Pada hakekatnya geomorfologi sanggup didefinisikan sebagai ilmu perihal roman muka bumi beserta aspek-aspek yang mempengaruhinya termasuk deskripsi, klasifikasi, genesa, perkembangan dan sejarah permukaan bumi.
Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan).
Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan perihal bentuk-bentuk permukaan bumi.
Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi mempunyai arti ilmu yang mempelajari perihal proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.
Beberapa pengeritan geomorfologi yang dikemukakan para ahli:
Lobeck, 1939
Geomorfologi yakni studi bentuk lahan (landform)
Thornbury (1958)
Geomorfologi yakni ilmu pengetahuan perihal bentuk lahan.
Cooke(1974)
Geomorfologi yakni studi bentuk lahan dan pemekarannya pada sifat alamiah asal mula, proses pengembangan dan komposisi materialnya.
Van Zuidam (1979)
Geomorfologi yakni studi bentuk lahan dan proses-¬proses yang menghipnotis pembentukannya dan memeriksa kekerabatan antara bentuk dan proses dalam tatanan keruangannya.
Verstappen (1983)
Geomorfologi merupakan ilmu pengetahuan perihal bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, dan menekankan pada asal mula dan perkembangan di masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan perihal bentangalam (the science of landforms), alasannya yakni termasuk pembahasan perihal insiden bumi secara umum, menyerupai pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, menyerupai plain, plateau, mountain dan sebagainya.
Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology: An Introduction to the study of landscapes”. Landscapes yang dimaksudkan disini yakni bentangalam alamiah (natural landscapes). Dalam mendiskripsi dan menafsirkan bentuk-bentuk bentangalam (landform atau landscapes) ada tiga faktor yang diperhatikan dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dalam mempelajari geomorfologi.
Para akhli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentangalam yang dilihatnya dan mencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi, Disamping itu juga untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentangalam, disamping memprediksi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan pemodelan numerik.
Geomorfologi sangat bersahabat kaitannya dengan bidang ilmu menyerupai fisiografi, meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi.
Kajian mengenai geomorfologi yang pertama kalinya dilakukan yaitu kajian untuk pedologi, satu dari dua cabang dalam ilmu tanah.
Bentangalam merupakan respon terhadap kombinasi antara proses alam dan antropogenik. Bentangalam terbentuk melalui pengangkatan tektonik dan volkanisme, sedangkan denudasi terjadi melalui pengikisan dan mass wasting.
Hasil dari proses denudasi diketahui sebagai sumber materi sedimen yang kemudian diangkut dan diendapkan di daratan, pantai maupun lautan.
Bentangalam sanggup juga mengalami penurunan melalui insiden amblesan yang disebabkan oleh proses tektonik atau sebagai hasil perubahan fisik yang terjadi dibawah endapan sedimen.
Proses proses tersebut satu dan lainnya terjadi dan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, ekologi, dan acara manusia.
Model geomorfik yang pertama kali diperkenalkan yakni model perihal siklus geomorfik atau siklus erosi, dikembangkan oleh William Morris Davis (1884–1899).
Siklus geomorfik terinspirasi dari teori “uniformitarianisme” yang pertama kalinya dikenalkan oleh James Hutton (1726-1797).
Berkaitan dengan bentuk-bentuk lembah yang terdapat dimuka bumi, siklus geomorfik bisa menjelaskan urut-urutan dari suatu sungai yang mengikis lembah yang menimbulkan kedalaman suatu lembah menjadi lebih dalam lagi, sedangkan proses pengikisan yang terjadi pada kedua sisi lembah yang terjadi secara teratur akan menciptakan lembah menjadi landai kembali dan elevasinya menjadi semakin lebih pula.
Siklus ini akan bekerja kembali dikala terjadi pengangkatan dari daratan.
A. Hubungan Geomorfologi dengan Ilmu Ilmu Lain
Geomorfologi bergotong-royong sanggup diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perihal perubahan- perubahan pada bentuk muka bumi dan secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perihal alam, yaitu meliputi bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di bawahnya, serta sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar pada bentuk permukaan itu (American Geological Institute, 1973).
