Langkah-Langkah Pembelajaran Scientifik

Langkah-Langkah Pembelajaran Scientifik


A.   Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Menurut Permendikbud no. 81 A Tahun 2013 lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran dinyatakan bahwa Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman berguru pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.

Kelima pembelajaran pokok tersebut sanggup dirinci dalam aneka macam kegiatan berguru sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.
Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya
LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN BELAJAR
KOMPETENSI YANG DIKEMBANGKAN
Mengamati
Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)
Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
Menanya
Mengajukan pertanyaan wacana informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi pelengkap wacana apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan berguru sepanjang hayat

Mengumpulkan informasi/ eksperimen

-     melakukan eksperimen
-     membaca sumber lain selain buku teks
-     mengamati objek/ kejadian/
-     aktivitas
-     wawancara dengan narasumber

Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui aneka macam cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan berguru dan berguru sepanjang hayat.
Mengasosiasikan/
mengolah informasi
-     mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
-     Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman hingga kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari aneka macam sumber yang mempunyai pendapat yang berbeda hingga kepada yang bertentangan.
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan mekanisme dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan .

Mengkomunikasikan

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.


1.    Mengamati

Kegiatan berguru yang dilakukan dalam proses mengamati adalah: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah: melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini mempunyai keunggulan  tertentu, menyerupai menyajikan media objek secara nyata, akseptor didik bahagia dan tertantang, dan gampang pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang usang dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jikalau tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu akseptor didik, sehingga proses pembelajaran mempunyai kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode observasi akseptor didik menemukan fakta bahwa ada kekerabatan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang dipakai oleh guru.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah menyerupai berikut ini.
a.    Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b.    Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c.     Menentukan  secara jelas  data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d.    Menentukan di mana daerah objek yang akan diobservasi
e.    Menentukan secara terang bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data semoga berjalan gampang dan lancar
f.     Menentukan cara dan melaksanakan pencatatan atas hasil observasi , menyerupai memakai buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jikalau akseptor didik dan guru melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, menyerupai (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.
Secara lebih luas, alat atau instrumen yang dipakai dalam melaksanakan observasi, sanggup berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek sanggup berupa suatu daftar yang berisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat tanda-tanda atau fenomena berdasarkan tingkatannya. Catatan anekdotalberupa catatan yang dibentuk oleh akseptor didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.

2.    Menanya

Kegiatan berguru menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan wacana informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi pelengkap wacana apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan yaitu mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perluuntuk hidup cerdas dan berguru sepanjang hayat.
Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga sanggup dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimay efektif!

a.    Fungsi bertanya

1)    Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian  akseptor didik wacana suatu tema atau topik pembelajaran.
2)    Mendorong dan menginspirasi akseptor didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3)    Mendiagnosis kesulitan berguru akseptor didik sekaligus memberikan ancangan untuk mencari solusinya.
4)    Menstrukturkan tugas-tugas dan memperlihatkan kesempatan kepada akseptor didik untuk memperlihatkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5)    Membangkitkan keterampilan akseptor didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan memakai bahasa yang baik dan benar.
6)    Mendorong partisipasi akseptor didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir,  dan menarik  simpulan.
7)    Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan mendapatkan pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8)    Membiasakan akseptor didik berpikir impulsif dan cepat, serta sigap dalam merespon dilema yang tiba-tiba muncul.
9)    Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.

