Materi Lengkap! Dasar-Dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh, Dan Sistem Gosip Geografi

Peta yaitu gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sesuai kenampakannya dari atas.

Peta umumnya digambarkan dalam bidang datar dan dilengkapi skala, orientasi, dan simbol-simbol.

Dengan kata lain, peta yaitu gambaran permukaan bumi yang diperkecil sesuai dengan skala. Supaya sanggup dipahami oleh pengguna atau pembaca, peta harus diberi goresan pena dan simbol-simbol.

Dalam penggambaran permukaan bumi ke dalam peta, digunakan sistem transformasi dari bidang lengkung permukaan bumi ke bidang datar (gambar peta).

Sistem transformasi tersebut dikenal sebagai sistem proyeksi peta. Untuk mempelajari seluk beluk penggambaran peta, dibutuhkan bidang ilmu khusus yang disebut kartografi.
Orang yang jago dalam bidang pemetaan disebut kartografer.

Ada beberapa jago kartografi menjelaskan pengertian peta sebagai berikut.


ICA (International Cartographic Association)
Peta yaitu gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan ajaib yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan

Peta yaitu suatu lukisan dengan tinta dari seluruh atau sebagian permukaan bumi yang diperkecil dengan perbandingan ukuran yang disebut skala.

Peta yaitu gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang diperkecil mirip ketampakannya kalau dilihat vertikal dari atas, dibentuk pada bidang datar dan ditambah tulisan-tulisan sebagai penjelas.

Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada tahapan dan tingkatan pembangunan.

Berdasarkan skalanya, peta dibagi menjadi empat, yakni:

Peta kadaster yaitu peta yang mempunyai skala antara 1:100 sampai 1:5.000. Peta semacam ini digunakan untuk membuat peta dalm akta kepemilikan tanah.

Peta skala besar yaitu peta yang mempunyai skala antara 1:5.000 sampai 1:250.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan wilayah-wilayah yang relatif sempit, contohnya peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Peta skala sedang yaitu peta yang mempunyai skala antara 1:250.000 sampai 1:500.000. Peta jenis ini digunakan untuk menggambarkan wilayah yang agak luas, contohnya peta Provinsi Jawa Tengah dan Peta Provinsi Maluku.

Peta skala kecil yaitu peta yang mempunyai skala antara 1:500.000 sampai 1:1.000.000. Peta jenis ini digunakan untuk menggambarkan daerah-daerah yang cukup luas, biasanya berupa negara. Misalnya peta wilayah Republik indonesia

Peta skala geografi yaitu peta yang mempunyai skala lebih kecil dari 1:1.000.000. Peta ini digunakan untuk menggambarkan kelompok negara, benua, atau seluruh dunia.

Berdasarkan objek yang disajikan, peta dibedakan menjadi dua, yaitu:

Peta statis yaitu peta yang menggambarkan keadaan relatif tetap atau jarang berubah. Misalnya peta jenis tanah, peta manajemen suatu wilayah desa atau peta perkotaan, dan peta geologi.

Peta dinamis yaitu peta yang isinya menggambarkan keadaan yang dinamis atau cepat berubah.
Misalnya peta transmigrasi, peta urbanisasi, peta perencanaan wilayah kota, dan peta tata guna lahan.

Berdasarkan isi data yang disajikan, peta dibedakan menjadi dua, yaitu:

Peta umum yaitu peta yang menggambarkan keadaan permukaan bumi secara umum.
Dalam peta ini, ditampilkan seluruh kenampakan yang ada di permukaan bumi, baik bersifat alamiah (misalnya sungai, danau, gunung, lautan, hutan, dan lain-lain) maupun buatan insan (misalnya jalan raya, kota, pelabuhan, perkebunan, dan lain-lain).

Contoh peta umum, antara lain: peta dunia, peta korografi, peta rupa bumi, dan peta topografi.

Peta khusus disebut juga peta tematik yaitu peta yang menggambarkan kenampakan tertentu (khusus) yang ada di permukaan bumi.
Pada peta ini penggunaan simbol merupakan ciri yang ditonjolkan sesuai tema yang dinyatakan pada judul peta.

Beberapa pola peta tematik, antara lain: peta iklim, peta jenis tanah, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran penduduk, dan lain-lain.


Judul peta harus menggambarkan isi dan karakteristik peta yang digambar. Penempatannya bisa di mana saja selama tidak mengganggu makna dari peta, dan masih berada pada garis tepi peta.
Contoh judul peta: Peta Iklim, Peta Curah Hujan, Peta Indonesia.

Skala yaitu perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak bergotong-royong (jarak di permukaan bumi), dan satuan ukuran yang sama.

Tanda arah pada peta biasanya berbentuk tanda panah yang memperlihatkan arah utara. Petunjuk ini diletakkan di kepingan mana saja dari peta, asal tidak mengganggu kenampakan peta. Utara yang memperlihatkan arah utara bergotong-royong disebut utara magnetis.