Dalam bahasa Indonesia banyak orang menggunakan kata bentangalam sebagai terjemahan geomorfologi, sehingga kata geomorfologi sebagai ilmu sanggup diterjemahkan menjadi Ilmu Bentangalam.
Selain itu kata geomorfologi digunakan pula untuk menyatakan roman muka bumi, umpamanya bila seseorang menceriterakan keadaan muka bumi suatu kawasan sanggup dikatakan pula bahwa orang tersebut menceritakan geomorfologi atau bentangalam kawasan itu.
Pada awalnya orang menggunakan kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari roman muka bumi ini.
Di Eropa fisiografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman perihal iklim, meteorologi, oceanografi, dan geografi.
Akan tetapi di Amerika pemakaian kata fisiografi untuk bidang ilmu yang hanya mempelajari roman muka bumi saja dan lebih bersahabat hubungannya dengan geologi.
Mereka lebih cenderung untuk menggunakan kata geomorfologi dan sering kedua kata itu dicampur- adukkan.
Ilmu-ilmu yang yang bersahabat hubungannya dengan geomorfologi terutama yakni Ilmu Kebumian, termasuk diantaranya adalah:
FISIOGRAFI
Pada awalnya fisiografi meliputi studi perihal atmosfir, hidrologi dan bentangalam dan studi yang mempelajari ketiga ketiga objek tersebut umumnya berkembang di benua Eropa, sedangkan geomorfologi merupakan salah satu cabang dari Fisiografi. Dengan semakin majunya perkembangan studi perihal atmosfir(meteorologi) dan hidrologi di Amerika menimbulkan objek studi Fisiografi menjadi lebih terbatas, yaitu hanya mempelajari bentangalam saja, sehingga di Amerika istilah Fisiografi identik dengan Geomorfologi.
GEOLOGI
Geologi mempunyai objek studi yang lebih luas dari geomorfologi, lantaran mencangkup studi perihal seluruh kerak bumi, sedangkan geomorfologi hanya terbatas pada studi permukaan dari pada kerak bumi. Oleh lantaran itu maka geomorfologi dianggap sebagai cabang dari geologi dan kemudian dalam perkembangannya geomorfologi menjadi suatu ilmu tersendiri, terlepas dari geologi. Geologi struktur dan geologi dinamis yakni cabang-cabang ilmu geologi yang sangat membantu dalam mempelajari geomorfologi. Dengan geologi dinamis sanggup membantu untuk menjelaskan evolusi permukaan bumi, sedangkan geologi struktur membantu dalam menjelaskan jenis-jenis dari bentuk-bentuk bentangalam. Banyak bentuk bentangalam dicerminkan oleh struktur geologinya. Oleh lantaran itu untuk mempelajari geomorfologi maka diharapkan pengetahuan dari ilmu-ilmu tersebut.
METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI
Meteorologi dan Klimatologi, yang mempelajari keadaan fisik dari atmosfir dan iklim. Ilmu ini mempunyai pengaruh, baik eksklusif maupun tidak eksklusif terhadap proses perubahan roman muka bumi. Kondisi cuaca menyerupai terjadinya angin, petir, kelembaban udara dan dampak perubahan iklim sanggup membawa perubahan- perubahan yang besar terhadap bentuk roman muka bumi yang ada. Oleh lantaran itu untuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di permukaan bumi, diharapkan pengetahuan perihal ilmu-ilmu tersebut.
HIDROLOGI
Hidrologi yakni ilmu yang mempelajari perihal segala sesuatu mengenai air yang ada di bumi (the science of the waters of the earth), termasuk dalam hal ini air yang ada di sungai-sungai, danau-danau, lautan dan air bawah tanah. Pengetahuan mengenai hidrologi juga akan pembantu dalam mempelajari geomorfologi. Sama halnya dengan atmosfir, air sanggup juga menimbulkan perubahan-perubahan atas roman muka bumi yang ada dan sanggup meninggalkan bekas-bekasnya.
