6 Faktor Pembentuk Tanah Lengkap!

Syarat utama terbentuknya tanah ada dua yaitu (1) tersedianya materi asal atau materi induk, (2) adanya faktor-faktor yang mempengaruhi materi induk (Jenny, 1941).

Bahan induk tanah berbeda denga batuan induk. Bahan induk tanah merupakan materi hasil pelapukan batuan induk.

Bahan induk bersifat lepas-lepas (unconsolidated), sementara itu, batuan induk bersifat padu. Faktor-faktor lain yang bekerja kemudian sehabis pelonggokan materi induk tanah sanggup dikelompokkan menjadi faktor aktif dan faktor pasif.

Faktor aktif dalam pembentukan tanah yaitu iklim dan organisme tanah. Faktor pembentuk tanah yang bersifat pasif yaitu lokasi tempat terdapatnya materi induk dan kurun waktu berlangsungnya pembentukan tanah.

Jenny (1941) memformulasikan faktor pembentuk tanah ke dalam sebuah formula matematis berikut:

S = f (C, O, P, R, T)

S = Tanah (Soil)
f  = Fungsi (Function)
C = Ikilm (Climate)
O = Organisme (Organism)
P = Bahan induk tanah (Soil Parent Materials)
R = Bentuk lahan (Relief)
T = Waktu (time)

Penjelasan secara detail oleh Jenny dimulai dengan faktor materi induk tanah sebagai materi dasar terbentuknya tanah, dilanjutkan dengan iklim dan organisme sebagai faktor pembentuk tanah yang aktif dan relief serta waktu sebagai faktor pembentuk tanah yang pasif.

Jenny (1941) juga mengindikasikan adanya faktor-faktor pembentuk tanah lokal yang tentunya tidak berlaku secara umum.

Faktor lokal yang paling utama yaitu imbas acara manusia, bahkan Dudal (2004) memberikan bahwa insan sebagai faktor pembentuk tanah yang keenam.

Berbagai acara insan sanggup mengakibatkan perubahan-perubahan di dalam badan tanah.

Perubahan-perubahan dalam arah perkembangan tanah sebagai akhir dari acara insan memanfaatkan lahan sangat bervariasi tergantung dari bentuk acara dan intensitasnya.

Aktivitas penambangan bijih mineral secara terbuka jelas-jelas menyingkirkan tanah epilog permukaan dan menguak batuan dasar sehingga perkembangan tanah mulai dari titik awal kembali.

Pemberian air irigasi sanggup diartikan sebagai proses intensifikasi pelindian basa-basa di lapisan olah tanah.

Banyak pola lain dari acara insan memanfaatkan lahan yang mempengaruhi perkembangan tanah dan tidak sanggup dideskripsikan satu per satu.

Faktor pembentuk tanah yang bersifat lokal dan alami juga ada. Beberapa sanggup dicontohkan yaitu kontrol struktur batuan, fluktuasi air tanah, kegempaan, dan vulkanisme.

Di antara kelima faktor pembentuk tanah, faktor iklim mempunyai imbas yang dominan.

Atas dasar pemahaman bahwa iklim yaitu faktor yang mayoritas dalam pembentukan tanah, maka sering diistilahkan tanah yaitu hancuran iklim atau pelapukan (weathering).

Terlonggoknya materi induk tanah pada suatu lokasi tertentu yaitu sebagai akhir dari bekerjanya iklim.

Tahap awal bekerjanya iklim yaitu berupa pelapukan secara fisik atau mekanik yang menghasilkan batuan induk yang keras dan padu menjadi tercerai berai dalam ukuran yang relatif halus.

Proses berikutnya yang bekerja pada materi induk tanah menjadi tanah tidak sanggup lepas dari imbas iklim (Buol et al., 1997).

Pemahaman mengenai batuan induk sebagai penyedia asal mineral dalam tanah yaitu penting, walaupun tanah bukan merupakan hasil dari pelapukan batuan induk secara langsung.

Tanah yaitu hasil perkembangan lebih lanjut dari hasil pelapukan batuan induk yang disebut dengan  materi induk tanah.

Pembentukan tanah terjadi sehabis materi induk terlonggok pada suatu tempat.

Bahan induk tanah sanggup berasal dari batuan induk yang pribadi berada di bawahnya, sanggup pula berasal dari batuan induk yang lokasinya jauh dari lokasi keberadaan materi induk tanah ketika ini.

Batuan induk sanggup dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu (1) batuan beku, (2) batuan sedimen, (3) batuan metamorf.

Ketiga jenis batuan penyusun kerak bumi mempunyai sifat dasar yang khas yang kuat kuat pada resistensi batuan terhadap proses pelapukan.

Batuan beku dan batuan metamorf mempunyai resistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan batuan sedimen.

Batuan beku pada umumnya mempunyai resistensi lebih tinggi dibandingkan batuan metamorf.

Batuan metamorf sanggup mempunyai resistensi yang lebih tinggi dibandingkan batuan beku jikalau proses metamorfosis batuan berlangsung sempurna.