Simbol merupakan tanda konvensional yang terdapat di dalam peta untuk mewakili keadaan bergotong-royong yang ada di lapangan.

Legenda pada peta membuktikan art dari simbol-simbol yang terdapat pada peta. Legenda biasanya diletakkan di pojok kiri bawah peta.

Indeks peta merupakan sistem letak peta, di mana memperlihatkan letak peta yang bersangkutan terhadap peta lainnya di sekitarnya.

Warna mempunyai peranan yang sangat penting dalam membedakan banyak sekali unsur yang terdapat dalam peta. Adapun warna-warna yang digunakan dalam peta, sebagai berikut.
  • Hitam, untuk memperlihatkan batas administrasi, lettering, maupun detail penghunian
  • Biru, untuk memperlihatkan badan air, mirip sungai, danau, serta laut
  • Hijau, untuk memperlihatkan dataran rendah, vegetasi atau tumbuhan, serta hutan
  • Cokelat, untuk memperlihatkan dataran tinggi atau tempat pegunungan
  • Merah, untuk memperlihatkan jalan raya, letak kota, dan ibu kota.

Lettering yaitu semua goresan pena yang bermakna yang terdapat pada peta. Beberapa pola cara penulisan pada peta sebagai berikut.
  • Judul peta ditulis dengan abjad kapital dan tegak
  • Ha-hal yang berkaitan dengan air ditulis dengan abjad miring. Tulisan untuk sungai sejajar dengan arah sungai dan bisa diletakkan di atas atau di bawahnya.
  • Besar kecilnya abjad diadaptasi denga kebutuhan, yaitu memperhatikan unsur keindahan dan seni peta
  • Tulisan nama ibu kota lebih besar daripada goresan pena nama kota-kota lain

Sumber data dan tahun pembuatan perlu dimasukkan dalam peta semoga bisa diketahui dari mana asal datanya dan tahun pembuataannya

Peta inset yaitu peta yang disisipkan lantaran wilayah yang digambar merupakan kepingan dari peta utama atau peta yang menggambarkan wilayah yang lebih luas daripada wilayah yang digambarkan.


Penggambaran bentuk permukaan bumi yang melengkung bila digambarkan pada bidang datar niscaya akan mengalami kesalahan.

Untuk menghindari atau memperkecil kesalahan, dipilihlah cara penggambaran peta dengan proyeksi.

Proyeksi peta yaitu cara pemindahan permukaan bumi yang melengkung ke bidang datar.
Agar peta yang dibentuk dengan baik, terdapat tiga kategori jenis proyeksi yang sanggup digunakan, yaitu harus conform, equivalent, dan equidistant.

Conform
Conform artinya bentuk-bentuk bidang daerah. pulau, dan benua yang digambar pada peta harus sesuai dengan bentuk aslinya di alam.

Equivalent
Equivalent artinya daerah-daerah atau bidang-bidang yang digambarkan harus sebanding luasnya dengan apa yang terdapat di alam

Equidistant
Equidistant artinya jarak-jarak yang digambarkan pada peta harus sempurna perbandingannya dengan keadaan sesungguhnya.

Berdasarkan jenis proyeksinya, proyeksi peta dibedakan atas 4 jenis, yaitu proyeksi zenital (zenital), proyeksi silinder (cylindrical), proyeksi kerucut (conic), dan proyeksi unik (unique).

1. Proyeksi Zenital
Proyeksi zenital yaitu proyeksi dengan bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola bumi

Berdasarkan arah sinar, proyeksi zenithal dibedakan sebagai berikut:

Proyeksi ini disebut proyeksi sentral lantaran titik sumber proyeksinya terletak pada pusat sumbu bola bumi. Dengan kata lain, proyeksi zenital gnomonis merupakan proyeksi pada bidang datar dengan sumbu utamanya terletak di ekuator.

Merupakan salah satu proyeksi zenital dengna titik sumber proyeksinya terletak di kutub yang berlawanan dari titik singgung bidang proyeksi dengan kutub bola bumi.

Proyeksi zenital ortografis dengan titik sumber proyeksi terletak tak terhingga, sehingga sinar proyeksi merupakan garis-garis yang sejajar.

Lingkaran paralel akan diproyeksikan dengna keliling yang benar (ekudistan). Jarak antarlingkaran paralel akan mengecil bila semakin jauh dari pusat.

Berdasarkan Sudut Distorsi (penyimpangan) yang diakibatkan, proyeksi zenital dibedakan sebagai berikut:

Merupakann proyeksi yang mementingkan atau mengutamakan jarak. Jarak yang ada pada peta hasil proyeksi harus sempurna perbandingannya dengan keadaan yang sebenarnya.

Merupakan salah satu proyeksi yang mementingkan luas bidang atau tempat yang diproyeksikan. Luas bidang atau tempat yang digambarkan dalam proyeksi harus sebanding luasnya dengan apa yang ada pada keadaan bergotong-royong di alam.