GEOGRAFI
Geografi mempunyai objek studi yang lebih luas dari pada geomorfologi, alasannya yakni meliputi aspek-aspek fisik dan sosial dari pada permukaan bumi. Sedangkan geomorfologi menekankan pada bentuk-bentuk yang terdapat pada permukaan bumi. Geografi menekankan kajiannya pada “Space Oriented” yang sanggup menawarkan dimana dan bagaimana penyebaran dari pada bentuk bentangalam serta mengapa penyebarannya demikian. Mengingat sifat dari geografi yang “Anthropocentris”, dan dalam hubungannya dengan studi geomorfologi, maka muncullah suatu sub disiplin ilmu yaitu “Geography of landform”. Dimana didalamnya juga mencakup, bagaimana meng-aplikasikan setiap jenis bentangalam untuk acara dan kehidupan manusia. Dengan kata lain sanggup menjalin suatu kekerabatan timbal balik antara insan dengan bentangalam yang ada.
Dalam perkembangannya Geomorfologi diaplikasikan dalam aneka macam bidang kehidupan, sehingga melahirkan aneka macam spesialisasi Geomorfologi, seperti: Geomorfologi Teknik; Geomorfologi Sumberdaya; Geomorfologi Lingkungan; Geomorfologi Dinamik dan sebagainya.
Geomorfologi didifinisikan sebagai salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari dan menggambarkan bentuklahan (landform), berikut perkembangan serta proses yang melibatkannya dalam susunan ruang dan waktu, Studi geomorfologi meliputi studi historis yang mendeduksikan ciri-ciri bentangalam (landscape) yang dikaitkan dengan bukti-bukti peristiwa/historis, menyerupai (tektonik, perubahan muka maritim dan iklim).
Sedangkan studi fungsional menyangkut mengenai proses dan sikap material bumi yang oleh andal geomorfologi diamati perkembangan bentuklahannya.
Geomorfologi selalu mempertimbangkan proses dan material, lantaran keduanya penting dalam diterminasi morfologi suatu daerah. Sistem survei dan pemetaan geomorfologi maupun klasifikasinya menganut sitem ITC (International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences), yang didasarkan atas survei Analitik, Sintetik dan Pragmatik. Survei analitik (mono disiplin) yan ditekankan pada morfometri, morfografi morfogenesa dan morfokronologi.
Survei sintetik (multi disiplin) merupakan hasil kolaborasi dari aneka macam keahlian, sedangkan survei pragmatik diubahsuaikan dengan tujuan survei. Sitem penjabaran geomorfologi dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
1. Provinsi geomorfologi, dalam skala = 1:250.000, dengan unsur utama yang digeneralisasi diantaranya yakni genesa dan batuan.
2. Unit geomorfologi utama, dalam skala = 1:250.000, dengan unsur utama agak digeneralisasikan diantaranya relief, batuan dan genesa.
3. Unit geomorfologi, dalam skala = 1:50.000, dengan unsur utama agak rincidari relief, batuan dan genesanya.
4. Geomorfologi rinci, dalam skala = 1:10.000, dengan unsur dari relief secara rinci didasarkan atas keseragaman bentuklahan batuan, tanah/soil, vegetasi dan proses.
Mengacu sistem penjabaran di atas, dasar penyusunan peta geomorfologi Indonesia (tentatif) bersekala 1: 10.000.000 menggunakan penjabaran urutan I yaitu provinsi geomorfologi. Peta geomorfologi disusun menurut hasil interpretasi inderaan jauh dan pengamatan lapangan yang disajikan dalam bentuk gambar melalui proses kartografi.
Sumber:
Suharini, Erni dan Abraham Palangan. 2008.Geomorfologi Gaya, Proses, dan Bentuk Lahan. Semarang: Widya Karya
Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan).
Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan perihal bentuk-bentuk permukaan bumi.