Sedimen yang lunak dan lepas-lepas sanggup berasal dari batuan beku, batuan metamorfik, dan batuan sedimen yang mengalami pelapukan.

Material sedimen merupakan materi induk tanah. Proses pembentukan tanah terjadi dibawah imbas iklim dan organisme yang bekerja pada material sedimen.

Batuan beku (igneus rock) terbentuk dari pembekuan magma. Macam batuan beku antara lain granit, diorit, andesit, dasit, basal, dan gabro.

Batuan beku tersusun atas mineral primer ibarat kuarsa, feldspar, dan mineral-mineral lain ayng berwarna kelam meliputi biotit, augit, dan hornblende.

Batuan sedimen dihasilkan dari pembatuan kembali (lithification) atas mineral endapat hasil pelapukan batuan induk jenis tertentu, serta sanggup pula merupakan hasil pembatuan kembali dari batuan gunung api.

Batuan sedimen sanggup berasal dari pembatuan kembali endapan laut, sungai, danau, rawa, endapan angin, aneka macam jenis pengendapan secara gravitasional serta pengendapan endapan biologis.

Pembatuan kembali sanggup terjadi sebagai akhir sedimentasi, tekanan kuat atas batuan lain yang menumpanginya, tekanan kuat akhir tektonisme, dan atau pemanasan yang tinggi.

Batuan sedimen yang ada di bumi pada umumnya merupakan hasil pembatuan kembali dari endapan laut.

Batuan malihan atau metamorf terbentuk oleh metamorfosis atau perubahan bentuk dari batuan lain (batuan beku dan batuan sedimen).

Perubahan bentuk batuan terjadi sebagai akhir dari imbas tekanan kuat dan suhu tinggi.

Adanya tekanan kuat dan suhu tinggi sanggup mengakibatkan mineral-mineral luruh dan membentuk mineral gres dengan susunan dan berdiri struktur yang khas.

Sebagai pola dari batuan metamorfik yaitu gneiss, schicst, kerikil sabak, kuarsit, dan marmer.


Bahan induk tanah yaitu materi pembentuk utama atau asal dari tanah tersebut. materi induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen, serta batuan metamorf. Batuan induk ini akan hancur menjadi materi induk, kemudian mengalami pelapukan, dan menjadi tanah.

Contoh Bahan Induk Tanah

Umumnya,  tanah yang ada di permukaan bumi, akan menunjukkan adanya sifat yang sama dengan materi induknya, terutama dalam sifat kimianya.

Bahan induk yang masih terlihat ini umumnya ibarat tanah dengan struktur pasir yang berasal dari materi induk dengan kandungan pasir tinggi.

Selain itu, susunan kimia dan mineral dari materi induk sanggup memengaruhi intensitas dari tingkat pelapukan dan vegetasi yang ada di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah yang juga mempunyai kadar ion Ca yang banyak.

Hal ini sanggup menghindarkan tanah dari penyucian asam silikat yang dapt mengakibatkan tanah berwarna kelabu.

Sebaliknya, apabila materi induk mempunyai kandungan kapur yang kurang, maka jadinya sanggup terbentuk tanah yang warnanya lebih merah.

Bahan induk tanah sanggup berupa material anorganik dan sanggup pula berupa material organik. Bahan induk tanah anorganik merupakan hasil  pelapukan dari batuan beku, sedimen, dan atau metamorf.

Batuan induk tanah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup baik flora maupun hewan.

Bahan induk tanah anorganik terususun atas mineral-mineal yang sanggup dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) mineral orisinil (primer), (2) mineral sekunder.

Mineral primer terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf, dan mineral sekunder umumnya terdapat pada batuan sedimen.
Organisme ibarat vegetasi dan jasad renik menunjukkan imbas yang cukup besar terhadap proses pembentukan tanah. Pengaruh tersebut, antara lain :

Membantu proses pelapukan, khususnya proses pelapukan organik
Membantu proses pembentukan humus.  Sebab, tumbuh -tumbuhan akan menghasilkan dedaunan serta ranting -ranting yang menumpuk pada permukaan tanah. Dedaunan dan ranting yang menumpuk ini akan membusuk dengan pinjaman jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
Jenis vegetasi sangat kuat terhadap sifat-sifat tanah. Misalnya, pada vegetasi hutan, sanggup membentuk tanah hutan yang mempunyai warna merah. Sementara untuk vegetasi rumput, sanggup menimbulkan pembentukan tanah yang berwarna hitam alasannya banyak mengandung materi organik.
Kandungan unsur-unsur kimia yang ada pada tumbuhan sanggup mempengaruhi sifat-sifat tanah. Hal ini sanggup terjadi contohnya, bila ada tumbuhan jenis cemara, maka tumbuhan ini akan menunjukkan unsur-unsur kimia, ibarat Ca, Mg, dan K yang relatif rendah. Akibatnya, tanah yang ada di bawah pohon cemara akan mempunyai derajat keasaman yang lebih tinggi daripada tanah yang ada di bawah pohon jati.
Iklim mempunyai unsur -unsur yang memengaruhi proses pembentukan tanah. Unsur iklim tersebut terutama yaitu suhu dan curah hujan. Suhu mempengaruhi proses pelapukan (lebih terang mengenai pelapukan Pengertian Pelapukan, Jenis dan Faktor Penyebabnya) yang terjadi materi induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan sanggup berlangsung dengan lebih cepat sehingga pembentukan tanah juga akan semakin cepat.