Merupakan proyeksi yang menggambarkan bentuk tempat atau bidang yang digambarkan di peta harus sebanding dengan keadaan sesungguhnya.

2. Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder yaitu keadaan ketika semua paralel berupa garis horisontal dan semua meridian berupa garis lurus vertikal. Proyeksi ini paling sempurna untuk menggambarkan tempat ekuator, alasannya yaitu di arah kutub terjadi pemanjangan garis (pemekaran).

3. Proyeksi Kerucut
Proyeksi kerucut diperoleh dengan memproyeksikan  bola bumi pada kerucut yang menyinggung atau memotong bola bumi. Bindang kerucut itu kemudian dibuka sehingga bentangannya ditentukan oleh sudut puncaknya.

4. Proyeksi Unik
Proyeksi unik yaitu cara memproyeksikan permukaan bumi yang lengkung pada bidang datar yang dikembangkan para jago kartografi.

Beberapa pola proyeksi unik sebagai berikut:

a. Proyeksi omolografik Mollweide
Proyeksi ini dikembangkan oleh Karl. B. Mollweide pada tahun 1805.

b. Proyeksi Homolosine Goode
Proyeksi ini dikembangkan oleh Dr. Paul Goode pda tahun 1023.

c. Proyeksi Eckart IV
Proyeksi ini dikembangkan oleh Prof. Eckert-Greifendorff, spesialis geografi berkebangsaan Jerman.

Istilah Penginderaan Jauh (remote sensing) pertama kali diperkenalkan oleh Parker di Amerika Serikat pada tamat tahun 1950-an dari Instansi Kelautan Amerika Serikat.

Pada awal tahun 1970-an, istilah serupa juga digunakan di Prancis dengan sebutan teledetection, di Jerman dengan istilah fenerkundung serta di Spanyol dengan istilah teleperception.

Beberapa jago mendefinisikan penginderaan jauh sebagai berikut.

Lilesand dan Kiefer (1979)
Penginderaan Jauh yaitu ilmu atau seni untuk memperoleh informasi wacana objek, daerah, atau tanda-tanda dngan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan memakai alat tanpa kontal langsung terhadap objek atau tanda-tanda yang dikaji.

Lindgren (1985)
Penginderaan Jauh yaitu banyak sekali teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan mengatasi wacana bumi.

American Society of Photogrametry
Penginderaan Jauh yaitu pengukuran atau perolehan informasi dari beberapa sifat objek atau fenomena dengan memakai alat perekam yang secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji.


Dalam Penginderaan Jauh harus ada sumber tenaga, baik sumber tenaga alamiah maupun sumber tenaga buatan.

Tenaga ini mengenai obyek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor.
Ia juga sanggup berupa tenaga dari obyek yang dipancarkan ke sensor.

Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan memakai sensor buatan.

Oleh lantaran itu, dibutuhkan tenaga peng hubung yang membawa data objek ke sensor. Data tersebut di kumpulkan dan direkam melalui tiga cara dengan variasi sebagai berikut.

Distribusi daya (force), contohnya Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.

Distribusi gelombang bunyi, contohnya Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang bunyi dalam air.

Distribusi gelombang elektromagnetik, contohnya kamera untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.

Penginderaan jauh yang memakai tenaga buatan disebut sistem penginderaan jauh aktif. Hal ini didasarkan bahwa perekaman objek pada malam hari dibutuhkan derma tenaga di luar matahari.

Proses perekaman objek tersebut melalui pancaran tenaga buatan yang disebut tenaga pulsar yang berkecepatan tinggi lantaran pada dikala pesawat bergerak tenaga pulsar yang dipantulkan oleh objek direkam.

Oleh lantaran tenaga pulsar memantul, pantulan yang tegak lurus memantulkan tenaga yang banyak sehingga rona yang terbentuk akan berwarna gelap.

Adapun tenaga pantulan pulsa radar kecil, rona yang terbentuk akan cerah. Sensor yang tegak lurus dengan objek membentuk objek gelap disebut near range, sedangkan yang membentuk sudut jauh dari pusat perekaman disebut far range.

Dalam penginderaan jauh harus ada sumber tenaga yaitu matahari yang merupakan sumber utama tenaga elektronik magnetik alami.

Penginderaan jauh dengan memanfaatkan tenaga alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif.

Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang sehingga hanya sebagian kecil tenaga elektromagnetik yang sanggup mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh.

Bagian spektrum elektromagnetik yang bisa melalui atmosfer dan sanggup mencapai permukaan bumi disebut jendela atmosfer.

Jendela atmosfer yang paling dikenal orang dan digunakan dalam penginderaan jauh sampai kini spektrum tampak yang dibatasi oleh gelombang 0,4 m s/d 0,7 m.

Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak seluruhnya sanggup mencapai permukaan bumi secara utuh lantaran sebagian terhalang oleh atmosfer.

Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir- butir yang ada di atmosfer, mirip debu, uap air, dan banyak sekali macam gas.

Proses penghambatannya sanggup terjadi dalam bentuk serapan, pantulan, dan hamburan.