b.    Kriteria pertanyaan yang baik

1)    Singkat dan Jelas
Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang menyebabkan generasi muda terjerat perkara narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat perkara narkotika dan obat-obatan terlarang?Pertanyaan kedua lebih singkat dan lebih terang dibandingkan dengan pertanyaan pertama.
2)    Menginspirasi Jawaban
Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka dilema sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul, jikalau suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan pola yang diberikan guru untuk menginspirasi jawaban akseptor menjawab pertanyaan.
3)    Memiliki Fokus
Contoh: Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan?Untuk pertanyaan menyerupai ini sebaiknya masing-masing akseptor didik diminta memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima contohnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak mempunyai modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawaban lain, akseptor didik yang keenam dan seterusnya, bisa dimintai jawaban. Pertanyaan  yang luas menyerupai di atas sanggup dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?Pertanyaan menyerupai ini dimintakan jawabannya kepada akseptor didik secara perorangan.
4)    Bersifat Probing atau Divergen
Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah akseptor didik harus rajin belajar?(2) Mengapa akseptor didik yang sangat malas berguru cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh  akseptor didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang kemungkinan mempunyai bobot kebenaran yang sama.
5)    Bersifat Validatif atau Penguatan
Pertanyaan sanggup diajukan dengan cara meminta kepada akseptor didik  yang berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu  dimaksudkan untuk memvalidsi atau melaksanakan penguatan atas jawaban akseptor didik sebelumnya. Ketika beberapa orang akseptor didik telah memperlihatkan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. Contoh:
o  Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
o  Peserta didik I: “karena orang yang malas lebih banyak membisu ketimbang bekerja.”
o  Guru: “siapa yang sanggup melengkapi jawaban tersebut?”
o  Peserta didik II: “karena lebih banyak membisu ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif”
o  Guru  : “siapa yang sanggup melengkapi jawaban tersebut?”
o  Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, lantaran itu ia tidak produktif.”
6)    Memberi Kesempatan Peserta Didik untuk Berpikir Ulang
Untuk menjawab pertanyaan dari guru, akseptor didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata.Karena itu, sehabis mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa dikala sebelum meminta atau menunjuk akseptor didik untuk menjawab pertanyaan itu.
7)    Merangsang Peningkatan Tuntutan Kemampuan Kognitif
Pertanyaan guru yang baik membuka peluang akseptor didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya.Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, menyerupai dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif  yang lebih tinggi, menyerupai pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
8)    Merangsang Proses Interaksi
Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri akseptor didik.Dalam kaitan ini, sehabis memberikan pertanyaan, guru memperlihatkan kesempatan kepada akseptor didik mendiskusikan jawabannya.Setelah itu, guru memberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang akseptor didik diminta memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.Pola bertanya menyerupai ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.

c.     Tingkatan Pertanyaan

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi akseptor didik untuk memperlihatkan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif menyerupai apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.
Tingkatan
Subtingkatan
Kata-kata kunci pertanyaan
Kognitif yang lebih rendah
§  Pengetahuan(knowledge)
§  Apa...
§  Siapa...
§  Kapan...
§  Di mana...
§  Sebutkan...
§  Jodohkan atau pasangkan...
§  Persamaan kata...
§  Golongkan...
§  Berilah nama...
§  Dll.
§  Pemahaman(comprehension)
§  Terangkahlah...
§  Bedakanlah...
§  Terjemahkanlah...
§  Simpulkan...
§  Bandingkan...
§  Ubahlah...
§  Berikanlah interpretasi...
§  Penerapan(application
§  Gunakanlah...
§  Tunjukkanlah...
§  Buatlah...
§  Demonstrasikanlah...
§  Carilah hubungan...
§  Tulislah contoh...
§  Siapkanlah...
§  Klasifikasikanlah...
Kognitif yang lebih tinggi
§  Analisis (analysis)

§  Analisislah...
§  Kemukakan bukti-bukti…
§  Mengapa…
§  Identifikasikan…
§  Tunjukkanlah sebabnya…
§  Berilah alasan-alasan…
§  Sintesis (synthesis)
§  Ramalkanlah…
§  Bentuk…
§  Ciptakanlah…
§  Susunlah…
§  Rancanglah...
§  Tulislah…
§  Bagaimana kita sanggup memecahkan…
§  Apa yang terjadi seaindainya…
§  Bagaimana kita sanggup memperbaiki…
§  Kembangkan …
§  Evaluasi(evaluation)
§  Berilah pendapat…
§  Alternatif mana yang lebih baik…
§  Setujukah anda…
§  Kritiklah…
§  Berilah alasan…
§  Nilailah…
§  Bandingkan…
§  Bedakanlah…

