Sumber Gambar: filmbioskopterbaru.com
Jika kau tak temukan cinta, biarkan cinta yang menemukanmu.
Cinta adalah suatu rakhmat yang diberikan Allah kepada manusia. Namun, mengapa akhir-akhir ini begitu banyak kasus yang mengatasnamakan cinta hingga melakukan tindakan yang tak pantas dilakukan sebelum menikah.
Begitulah pembuka film yang diadaptasi dari novel laris karangan Asma Nadia. Novel yang ber-setting di Beijing dan Jakarta ini mengisahkan tentang Asmara yang akan menikah. Namun, suatu masalah membuatnya menggagalkan acara pertalian suci itu. Dewa (calon suami Asma) ternyata melakukan suatu tindakan zinah dengan perempuan lain bernama Anita, bahkan hingga Anita hamil.
Menghadapi kondisi tersebut, Asma berusaha move on. Ia pun mendapat kesempatan bekerja di Beijing. Selama di Beijing, ia menulis tentang sejarah Islam dan hal-hal lain yang berbau Islam. Ia menamai rubriknya dengan nama Assalamualaikum Beijing.
Kisah cinta pun kembali dimulai, Zhongwen seorang lelaki yang menjadi tourgouide-nya memiliki perasaan lebih padanya. Sedang Dewa (cinta pertama Asma) juga berniat menceraikan Anita demi kembali dengan Asma. Kepada siapakah cinta Asma berlabu? Dewa-kah? Atau Zhongwen?
Bagaimana dengan dongen Ashima dari Yunnan yang sering diceritakan Zhongwen pada Asma? Bagaimana perjuangan Asma berkonsentrasi melawan penyakitnya? Pantaskah seorang perempuan yang memiliki suatu kecatatan bahagia dengan jalan pernikahan? Apakah cinta membutuhkan fisik yang sempurna? Dari film ini, kita bisa mengetahuinya.
Seperti diketahui oleh banyak pihak, ketika suatu film diadaptasi oleh sebuah film. Tentu ada beberapa hal yang diubah. Dan ini telah menjadi rahasia umum. Pun, dalam film ini ada beberapa bagian yang dihilangkan atau diubah. Sebagaian menambah keindahan, dan sebagain lainnya membuat berkurangnya nilai estetis tersebut.
Pertama, Asma menjadi biro perwakilan kantor sama dengan Mas Ridwan dan Sekar. Jika kita membaca novelnya, Anda jelas paham apa yang saya maksud. Namun, menurut saya hal tersebut jauh lebih indah. Apalagi kekocakan dan kelucuan Bella (pemeran Sekar) sangat terasa. Kedua, pemeran Zhongwen yang diubah menjadi seorang tourguide, padahal dalam nocel tidak seperti itu? Hal tersebut membuat suspense dalam film ini berkurang, bandingkan dengan novelnya? Ketiga, pesan dalam film tersampaikan sekalipun tidak sehebat novelnya. Menyangkut soal pesan, Anda bisa menontonnya sendiri di You Tube juga telah tersaji.
Terlepas dari itu semua, kehadiran film Assalamualaikum Beijing memberi nuansa baru dalam khasanah sastra perfilman Indonesia yang dulu cenderung dihiasi oleh film-film horor setengah vulgar. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak ada manusia yang seratus persen melakukan hal (kegiatan) Islam. Anda dan saya sering melakukan hal-hal salah dan khilaf, hanya Nabi Muhammad Saw, saja yang benar-benar suci.
Maka, jika melihat komentar-komentar miring tentang adanya film ini yang memuat Patung Ashima (yang tidak mencerminkan nilai Islam), kita ambil hikmahnya. Buang yang jelek, terapkan yang baik. Selamat menonton! Selamat membaca!
Jangan lupa tinggalkan komentar, follow blog, follow twitter @gustitrisno dan G+ (+Gusti Trisno), ya? Apabila informasi ini bermanfaat bagi kamu. Bisa juga follow FP Blog Gusti Trisno biar dapat update info setiap hari. J
0 Komentar untuk "Pencarian Cinta Sejati: Dari Novel Hingga Film Assalamualaikum Beijing"