Tiap objek mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor.

Pengenalan obyek intinya dilakukan dengan mengusut (tracing) karakteristik spektral obyek yang tergambar pada citra.

Obyek yang banyak memantulkan/memancarkan tenaga akan tampak cerah pada citra, sedang obyek yang pantulannya/pancarannya sedikit tampak gelap.

Meskipun demikian, pada kenyataanya tidak sesederhana ini.

Ada obyek yang berlainan tetapi mempunyai karakteristik spektral sama atau serupa sehingga menyulitkan pembedaanya dan pengenalannya pada citra.

Hal ini sanggup diatasi dengan mengusut karakteristik lain selain karakteristik spektral, mirip contohnya bentuk, ukuran, dan pola.

Tenaga yang tiba dari obyek di permukaan bumi diterima dan direkam oleh sensor. Tiap sensor mempunyai kepekaan tersendiri terhadap kepingan spektrum elektromagnetik.

Disamping itu juga kepekaanya berbeda dalam merekam obyek terkecil yang masih sanggup dikenali dan dibedakan terhadap obyek lain atau terhadap lingkungan sekitarnya.

Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran obyek terkecil ini disebut resolusi spasial. Resolusi spasial ini merupakan petunjuk bagi kualitas sensor.

Semakin kecil obyek yang sanggup direkam olehnya, semakin baik kualitas sensornya.

Berdasarkan atas proses perekamannya, sensor dibedakan atas sensor fotografik dan sensor elektromagnetik.

1. Sensor Fotografik
Pada sensor fotografik, proses perekamannya berlangsung dengan cara kimiawi.
Tenaga elektromagnetik diterima dan direkam pada lapisan emulsi film yang dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya.

Fotonya disebut foto satelit atau foto orbital. Jadi, dalam proses ini film berfungsi sebagai peserta tenaga dan sekaligus sebagai alat perekamannya.

 Jika pemotretan dilakukan dari pesawat udara atau wahana lainnya, citranya disebut foto udara. Jika pemotretannya dilaku kan melalui antariksa, citranya disebut gambaran orbital atau foto satelit.

2. Sensor Elektrik
Berbeda dengan sensor fotografik, sensor elektronik memakai tenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik.

Alat peserta dan perekamnya berupa pita magnetik atau detektor lainnya, buka film.

Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetik ini kemudian sanggup diproses menjadi data visual maupun menjadi data digital yang siap dikomputerkan.

Pemrosesannya menjadi gambaran sanggup dilakukan dengan dua cara, yakni dengan memotret data yang direkam oleh pita magnetik yang telah diujudkan secara visual pada sejenis layar televisi, atau dengan memakai film perekam khusus.

Hasil akhirnya memang berupa foto dengan sebagai alat perekamnya, akan tetapi film disini hanya berfungsi sebagai alat perekam saja, bukan sebagai alat peserta tenaga secara langsung yang sekaligus sebagai alat perekam.

Oleh lantaran itu, hasil akhirnya tidak disebut foto udara, melainkan disebut gambaran penginderaan jauh yang untuk mudahnya disingkat dengan citra.

Citra mencakup semua gambaran visual planimetrik yang diperoleh dengan jalan penginderaan jauh. Makara foto udara termasuk citra, akan tetapi tidak semua gambaran berupa foto udara.

Kepekaan sensor tidak sama. Sensor fotografik hanya peka terhadap spektrum tampak (0,4 μm - 0,7μm) dan perluasannya, yaitu spektrum ultraviolet akrab (0,3μm - 0,4μm) dan spektrum inframerah akrab (0,7μm - 0,9μm).

Sensor elektronik lebih besar kepekaanya, yakni mencakup spektrum tampak dan perluasannya, spektrum inframerah termal, dan spektrum gelombang mikro.

Perolehan data bisa dilakukan manual maupun secara visual, maupun dengan numerik atau digital. Perolehan data dengan cara manual yaitu dengan cara menginterpretasi foto udara secara visual.

Tingkat kemampuan dari penerapan sistem penginderaan jauh ditentukan oleh pengguna data. Kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil penginderaan jauh juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang mendalam wacana disiplin ilmu masing-masing maupun cara pengumpulan data dari sistem penginderaan jauh.

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor.

Data indraja juga berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual dibedakan menjadi dua, yaitu data gambaran dan data noncitra.

Data gambaran dalah berupa gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau minimal berupa gambaran planimetri. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik.

Citra indraja yaitu gambaran suatu tanda-tanda atau objek sebagai hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optic, elekrooptik, maupun elektronik.

Citra dibedakan menjadi dua, yaitu gambaran foto (photographic image) atau foto udara dan gambaran nonfoto (nonphotographic image)

CITRA FOTO
Citra foto yaitu gambaran suatu tanda-tanda di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan dengan memakai kamera. Citra foto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut liputan kamera, jenis kamera, wahana yang digunakan, dan system wahananya.

1) Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spectrum elektromagnetik yang digunakan, gambaran foto dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut.

  • Citra foto ultraviolet, yaitu foto yang dibentuk dengan memakai spectrum ultraviolet.
  • Citra foto ortokromatik, yaitu gambaran foto yang dibentuk dengan memakai spectrum tampak dari warna biru sampai sebagian warna hijau. 
  • Citra foto inframerah modifikasi, yaitu gambaran foto yang dibentuk dengan memakai spectrum tampak dari warna merah dan sebagian warna hijau. 
  • Citra inframerah asli, yaitu gambaran foto yang dibentuk dengan memakai spektrum inframerah. 
  • Citra foto pankromatik, yaitu gambaran foto yang dibentuk demgan memakai seluruh spektrum tampak.  

2) Posisi Sumbu Kamera 
Berdasarkan posisi sumbu kamera terhadap permukaan bumi gambaran foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gambaran foto vertical dan gambaran foto condong.

  • Citra foto vertikal, yaitu gambaran foto yang dibentuk dengan posisi sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi. kemiringan sumbu kamera sebesar 10 - 40 
  • Citra foto condong, yaitu gambaran foto yang dibentuk dengan posisi sumbu kamera miring, umumnya membentuk sudut sebesar 100 atau lebih. 

3) Jenis Kamera 
Berdasarkan kamera yang digunakan, gambaran foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gambaran foto tunggal dan gambaran foto jamak.


  • Citra foto tunggal, yaitu gambaran foto yang dibentuk dengan kamera tunggal. Oleh lantaran itu, setiap objek hanya tergambar dalam satu lembar foto. 
  • Citra foto jamak, yaitu gambaran foto yang dibentuk pada dikala yang sama dan menggambarkan objek liputan yang sama. 

4) Warna yang Digunakan 
Berdasarkan warna yang digunakan, gambaran foto berwarna dibedakan menjadi 2, yaitu gambaran foto warna orisinil (true color) dan gambaran foto warna semua (false color).

5) Sistem Wahana
Berdasarkan wahana yang digunakan, gambaran foto dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu gambaran foto udara dan gambaran foto satelit.


  • Citra foto udara, yaitu gambaran foto yang dibentuk dengan memakai wahana yang bergerak di udara, contohnya laying-layang, balon udara, dan pesawat terbang. 
  • Citra foto satelit, yaitu gambaran foto yang dibentuk dengan memakai wahana yang bergerak di ruang angkasa, umumnya satelit. 


CITRA NON FOTO
Citra nonfoto yaitu gambar atau gambaran wacana suatu objek yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera dengan cara memindai (scanning). Citra nonfoto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang digunakan, dan wahana yang digunakan.

1) Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan 
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, gambaran nonfoto dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu gambaran inframerahtermal, gambaran radar, dan gambaran gelombang mikro.


  • Citra inframerah termal, yaitu gambaran yang dibentuk dengan menggunkan spectrum inframerah termal. 
  • Citra radar, yaitu gambaran yang dibentuk dengan memakai spectrum gelombang mikro dan sumber tenaga buatan. 
  • Citra gelombang mikro, yaitu gambaran yang dibentuk dengan memakai spectrum gelombang mikro. 

2) Sensor yang Digunakan 
Berdasarkan sensor yang digunakan, gambaran nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu gambaran tunggal dan gambaran multispektral.


  • Citra tungal, yaitu gambaran yang dibentuk dengan dengan memakai sensor tunggal. 
  • Citra multipektral, yaitu gambaran yang dibentuk dengan memakai sensor jalan masuk jamak. 

3) Wahana yang Digunakan 
Berdasarkan wahana yang digunakan, gambaran nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu gambaran dirgantara dan gambaran satelit.

Citra dirgantara 
Citra dirgantara yaitu gambaran yang dibentuk dengan memakai wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara

Citra satelit
Citra satelit yaitu gambaran yang dibentuk dengan memakai wahana yang beroperasi di antariksa. Citra ini dibedakan berdasarkan penggunaanya, sebagai berikut:

  • Citra satelit untuk penginderaan jauh
  • Citra satelit untuk penginderaan cuaca
  • Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi
  • Citra satelit untuk penginderaan laut

Unsur-unsur interpretasi gambaran sebagai berikut:


Rona (tone/color tone/grey tone) yaitu tingkat kegelapan atau kecerahan obyek pada citra.

Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4 - 0,7) μm.

Di dalam penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum lebar. Jadi, rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.

Warna ialah wujud yang tampak oleh mata dengan memakai spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak.

Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila ia hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4-0,5)μm, (0,5-0,6)μm, atau (0,6-0,7)μm.

Warna Berdasarkan Pantulan

a = tampak biru lantaran memantulkan jalan masuk biru

b = tampak kuning lantaran menyerap sinar biru

Sebaliknya bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan warna hijau dan merah. Sebagai risikonya maka obyek akan tampak dengan warna kuning.

Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan di dalam ujud hitam putih, warna memperlihatkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka.

Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga, dan warna lainnya.

Meskipun tidak menjelaskan cara pengukurannya, Ester et al. (1983) mengutarakan bahwa mata insan sanggup membedakan 200 rona dan 20.000 warna.

Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna lebih gampang bila dibandingkan dengan pembedaan obyek pada foto hitam putih.

Pernyataan yang senada sanggup diutarakan pula, yakni pembedaan obyek pada gambaran yang memakai spektrum sempit lebih gampang darpada pembedaan obyek pada gambaran yang dibentuk dengan spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna.

Asas inilah yang mendorong orang untuk membuat gambaran multispektral.

Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya rona dan warna di dalam mengenali obyek.

Tiap obyek tampak pertama pada gambaran berdasarkan rona atau warnanya.

Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola, ukuran dan bayangannya.

Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.

Mengingat pentingnya rona dan warna sebagai unsur dasar, maka perbincangannya akan melebihi unsur interpretasi lainnya.

Perbincangan rona akan meliputi: (1) cara pengukuran rona, (2) faktor yang mempengaruhi rona, (3) cara pengukuran warna, (4) faktor yang mempengaruhi warna.

Mencerminkan konfigurasi atau kerangka obyek, baik bentuk umum (shape) maupun bentuk rinci (form) untuk mempermudah pengenalan data.

Ukuran yaitu atribut obyek yang antara lain berupa jarak, luas, volume lereng, ketinggian tempat dan kemiringan.

Ukuran sanggup mencirikan obyek sehingga sanggup dijadikan sebagai ciri pembeda dengan obyek lainnya

Karena ukuran obyek pada ctra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi gambaran harus selalu diingat skalanya.

Contoh:
Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri. Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan kantor atau industri.

Lapangan orlahraga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan sekitar 8 m x 15 m bagi lapangan bulu tangkis.

Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan oleh volumenya. Volume kayu sanggup ditaksir  berdasarkan tinggi pohon, luas hutan, serta kepadatan pohonnya, dan diameter batang pohon.

Tekstur yaitu frekuensi perubahan atau pengolangan rona pada citra. Dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu tekstur halus, sedang dan kasar.

Contoh:
Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.

Tanaman padi bertekstur halus, tumbuhan tebu bertekstur sedang, dan tumbuhan pekarangan bertekstur kasar

Permukaan air yang damai bertekstur halus.

Pola yaitu kecenderungan bentuk suatu obyek , misal pola aliarn sungai, jaringan jalan dan pemukiman penduduk.

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri bagi beberapa obyek alamiah.

Contoh:
Pola fatwa sungai sering menandai bagi struktur geologi, litologi, dan jenis tanah. Pola fatwa trellis menandai struktur lipatan.

Pola fatwa yang padat mengisyaratkan penyerapan air kurang sehingga pengikisan berlangsung efektif.

Pola fatwa dendritik mencirikan jenis tanah atau jenis batuan serba sama dengan sedikit atau tanpa imbas lipatan maupun patahan.

Pola fatwa dendritik pada umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vulkanik, dan endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis.

Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap jalan.

Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya gampang dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada pada tempat gelap. Obyek yang berada pada tempat gelap biasanya tidak terlihat atau hanya samar-samar.

Meskipun demikian bayangan sering menjadi kunci penting pada pengenalan beberapa obyek yang justru lebih tampak pada bayangannya.

Contoh:
Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan kolam air yang dipasang tinggi lebih tampak dari bayangannya.

Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1:5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.

Lereng terjal tampak lebih terang dengan adanya bayangan

Situs merupakan tempat kedudukan suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.

Situs diartikan dengan banyak sekali makna oleh para pakar.

Estes dan Simonet (1975), mengartikan situs sebagai letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Di dalam pengertian ini, Monkhouse (19740 menyebutkan situasi, mirip contohnya letak kota (fisik) terhadap wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap persil tanahnya.

Oleh Vanzuidam (1979), situasi juga disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu tempat atau wilayah terhadap sekitarnya.

Misalnya letak iklim yang banyak besar lengan berkuasa terhadap interpretasi gambaran untuk geomorfologi.

Menurut Estes dan Simonet (1975), letak obyek terhadap bentang darat mirip contohnya situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, di sepanjang tepi sungai, dsb.

Situs semacam ini oleh Van Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek atau tempat terhadap tempat sekitarnya.

Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh faktor situs seperti: (1) beda tinggi, (2) kecuraman lereng, (3) keterbukaan terhadap sinar, (4) keterbukaan terhadap angin, (5) ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau perujudan lainnya.

Contoh:
Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya menggerombol (pola) dan situsnya di air payau maka yang tampak pada foto tersebut mungkin sekali nipah.

Situs kebun kopi terletak di tanah miring lantaran tumbuhan kopi menghendari pengatusan air yang baik.

Situs permukiman memanjang pada umumnya pada igir beting pantai, pada tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.

Asosiasi sanggup diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain.