Sementara itu, curah hujan sangat mempengaruhi kekuatan pengikisan serta pembersihan tanah. Padahal, pembersihan tanah yang berlangsung cepat sanggup menimbulkan tanah menjadi asam atau pH tanah semakin rendah sehingga proses pembentukan tanah pun juga semakin cepat.
Keadaan relief dari suatu tempat sanggup memengaruhi pembentukan tanah. Pengaruh topografi ini ibarat :

Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Dalam hal ini, untuk tempat dengan topografi yang miring dan berbukit, maka lapisan tanah di atasnya menjadi lebih tipis akhir erosi. Sementara pada tempat yang datar, lapisan tanah cenderung lebih tebal alasannya terjadi proses sedimentasi.
Sistem drainase atau pengaliran. Daerah yang mempunyai sistem drainase yang cukup buruk biasanya akan lebih sering tergenang air. Kondisi inilah yang sanggup mengakibatkan tanah menjadi cendeng asam.
Tanah merupakan suatuu benda yang ada di alam, yang terus menerus mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi ini diakibatkan oleh pelapukan dan penyucian yang terjadi secara terus menerus pula. Proses yang terus berlangsung inilah yang mengakibatkan tanah akan menjadi semakin renta dan kurus.

Jika ini terjadi, mineral tanah yang banyak mengandung unsur hara akan habis akhir adanya proses pelapukan. Kemudian yang tertinggal hanyalah mineral yang sukar lapuk, ibarat kuarsa.

Akibat adanya proses pembentukan tanah yang terus berjalan ini, maka induk tanah pun juga ikut mengalami perubahan berturut-turut menjadi : muda, tanah dewasa, dan tanah tua.

Tanah muda yaitu tanah yang ditandai dengan adanya proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran dari materi organik serta materi mineral atau masih tampak struktur materi induknya. Contoh tanah muda contohnya tanah aluvial, regosol, danlitosol.

Tanah berilmu balig cukup akal yaitu jenis tanah yang sanggup dikenal dengan adanya proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda sanggup bermetamorfosis tanah dewasa. Proses yang dimaksud yaitu pembentukan horizon B. Contoh tanah berilmu balig cukup akal yaitu tanah andosol, latosol, dan grumosol.

Tanah renta yaitu jenis tanah yang ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih berlangsung terus-menerus sehingga terjadilah proses perubahan-perubahan yang kasatmata pada horizon – horizon A dan B. Contoh tanah renta yaitu jenis tanah podsolikdan latosol renta (laterit).

Semua proses ini tentu memakan waktu, sehingga waktu pun juga dianggap sebagai faktor pembentuk tanah yang cukup utama. Sedangkan untuk lamanya waktu pembentukan tanah ini sanggup berbeda-beda.

Bahan induk vulkanik yang terlepas-lepas ibarat bubuk vulkanik misalnya, akan membutuhkan waktu hingga 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan hingga 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.
Manusia merupakan faktor pembentuk tanah yang aktif.

Berbagai bentuk acara insan di atas permukaan tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya telah banyak mempengaruhi proses pembentukan tanah.

Bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya tanah oleh insan yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan tanah sanggup dikelompokkan menjadi dua, yaitu: manipulasi faktor pembentuk tanah aktif, dan manipulasi faktor pembentuk tanah pasif.

Manipulasi faktor pembentuk tanah aktif sanggup berupa pengaturan lengas tanah dan jenis vegetasi tanah.

Manipulasi faktor pembentuk tanah pasif sanggup berupa perubahan relief dan penambahan atau pengurangan materi induk tanah.

Manipulasi kondisi lengas tanah dilakukan insan dalam rangka penyediaan air bagi tanaman.

Penyediaan air bagi tumbuhan berupaya pemberian air irigasi khususnya pada ketika isu terkini kemarau.

Manipulasi kondisi lengas tanah mengakibatkan proses pelindian unsur-unsur basa sanggup larut pada lapisan tanah atas ke lapisan tanah bawah berlangsung lebih intensif dibanding pada kondisi alami.

Pada kondisi alami, pelindian hanya terjadi pada isu terkini penghujan saja, sementara pada isu terkini kemarau terjadi pengurangan lengas melalui dua cara, perkolasi ke arah bawah dan kapilerisasi ke arah atas.

Kapilerisasi merupakan pengambalian sebagian unsur-unsur basa yang pada ketika isu terkini penghujan terlindi ke bawah.

Pemberian air irigasi sepanjang tahun dimungkinkan sanggup menghilangkan atau menekan hingga batas minimum proses kapilerisasi.

Daftar Pustaka
  1. Sartohadi, Junun dkk. 2012. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Related : 6 Faktor Pembentuk Tanah Lengkap!

0 Komentar untuk "6 Faktor Pembentuk Tanah Lengkap!"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)