan antara warna terang dan gelap. Biasanya berwarna putih keabuan.
Batuan ini sanggup digunakan untuk materi kerajinan, materi pondasi bangunan, dibentuk menjadi bentuk blok atau lempeng untuk keperluan materi bangunan, mirip paving atau pagar, lantai, watu nisan, dan lain sebagainya.
4. Sekis
Batuan ini terbentuk ketika batuan sedimen mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Mengandung mineral yang terpisah menjadi berkas gelombang yang ditunjukan dengan kristal yang mengilap. Untuk kondisi tertentu, kadang ditemukan juga kristal garnet.
Batu sekis mempunyai manfaat untuk dijadikan sumber pembuatan mika utama, yang berfungsi sebagai kondensator dan kapasitor di industri elektronika.
5. Kuarsit
Batu kuarsit
wikipedia.org
Batu kuarsit tercipta lantaran adanya metamorfosis dari watu pasir yang kaya dengan kuarsa oleh panas, tekanan. dan acara kimia. Batuan ini mempunyai struktur yang keras dan berpengaruh lantaran berasal dari ikatan yang erat antarbutir kuarsa.
Berwarna abu-abu, kekuningan, cokelat, merah, dan sering juga ditemui dengan tekstur berlapis-lapis, serta mengandung fosil. Banyak digunakan sebagai materi kerajinan dan materi kontruksi bangunan.
6. Milonit
Batuan ini terbentuk lantaran adanya pengurangan ukuran butir-butir batuan lantaran proses rekristalisasi dinamis pada mineral-mineral pembentuknya. Ciri-ciri watu milonit yaitu berwarna abu-abu, kehitaman, cokelat, dan biru.
Strukturnya berupa butiran halus dan sanggup dibelah. Sering dimanfaatkan sebagai materi dasar pembuatan kerajinan.
7. Filit
Batu filit merupakan kelanjutan hasil metamorfosis watu sabak (slate). Memiliki komposisi yang didominasi oleh kuarsa, serisit, mika, dan klorit. Teksturnya terdiri dari lapisan mika berbutir halus dan membelah mengikuti permukaan gelombang.
Memiliki warna abu-abu. Banyak digunakan sebagai materi isolator elektrik dan materi bangunan.
1. Batu Sabak
Batu Sabak
wikimedia.org
Batuan ini merupakan hasil perubahan dari batuan sedimen shale atau watu lempung yang diakibatkan lantaran temperatur dan suhu yang rendah. Terdiri atas susunan mineral lempung atau mika.
Memiliki ciri-ciri gampang dibelah menjadi lembaran tipis. Berwarna abu-abu, hitam, hijau dan merah, tergantung pada jumlah dan jenis zat besi serta materi organik dalam batuannya.
2. Batu Pualam/Marmer
Batu pualam atau marmer terbentuk lantaran adanya metamorfosis watu kapur atau watu gamping. Struktur batunya kompak dengan pita-pita warna, keras, dan sanggup mengilap kalau dipoles.
Memiliki beberapa jenis, yaitu:
Statuary marble, mempunyai tekstur bagus dan berwarna putih bersih;
Architectural marble, mempunyai warna teksur, mutu, dan kekuatan yang bagus;
Ornamental marble, watu marmer ini mempunyai warna yang indah;
Onix marble, watu ini terdiri dari materal-material organik dan kalsit, serta jernih;
Cipolin marble, di dalamnya terkandung mika dan talk;
Breksia, watu marmer proses perubahannya terjadi lantaran adanya bekas longsoran tanah;
Marmer budidaya, merupakan marmer buatan insan dengan mengombinasikan debu marmer dan semen; serta
Marmer hijau, yaitu batuan pertama mirip dengan marmer.
Batu marmer banyak digunakan sebagai hiasan rumah, watu nisan, materi pembuat pupuk, dan penetral asam.
3. Gneiss
Batu Gneiss
geologysuperstore.com
Batuan gneiss terbentuk lantaran proses metamorfosis pada batuan sedimen yang terjadi di batas lempeng konvergen. Caranya, yaitu dengan mengkristalkan mineral penyusun dengan temperatur dan tekanan yang tinggi.
Batu gneiss mempunyai lapisan (bands) butiran kuarsa dan belahan (feldspar) dalam tekstur yang saling mengisi. Inilah yang mengakibatkan warna watu gneiss bersilangan antara warna terang dan gelap. Biasanya berwarna putih keabuan.
Batuan ini sanggup digunakan untuk materi kerajinan, materi pondasi bangunan, dibentuk menjadi bentuk blok atau lempeng untuk keperluan materi bangunan, mirip paving atau pagar, lantai, watu nisan, dan lain sebagainya.
4. Sekis
Batuan ini terbentuk ketika batuan sedimen mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi. Mengandung mineral yang terpisah menjadi berkas gelombang yang ditunjukan dengan kristal yang mengilap. Untuk kondisi tertentu, kadang ditemukan juga kristal garnet.
Batu sekis mempunyai manfaat untuk dijadikan sumber pembuatan mika utama, yang berfungsi sebagai kondensator dan kapasitor di industri elektronika.
5. Kuarsit
Batu kuarsit
wikipedia.org
Batu kuarsit tercipta lantaran adanya metamorfosis dari watu pasir yang kaya dengan kuarsa oleh panas, tekanan. dan acara kimia. Batuan ini mempunyai struktur yang keras dan berpengaruh lantaran berasal dari ikatan yang erat antarbutir kuarsa.
Berwarna abu-abu, kekuningan, cokelat, merah, dan sering juga ditemui dengan tekstur berlapis-lapis, serta mengandung fosil. Banyak digunakan sebagai materi kerajinan dan materi kontruksi bangunan.
6. Milonit
Batuan ini terbentuk lantaran adanya pengurangan ukuran butir-butir batuan lantaran proses rekristalisasi dinamis pada mineral-mineral pembentuknya. Ciri-ciri watu milonit yaitu berwarna abu-abu, kehitaman, cokelat, dan biru.
Strukturnya berupa butiran halus dan sanggup dibelah. Sering dimanfaatkan sebagai materi dasar pembuatan kerajinan.
7. Filit
Batu filit merupakan kelanjutan hasil metamorfosis watu sabak (slate). Memiliki komposisi yang didominasi oleh kuarsa, serisit, mika, dan klorit. Teksturnya terdiri dari lapisan mika berbutir halus dan membelah mengikuti permukaan gelombang.
Memiliki warna abu-abu. Banyak digunakan sebagai materi isolator elektrik dan materi bangunan.
goresan pena disinii
Sumber:
Sryono. 2004. Geologi Umum. Semarang: Jurusan Geografi FIS UNNES
0 Komentar untuk "Jenis-Jenis Batuan"