Berasal dari bahasa yang sama, kata geologi mempunyai arti ilmu yang mempelajari perihal proses terbentuknya bumi secara keseluruhan.
Beberapa pengeritan geomorfologi yang dikemukakan para ahli:
Lobeck, 1939
Geomorfologi yakni studi bentuk lahan (landform)
Thornbury (1958)
Geomorfologi yakni ilmu pengetahuan perihal bentuk lahan.
Cooke(1974)
Geomorfologi yakni studi bentuk lahan dan pemekarannya pada sifat alamiah asal mula, proses pengembangan dan komposisi materialnya.
Van Zuidam (1979)
Geomorfologi yakni studi bentuk lahan dan proses-¬proses yang menghipnotis pembentukannya dan memeriksa kekerabatan antara bentuk dan proses dalam tatanan keruangannya.
Verstappen (1983)
Geomorfologi merupakan ilmu pengetahuan perihal bentuk lahan pembentuk muka bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, dan menekankan pada asal mula dan perkembangan di masa mendatang serta konteksnya dengan lingkungan.
Worcester (1939) mendefinisikan geomorfologi sebagai diskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi. Definisi Worcester ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan perihal bentangalam (the science of landforms), alasannya yakni termasuk pembahasan perihal insiden bumi secara umum, menyerupai pembentukan cekungan lautan (ocean basin) dan paparan benua (continental platform), serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari yang disebut diatas, menyerupai plain, plateau, mountain dan sebagainya.
Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology: An Introduction to the study of landscapes”. Landscapes yang dimaksudkan disini yakni bentangalam alamiah (natural landscapes). Dalam mendiskripsi dan menafsirkan bentuk-bentuk bentangalam (landform atau landscapes) ada tiga faktor yang diperhatikan dalam mempelajari geomorfologi, yaitu: struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu kesatuan dalam mempelajari geomorfologi.
Para akhli geolomorfologi mempelajari bentuk bentuk bentangalam yang dilihatnya dan mencari tahu mengapa suatu bentangalam terjadi, Disamping itu juga untuk mengetahui sejarah dan perkembangan suatu bentangalam, disamping memprediksi perubahan perubahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang melalui suatu kombinasi antara observasi lapangan, percobaan secara fisik dan pemodelan numerik.
Geomorfologi sangat bersahabat kaitannya dengan bidang ilmu menyerupai fisiografi, meteorologi, klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi.
Kajian mengenai geomorfologi yang pertama kalinya dilakukan yaitu kajian untuk pedologi, satu dari dua cabang dalam ilmu tanah.
Bentangalam merupakan respon terhadap kombinasi antara proses alam dan antropogenik. Bentangalam terbentuk melalui pengangkatan tektonik dan volkanisme, sedangkan denudasi terjadi melalui pengikisan dan mass wasting.
Hasil dari proses denudasi diketahui sebagai sumber materi sedimen yang kemudian diangkut dan diendapkan di daratan, pantai maupun lautan.
Bentangalam sanggup juga mengalami penurunan melalui insiden amblesan yang disebabkan oleh proses tektonik atau sebagai hasil perubahan fisik yang terjadi dibawah endapan sedimen.
Proses proses tersebut satu dan lainnya terjadi dan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, ekologi, dan acara manusia.
Model geomorfik yang pertama kali diperkenalkan yakni model perihal siklus geomorfik atau siklus erosi, dikembangkan oleh William Morris Davis (1884–1899).
Siklus geomorfik terinspirasi dari teori “uniformitarianisme” yang pertama kalinya dikenalkan oleh James Hutton (1726-1797).
Berkaitan dengan bentuk-bentuk lembah yang terdapat dimuka bumi, siklus geomorfik bisa menjelaskan urut-urutan dari suatu sungai yang mengikis lembah yang menimbulkan kedalaman suatu lembah menjadi lebih dalam lagi, sedangkan proses pengikisan yang terjadi pada kedua sisi lembah yang terjadi secara teratur akan menciptakan lembah menjadi landai kembali dan elevasinya menjadi semakin lebih pula.