Karena adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada gambaran sering merupakan petunjuk adanya obyek lain.

Contoh
Disamping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi panjang serta dengan ukuran sekitar 100 x 80 m, lapangan sepakbola ditandai dengan adanya gawang yang situsnya pada kepingan tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi dengan gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang tampak pada foto udara berskala 1:5.000 atau lebih besar.

Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu (bercabang)

Gedung sekolah disamping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif besar serta bentuknya yang ibarat I, L, atau U, juga ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olah raga. Pada umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olah raga di dekatnya.

Di dalam mengenali sebuah obyek pada pada foto udara atau pada gambaran lainnya, dianjurkan untuk tidak hanya memakai satu unsur interpretasi citra.

Sebaiknya digunakan unsur interpretasi gambaran sebanyak mungkin. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi gambaran yang digunakan, semakin menciut lingkupnya ke arah titik simpul tertentu.

Inilah yang dimaksud dengan konvergensi bukti, atau bukti-bukti yang mengarah ke satu titik simpul.

Sebagai contoh, contohnya pada foto udara terlihat tetumbuhan yang tajuknya berbentuk bintang.

Pohon tersebut terang berupa pohon palma, akan tetapi kemungkinannya masih cukup luas. Mungkin palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, nipah, enau, dan sagu.

Di dalam pola ini terdapat lima kemungkinan berdasarkan satu unsur interpretasi citra, yaitu berdasarkan bentuk tajuk saja.

Bila ditambah satu unsur interpretasi gambaran lagi contohnya pola, kemungkinannya akan menjadi lebih menciut.

Misalnya saja tetumbuhan tersebut polanya tidak teratur, maka kemungkinan yang lima itu menciut menjadi tiga yaitu nipah, enau, atau sagu.

Pohon kelapa dan kelapa sawit pada umumnya ditanam  orang dengan pola tanam yang teratur.

Kemungkinan yang tinggal tiga itu akan menciut bila ditambah dengan satu unsur interpretasi lagi, contohnya ukuran.

Bila ukuran tetumbuhan tersebut 10 meter atau lebih, maka kemungkinannya tinggal dua, yaitu enau atau sagu.

Nipah merupakan pohon palma yang tak berbatang yang tinggi tajuknya hanya sekitar 3 meter atau kurang.

Bila ditambah satu unsur interpretasi gambaran lagi yaitu situsnya di tanah becek dan basah payau, maka kemungkinan tersebut benar-benar menciut menjadi satu titik simpul, yaitu bahwa yang tergambar pada foto tersebut tidak lain kecuali sagu.

Enau merupakan flora darat yang tidak terdapat pada air payau.

Pada dasarnya istilah sistem informasi geografis merupakan adonan dari tiga unsur pokok, yaitu sistem, informasi, dan geografis. Sampai dikala ini belum ada definisi baku wacana SIG.

Adapun beberapa definisi SIG dari para ahli, sebagai berikut.

Demers
SIG yaitu sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisis informasi-informasi yang berafiliasi dengan permukaan bumi.

ESRI
SIG yaitu kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personel yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi.

Aronoff
SIG merupakan sistem berbasis komputer yang memperlihatkan kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yaitu pemasukan pneglolaan atau manajemen data (menyimpan) dan mengaktifkan kembali, memanipulasi dan analisis, serta keluaran.

Komponen SIG
Pada dasarnya komponen-komponen SIG secara lengkap terdiri atas perangkat keras, perangkat lunak, data, dan manusia.

1) Perangkat Keras
Perangkat keras yaitu komponen SIG yang berupa perlengkapan yang mendukung kerja SIG.

Perangkat keras ini terdiri atas seperangkat komputer seperti:
CPU
monitor,
digitizer,
scanner,
plotter,
CD Room,
floopy
flashdisk.
plastik transparan
bolpoin warna transparan.

2) Perangkat Lunak
Perangkat lunak yaitu komponen SIG yang berupa program-program yang mendukung kerja SIG, mirip input data, proses data, output data, disamping aktivitas kerja mirip mapinfo dan arc view.

3) Data
Masukan data bisa dilakukan bila data yang dibutuhkan telah tersedia. Kemudian gres dilakukan pengelolaan data (mengumpulkan, memanipulasi, mengklasifikasi dan analisis).

Tujuan tamat yaitu mencetak hasilnya berupa peta, tabel, grafik. Dalam SIG, data yang bisa diproses yaitu data spasial.

Data spasial merupakan data yang mempresentasikan fenomena-fenomena yang terdapat di permukaan bumi mirip data posisi dan koordinat.

Daata spasial dibedakan menjadi dua, yaitu data grafis dan data atribut.
Data spasial terdiri atas empat elemen gambar, yaitu tipe titik, garis, area, dan permukaan.

Data atribut disebut juga data tabular atau tematik, yaitu suatu data yang memperlihatkan keterangan atau klarifikasi dari data spasial.

Data atribut yang bersifat kuantitatif mencakup ordinal, interval, dan rasio.

