Olimpiade Bahasa Indonesia yang selanjutnya akan disingkat OBI ini telah memasuki tahun keempat. Acara yang digagas oleh HMP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini merupakan sebuah wadah menguji kemahiran dan kemampuan berbahasa dan bersastra para siswa SMA/Sederajat.
Seperti yang kita ketahui, begitu banyak olimpiade mata pelajaran semisal Olimpiade Matematika, Olimpiade Kimia, bahkan Olimpiade Olahraga dan Seni (O2SN). Dan teman-teman HMP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mendobrak dengan melaksanakaan OBI pada tahun 2014.
Sayangnya, sekalipun sudah memasuki tahun keempat. OBI 2017 ini memiliki 5 catatan penting yang perlu diperhatikan.
1. Penggunaan Poster
Kalian tentu tahu apa arti poster? Poster sendiri sudah dipelajari saat SMP/MTs tepatnya kelas 8. Kekuatan utama suatu poster terdapat pada kata-kata dan gambar. Tujuan utama pembuatannya untuk memberikan informasi, sosialisasi, atau publikasi kepada khalayak umum.
Sayangnya, poster yang dibuat rekan-rekan HMP ini mengalami kekurangan. Seperti tampak pada gambar berikut:
Dari gambar tersebut, apakah kalian bisa mengetahui letak kesalahannya?
Coba perhatikan tulisan berikut:
OLIMPIADE
BAHASA INDONESIA
TINGKAT SMA/SMK SEDERAJAT SE-JAWA TIMUR 2017
Penggunaan pilihan kata SMA/SMK sederajat pada poster tersebut sangat tidak efektif. Hal ini cukup ditulis SMA/Sederajat. Apalagi makna “Sederajat” sudah mewakili SMK, MA, dan MAK.
Tak hanya poster utama yang memiliki kesalahan. Dalam poster yang bertebaran di Facebook juga patut diperhatikan.
Pada gambar tersebut, kata “Sederajat” ditulis “Se-derajat”? Selain tidak konsisten. Pemilihan kata “Se-derajat” juga tidak tepat.
2. Pembacaan Puisi
Tak lengkap rasanya jika acara yang digagas mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tanpa pembacaan puisi. Sebab puisi dicintai, maka kucintai kau. Begitulah kata S. Arimba. Pembacaan puisi dalam acara ini dilakukan oleh grup musikalisasi Muisi dan Simulacra.
Muisi sendiri membaca puisi saat OBI peserta telah selesai melaksanakan tes tahap seminifal. Awalnya puisi-puisi yang dibacakan sesuai dengan ukuran siswa. Tapi, pada pemilihan puisi terakhir sungguh tidak sesuai dengan tingkat peserta didik.
Mereka (Muisi) membacakan puisi berjudul “Sajak Pencopet Kepada Pacarnya” karya WS. Rendra. Bagaimana rasa tidak cocoknya? Mari simpulkan sendiri isi puisi berikut:
Sajak Pesan Pencopet Kepada Pacarnya – WS Rendra
Sitti,
kini aku makin ngerti keadaanmu
Tak ‘kan lagi aku membujukmu
untuk nikah padaku
dan lari dari lelaki yang miaramu
kini aku makin ngerti keadaanmu
Tak ‘kan lagi aku membujukmu
untuk nikah padaku
dan lari dari lelaki yang miaramu
Nasibmu sudah lumayan
Dari babu dari selir kepala jawatan
Apalagi?
Nikah padaku merusak keberuntungan
Masa depanku terang repot
Sebagai copet nasibku untung-untungan
Ini bukan ngesah
Tapi aku memang bukan bapak yang baik
untuk bayi yang lagi kau kandung
Dari babu dari selir kepala jawatan
Apalagi?