Siklus ini akan bekerja kembali dikala terjadi pengangkatan dari daratan.
Geomorfologi bergotong-royong sanggup diartikan sebagai ilmu yang mempelajari perihal perubahan- perubahan pada bentuk muka bumi dan secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perihal alam, yaitu meliputi bentuk-bentuk umum roman muka bumi serta perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di bawahnya, serta sejarah perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar pada bentuk permukaan itu (American Geological Institute, 1973).
Dalam bahasa Indonesia banyak orang menggunakan kata bentangalam sebagai terjemahan geomorfologi, sehingga kata geomorfologi sebagai ilmu sanggup diterjemahkan menjadi Ilmu Bentangalam.
Selain itu kata geomorfologi digunakan pula untuk menyatakan roman muka bumi, umpamanya bila seseorang menceriterakan keadaan muka bumi suatu kawasan sanggup dikatakan pula bahwa orang tersebut menceritakan geomorfologi atau bentangalam kawasan itu.
Pada awalnya orang menggunakan kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari roman muka bumi ini.
Di Eropa fisiografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman perihal iklim, meteorologi, oceanografi, dan geografi.
Akan tetapi di Amerika pemakaian kata fisiografi untuk bidang ilmu yang hanya mempelajari roman muka bumi saja dan lebih bersahabat hubungannya dengan geologi.
Mereka lebih cenderung untuk menggunakan kata geomorfologi dan sering kedua kata itu dicampur- adukkan.
Ilmu-ilmu yang yang bersahabat hubungannya dengan geomorfologi terutama yakni Ilmu Kebumian, termasuk diantaranya adalah:
FISIOGRAFI
Pada awalnya fisiografi meliputi studi perihal atmosfir, hidrologi dan bentangalam dan studi yang mempelajari ketiga ketiga objek tersebut umumnya berkembang di benua Eropa, sedangkan geomorfologi merupakan salah satu cabang dari Fisiografi. Dengan semakin majunya perkembangan studi perihal atmosfir(meteorologi) dan hidrologi di Amerika menimbulkan objek studi Fisiografi menjadi lebih terbatas, yaitu hanya mempelajari bentangalam saja, sehingga di Amerika istilah Fisiografi identik dengan Geomorfologi.
GEOLOGI
Geologi mempunyai objek studi yang lebih luas dari geomorfologi, lantaran mencangkup studi perihal seluruh kerak bumi, sedangkan geomorfologi hanya terbatas pada studi permukaan dari pada kerak bumi. Oleh lantaran itu maka geomorfologi dianggap sebagai cabang dari geologi dan kemudian dalam perkembangannya geomorfologi menjadi suatu ilmu tersendiri, terlepas dari geologi. Geologi struktur dan geologi dinamis yakni cabang-cabang ilmu geologi yang sangat membantu dalam mempelajari geomorfologi. Dengan geologi dinamis sanggup membantu untuk menjelaskan evolusi permukaan bumi, sedangkan geologi struktur membantu dalam menjelaskan jenis-jenis dari bentuk-bentuk bentangalam. Banyak bentuk bentangalam dicerminkan oleh struktur geologinya. Oleh lantaran itu untuk mempelajari geomorfologi maka diharapkan pengetahuan dari ilmu-ilmu tersebut.
METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI
Meteorologi dan Klimatologi, yang mempelajari keadaan fisik dari atmosfir dan iklim. Ilmu ini mempunyai pengaruh, baik eksklusif maupun tidak eksklusif terhadap proses perubahan roman muka bumi. Kondisi cuaca menyerupai terjadinya angin, petir, kelembaban udara dan dampak perubahan iklim sanggup membawa perubahan- perubahan yang besar terhadap bentuk roman muka bumi yang ada. Oleh lantaran itu untuk mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di permukaan bumi, diharapkan pengetahuan perihal ilmu-ilmu tersebut.