4) Manusia
Komponen insan sebagai pengguna, yaitu pelaksana yang bertanggungjawab dalam proses pengumpulan, proses analisis, dan publikasi data geografis.

Adapun tahapan-tahapan kerja SIG, sebagai berikut.

1. Pemasukan Data
Proses pemasukan data pada sistem Informasi Geografis bisa dilakukan dengan banyak sekali cara, antara lain proses akuisisi, digitasi, pembangunan topologi data, tabulasi, pemberian atribut, dan transformasi koordinat.

Proses akuisisi merupakan proses pemasukan dan perekaman data yang kemudian diproses dalam komputer.

Langkah awal ini dilakukan dengan digitasi memakai perangkat keras (hardware), mirip meja digitizer, scanner, serta komputer.

Selain hardware, proses pemasukan data ini juga  membutuhkan software. Salah satu software Sistem Informasi Geografis yang telah banyak digunakan oleh beberapa instransi di Indonesia yaitu PC Arc Info.

Dengan memakai perpaduan antara hardware dan software proses pemasukan data bisa dilakukan.


Digitasi yaitu proses pengubahan data geografi menjadi data vektor. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan memakai titik, garis, dan poligon. Data spasialnya didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian.

c. Pembangunan Topologi Data
Hasil konversi data analog ke format digital melalui digitasi secara otomatis diperoleh topologi atau struktur data. Hasil digitasi sebelum mempunyai struktur topologi disebut data mentah dan belum bisa diproses untuk analisis.

Tablasi yaitu proses pemasukan data atribut melalui pembuatan tabel. Dari data tabulasi akan membentuk basis data dalam komputer untuk digunakan pada pengolahan selanjutanya.

Apabila topologi data telah terbentuk, langkah selanjutnya yaitu memperlihatkan identitas (ID) atau label pada data-data tersebut.

Transformasi koordinat yaitu proses penyesuaian koordinat geografi pada hasil digital yang dilakukan sebelum atau sehabis proses editing.

2. Manajemen Pengelolaan Basis Data
Dalam subsistem ini dilakukan pengolahan data dasa. Adapun proses-proses yang dilakukan antara lain:

Pengarsipan dilakukan untuk menyimpan data-data yang nantinya akan dilakukan untuk analisis. Hal ini juga berkhasiat pada dikala pemanggilan data kembali.
Pengarsipan ini tidak hanya pada data dasar hasil digitasi, tetapi juga pada data dasar lain.

Pemodelan merupakan inti dari bagaimana kita memperlakukan data untuk analisis sesuai dengan impian pengguna. Pada pemodelan, kita membuat konsep bagaimana membuat atau melaksanakan analisis terhadan suatu data untuk memperoleh informasi baru.
Pemodelan ini mencerminkan pola pikir kita dalam melaksanakan analisis data. Pola pikir ini sering digambarkan dalam diagram alir.

3. Manipulasi dan Analisis Data
Analisis data spasial dalam Sistem Informasi Geografis, antara lain:

Klasifikasi yaitu proses mengelompokkan data yang berasal dari peta dasar menjadi data spasial yang baru.

Contohnya mengklasifikasikan tata guna lahan untuk permukiman, pertanian, perkebunan, atau hutan (peta tata guna lahan) berdasarkan analisis data kemiringan atau data ketinggian (peta topografi)

Overlay yaitu proses menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang berbeda.

Contohnya, menganalisis tempat rawan abrasi dengan meng-overlaykan (tumpang susun) data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air.

Networking yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri atas garis-garis dan titik-titik yang saling terselubung.

Analisis ini sering digunakan dalam banyak sekali bidang.
Misalnya, sistem jaringan telepon kabel listrik, pipa, minyak atau gas, pipa air minum, atau jalan masuk pembuangan.

Buffering yaitu proses analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang berbentuk bulat atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga kita bisa mengetahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya.

Buffer bisa digunakan contohnya untuk memilih jalur hijau, menggambarkan zona ekonomi eksklusif, mengetahui luas tempat yang mengalami tumpahan minyak di laut, dan sebaginya.

Proses analisis tiga dimensi sering digunakan untuk memudahkan pemahaman lantaran data divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi.

Misalnya digunakan untuk menganalisis tempat yang akan terkenan fatwa lava bila gunung api diprediksi akan meletus.

4. Hasil/Keluaran
Hasil dari proses pengerjaan dengan Sistem Informasi Geografis ada banyak sekali macam, mirip dalam bentuk hardcopy (peta, tabel, laporan) dan bentuk softcopy (berupa informasi digital).

Sumber: Suprapto. 2020. Geografi Sekolah Menengan Atas Kelas X. Jakarta: CV Graha Pustaka

Related : Materi Lengkap! Dasar-Dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh, Dan Sistem Gosip Geografi

0 Komentar untuk "Materi Lengkap! Dasar-Dasar Pemetaan, Penginderaan Jauh, Dan Sistem Gosip Geografi"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)