Nikah padaku merusak keberuntungan
Masa depanku terang repot
Sebagai copet nasibku untung-untungan
Ini bukan ngesah
Tapi aku memang bukan bapak yang baik
untuk bayi yang lagi kau kandung
Cintamu padaku tak pernah kusangsikan
Tapi cinta cuma nomor dua
Nomor satu carilah keslametan
Hati kita mesti ikhlas
berjuang untuk masa depan anakmu
Janganlah tangguh-tangguh menipu lelakimu
Kuraslah hartanya
Supaya hidupmu nanti sentosa
Sebagai kepala jawatan lelakimu normal
suka disogok dan suka korupsi
Bila ia ganti kau tipu
itu sudah jamaknya
Maling menipu maling itu biasa
Lagi pula
di masyarakat maling kehormatan cuma gincu
Yang utama kelicinan
Nomor dua keberanian
Nomor tiga keuletan
Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta
Inilah ilmu hidup masyarakat maling
Jadi janganlah ragu-ragu
Rakyat kecil tak bisa ngalah melulu
Tapi cinta cuma nomor dua
Nomor satu carilah keslametan
Hati kita mesti ikhlas
berjuang untuk masa depan anakmu
Janganlah tangguh-tangguh menipu lelakimu
Kuraslah hartanya
Supaya hidupmu nanti sentosa
Sebagai kepala jawatan lelakimu normal
suka disogok dan suka korupsi
Bila ia ganti kau tipu
itu sudah jamaknya
Maling menipu maling itu biasa
Lagi pula
di masyarakat maling kehormatan cuma gincu
Yang utama kelicinan
Nomor dua keberanian
Nomor tiga keuletan
Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta
Inilah ilmu hidup masyarakat maling
Jadi janganlah ragu-ragu
Rakyat kecil tak bisa ngalah melulu
Usahakan selalu menanjak kedudukanmu
Usahakan kenal satu menteri
dan usahakan jadi selirnya
Sambil jadi selir menteri
tetaplah jadi selir lelaki yang lama
Kalau ia menolak kau rangkap
sebagaimana ia telah merangkapmu dengan isterinya
itu berarti ia tak tahu diri
Lalu depak saja dia
Jangan kecil hati lantaran kurang pendidikan
asal kau bernafsu dan susumu tetap baik bentuknya
Ini selalu menarik seorang menteri
Ngomongmu ngawur tak jadi apa
asal bersemangat, tegas, dan penuh keyakinan
Kerna begitulah cermin seorang menteri
Usahakan kenal satu menteri
dan usahakan jadi selirnya
Sambil jadi selir menteri
tetaplah jadi selir lelaki yang lama
Kalau ia menolak kau rangkap
sebagaimana ia telah merangkapmu dengan isterinya
itu berarti ia tak tahu diri
Lalu depak saja dia
Jangan kecil hati lantaran kurang pendidikan
asal kau bernafsu dan susumu tetap baik bentuknya
Ini selalu menarik seorang menteri
Ngomongmu ngawur tak jadi apa
asal bersemangat, tegas, dan penuh keyakinan
Kerna begitulah cermin seorang menteri
Akhirnya aku berharap untuk anakmu nanti
Siang malam jagalah ia
Kemungkinan besar dia lelaki
Ajarlah berkelahi
dan jangan boleh ragu-ragu memukul dari belakang
Jangan boleh menilai orang dari wataknya
Sebab hanya ada dua nilai: kawan atau lawan
Kawan bisa baik sementara
Sedang lawan selamanya jahat nilainya
Ia harus diganyang sampai sirna
Inilah hakikat ilmu selamat
Ajarlah anakmu mencapai kedudukan tinggi
Jangan boleh ia nanti jadi propesor atau guru
itu celaka, uangnya tak ada
Kalau bisa ia nanti jadi polisi atau tentara
supaya tak usah beli beras
kerna dapat dari negara
Dan dengan pakaian seragam
dinas atau tak dinas
haknya selalu utama
Bila ia nanti fasih merayu seperti kamu
dan wataknya licik seperti saya–nah!
Ini kombinasi sempurna
Artinya ia berbakat masuk politik
Siapa tahu ia bakal jadi anggota parlemen
Atau bahkan jadi menteri
Paling tidak hidupnya bakal sukses di Jakarta
Siang malam jagalah ia
Kemungkinan besar dia lelaki
Ajarlah berkelahi
dan jangan boleh ragu-ragu memukul dari belakang
Jangan boleh menilai orang dari wataknya
Sebab hanya ada dua nilai: kawan atau lawan
Kawan bisa baik sementara
Sedang lawan selamanya jahat nilainya
Ia harus diganyang sampai sirna
Inilah hakikat ilmu selamat
Ajarlah anakmu mencapai kedudukan tinggi
Jangan boleh ia nanti jadi propesor atau guru
itu celaka, uangnya tak ada
Kalau bisa ia nanti jadi polisi atau tentara
supaya tak usah beli beras
kerna dapat dari negara
Dan dengan pakaian seragam
dinas atau tak dinas
haknya selalu utama
Bila ia nanti fasih merayu seperti kamu
dan wataknya licik seperti saya–nah!