HIDROLOGI
Hidrologi yakni ilmu yang mempelajari perihal segala sesuatu mengenai air yang ada di bumi (the science of the waters of the earth), termasuk dalam hal ini air yang ada di sungai-sungai, danau-danau, lautan dan air bawah tanah. Pengetahuan mengenai hidrologi juga akan pembantu dalam mempelajari geomorfologi. Sama halnya dengan atmosfir, air sanggup juga menimbulkan perubahan-perubahan atas roman muka bumi yang ada dan sanggup meninggalkan bekas-bekasnya.
GEOGRAFI
Geografi mempunyai objek studi yang lebih luas dari pada geomorfologi, alasannya yakni meliputi aspek-aspek fisik dan sosial dari pada permukaan bumi. Sedangkan geomorfologi menekankan pada bentuk-bentuk yang terdapat pada permukaan bumi. Geografi menekankan kajiannya pada “Space Oriented” yang sanggup menawarkan dimana dan bagaimana penyebaran dari pada bentuk bentangalam serta mengapa penyebarannya demikian. Mengingat sifat dari geografi yang “Anthropocentris”, dan dalam hubungannya dengan studi geomorfologi, maka muncullah suatu sub disiplin ilmu yaitu “Geography of landform”. Dimana didalamnya juga mencakup, bagaimana meng-aplikasikan setiap jenis bentangalam untuk acara dan kehidupan manusia. Dengan kata lain sanggup menjalin suatu kekerabatan timbal balik antara insan dengan bentangalam yang ada.
Geomorfologi didifinisikan sebagai salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari dan menggambarkan bentuklahan (landform), berikut perkembangan serta proses yang melibatkannya dalam susunan ruang dan waktu, Studi geomorfologi meliputi studi historis yang mendeduksikan ciri-ciri bentangalam (landscape) yang dikaitkan dengan bukti-bukti peristiwa/historis, menyerupai (tektonik, perubahan muka maritim dan iklim).
Sedangkan studi fungsional menyangkut mengenai proses dan sikap material bumi yang oleh andal geomorfologi diamati perkembangan bentuklahannya.
Geomorfologi selalu mempertimbangkan proses dan material, lantaran keduanya penting dalam diterminasi morfologi suatu daerah. Sistem survei dan pemetaan geomorfologi maupun klasifikasinya menganut sitem ITC (International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences), yang didasarkan atas survei Analitik, Sintetik dan Pragmatik. Survei analitik (mono disiplin) yan ditekankan pada morfometri, morfografi morfogenesa dan morfokronologi.
Survei sintetik (multi disiplin) merupakan hasil kolaborasi dari aneka macam keahlian, sedangkan survei pragmatik diubahsuaikan dengan tujuan survei. Sitem penjabaran geomorfologi dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
1. Provinsi geomorfologi, dalam skala = 1:250.000, dengan unsur utama yang digeneralisasi diantaranya yakni genesa dan batuan.
2. Unit geomorfologi utama, dalam skala = 1:250.000, dengan unsur utama agak digeneralisasikan diantaranya relief, batuan dan genesa.
3. Unit geomorfologi, dalam skala = 1:50.000, dengan unsur utama agak rincidari relief, batuan dan genesanya.
4. Geomorfologi rinci, dalam skala = 1:10.000, dengan unsur dari relief secara rinci didasarkan atas keseragaman bentuklahan batuan, tanah/soil, vegetasi dan proses.
Mengacu sistem penjabaran di atas, dasar penyusunan peta geomorfologi Indonesia (tentatif) bersekala 1: 10.000.000 menggunakan penjabaran urutan I yaitu provinsi geomorfologi. Peta geomorfologi disusun menurut hasil interpretasi inderaan jauh dan pengamatan lapangan yang disajikan dalam bentuk gambar melalui proses kartografi.
Sumber:
Suharini, Erni dan Abraham Palangan. 2008.Geomorfologi Gaya, Proses, dan Bentuk Lahan. Semarang: Widya Karya
0 Komentar untuk "Lengkap! Pengertian Geomorfologi"