3.    Mengumpulkan informasi/ Eksperimen (Mencoba)

Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan pembelajarannya antara lain:
a.    melakukan eksperimen;
b.    membaca sumber lain selain buku teks;
c.     mengamati objek/ kejadian/aktivitas; dan
d.    wawancara dengan narasumber.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen yaitu Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui aneka macam cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan berguru dan berguru sepanjang hayat.
Untuk memperoleh hasil berguru yang nyata atau autentik, akseptor didik harus mencoba atau melaksanakan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus mempunyai keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan wacana alam sekitar, serta bisa memakai metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan lancar (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan murid, (2) Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan, (3) Perlu memperhitungkan daerah dan waktu, (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid, (5) Guru membicarakan perkara yanga akan yang akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada murid, (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

4.    Mengasosiasi/ Mengolah informasi

Kegiatan berguru yang dilakukan dalam proses mengasosiasi / mengolah informasi sebagai berikut.
a.    mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
b.    Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman hingga kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari aneka macam sumber yang mempunyai pendapat yang berbeda hingga kepada yang bertentangan.
Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/ mengolah inofrmasi yaitu Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan mekanisme dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan akseptor didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi akseptor didik harus lebih aktif daripada guru.Penalaran yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang sanggup diobservasi untuk memperoleh jawaban berupa pengetahuan. 
Penalaran dimaksud merupakan kebijaksanaan sehat ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan darireasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.Karena itu, istilah acara menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori berguru asosiasi atau pembelajaran asosiatif.Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan bermacam-macam ide dan mengasosiasikan bermacam-macam bencana untuk kemudian memasukannya menjadi potongan memori.
Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan acara pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar akseptor didik sanggup dilakukan dengan cara berikut ini.
1)    Guru menyusun materi pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2)    Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru yaitu memberi instruksi singkat tapi terang dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.
3)    Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) hingga pada yang kompleks (persyaratan tinggi).
4)    Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang sanggup diukur dan diamati
5)    Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
6)    Perlu dilakukan pengulangan dan latihan semoga sikap yang diinginkan sanggup menjadi kebiasaan atau pelaziman.
7)    Evaluasi atau penilaian didasari atas sikap yang nyata atau otentik.
8)    Guru mencatat semua kemajuan akseptor didik untuk kemungkinan memperlihatkan tindakan pembelajaran perbaikan.

5.    Mengomunikasikan

Kegiatan berguru mengkomunikasikan yaitu memberikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.  Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan yaitu Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Dalam kegiatan mengkomunikasikan sanggup dilakukan pembelajaran kolaboratif.Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup insan yang menempatkan dan memaknai kolaborasi sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan perjuangan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar.Sebaliknya, akseptor didiklah yang harus lebih aktif.Jika  pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, ia menyentuh wacana identitas akseptor didik terutama jikalau mereka bekerjasama atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, akseptor didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan mendapatkan kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa kondusif sehingga memungkin akseptor didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan berguru secara bersama-sama. 
Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif.Dua sifat berkenaan dengan perubahan kekerabatan antara guru dan akseptor didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan gres dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.

1.    Guru dan Peserta Didik Saling Berbagi Informasi

Dengan pembelajaran kolaboratif,  akseptor didik memiliki ruang gerak untuk menilai  dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, taktik dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, kiprah guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer berguru ketimbang memberi instruksi dan mengawasi secara rijid.
2.    Berbagi Tugas dan Kewenangan
Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru membuatkan kiprah dan kewenangan dengan akseptor didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan akseptor didik menimba pengalaman mereka sendiri,  membuatkan taktik dan informasi, menghormati antarsesa, mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil kiprah secara terbuka dan bermakna.

Pemanfaatan Internet

Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif.Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan susukan dan ketersediaan informasi yang luas dan mudah.Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai tumpuan yang murah dan gampang bagi akseptor didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.
Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan yaitu milik akseptor didik yang mempunyai susukan hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang bisa memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.






https://edu.paperplane-tm.site

Related : Langkah-Langkah Pembelajaran Scientifik

0 Komentar untuk "Langkah-Langkah Pembelajaran Scientifik"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)