Ini kombinasi sempurna
Artinya ia berbakat masuk politik
Siapa tahu ia bakal jadi anggota parlemen
Atau bahkan jadi menteri
Paling tidak hidupnya bakal sukses di Jakarta
Untuk Simulacra sendiri puisi yang dipilih tidak terdapat masalah yang berarti. Kasus pemilihan puisi oleh grup Muisi kemungkinan besar terjadi karena tidak adanya komunikasi dengan panitia. Sebab jika panitia olimpiade tahu tentu mereka akan melakukan tindakan.
3. Perlukah Babak Semifinal?
Istilah sederhananya babak semifinal adalah ajang untuk menyeleksi para peserta menuju final yang sesungguhnya. Seperti yang diungkap oleh panitia bahwa OBI 2017 diikuti oleh 1.800 peserta pada tahap penyisihan. Tahap penyisihan tersebut dilaksanakan di 10 regional, yakni Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Lumajang, Probolinggo, Mojokerto, Pasuran, Blitar, Sidoarjo, dan Kediri. Dari tahap penyisihan tersebut dipilihlah 60 peserta yang diundang ke Universitas Jember. Tentu 60 peserta yang berasal dari berbagai daerah itu memiliki harapan lebih atas acara ini.
Mereka juga telah mengeluarkan energi dan biaya yang tidak sedikit. Hanya saja 60 peserta itu tidak semuanya bisa mengikuti final. Panitia kemudian memilih 30 peserta yang melaju babak final.
Sistem pelaksanaan seperti itu sepertinya patut diperhatikan. Apalagi kondisi psikologis peserta berbeda-beda. Mereka yang telah letih belajar, berjuang di jalan, dan rumahnya jauh dari tempat pelaksaan OBI. Ternyata tidak masuk final. Sungguh alangkah bijaknya jika panitia langsung mengambil 30 besar saat babak penyisihan. Sehingga tidak mengecewakan 30 peserta lainnya yang tidak masuk final. Dengan kata sederhana tidak diperlukan semifinal.
Sistem final tanpa semifinal sendiri sudah dilaksanakan pada OBI 2014 dan OBI 2015. Saat itu, panitia memilih 25 besar dari tahap penyisihan. Sehingga 25 besar tersebut benar-benar siap saat materi mendongeng. Untuk OBI 2016 sendiri, saya kurang begitu tahu sistem pelaksanannya. Sebab saya tidak turut berpartisipasi sebagai panitia.
4. Penggunaan Istilah Asing
Ajang meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa begitulah tema OBI 2017. Sayangnya, pemandu acara kurang begitu memerhatikan tema tersebut. Acara yang dipandu oleh Umar dan Charina ini menggunakan beberapa istilah asing. Sebagai contoh pada kalimat berikut:
Peserta diharapkan ke sini pada jam 18:30. Bagi peserta yang tidak ke sini tidak akan mendapatkan goody bag.
Goody bag sendiri merupakan tas souvernir atau istilah sederhananya buah tangan. Sayangnya pemandu acara lebih menggunakan kata berbahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Lalu, di mana letak eksistensi (keberadaan) bahasa Indonesia sebagai identitas dalam acara ini?
5. Dokumentasi
Kekurangan dalam perihal dokumentasi saya rasakan sendiri, entah bagaimana dengan peserta lain. Waktu itu, salah satu murid saya yang lolos OBI 2017. Sebut saja namanya Muhammad Ilyas meminta video saat ia mendongeng.
Perlu diketahui Ilyas sendiri tampil nomor 2, pada urutannya nomor 3. Untuk urutan nomor penampilan sendiri sebenarnya tidak masalah. Hanya saja ketika ia meminta video penampilannya. Panitia tidak menemukan videonya. Hanya berupa gambar-gambar saja.
Berbeda dengan Ilyas, siswa kami yang lain bernama Aulia (tampil urutan 10) ternyata divideo. Berdasarkan kasus tersebut, kemungkinan besar saat Ilyas tampil ia belum direkam.
Terakhir, 5 catatan penting pelaksanaan OBI 2017 ini tidak bermaksud untuk mencari kesalahan panitia. Hanya saja sebagai alumni saya merasa perlu adanya kritik yang membangun. Sehingga menjadi perbaikan pada pelaksaanaan OBI 2018 nanti. J
0 Komentar untuk "5 Catatan Penting Pelaksanaan OBI 2017"