Saat ini Jember memiliki wisata yang begitu hits. Kalian pasti penasaran kan? Yup, bener sekali! Puslitkoka namanya. Aku menyebutnya hits karena dari berbagai media sosial teman-teman kuliah sering memosting video yang menaiki kereta di tempat ini. Dari sana, aku langsung penasaran dan berharap segera mengunjunginya.
Kesempatan itu datang dengan memanfaatkan waktu libur Sabtu (14/4), aku, Mama, Alif, dan Bukde Sri mengunjungi tempat wisata tersebut. Sebelum kalian tahu keseruan kami. Kalian perlu tahu jika ternyata Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada 1 Januari 1911 dengan nama waktu itu Besoekisch Proefstation. Puslitkoka juga mengalami beberapa kali perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara fungsional Puslitkoka berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI – APPI).
Wah, kebayang tua banget ya? Informasi ini perlu dipercaya sebab langsung dikutip dari laman resmi Puslikoka.
Biar tidak semakin penasaran? Aku akan langsung bercerita keseruan kami.
Jadi, begini tepat jam 10:00 kami jalan ke Puslitkoka dengan formasi seperti ini: aku membonceng Alif dan Mama membonceng Bukde Sri. Mengunjungi Puslitkoka benar-benar mudah sekali, sebab dari Jalan Gadjah Mada kami tinggal lurus hingga sampai lampu merah Mangli. Lalu, memilih ke arah kiri. Selepas itu terus lurus hingga menemukan plang Pustlitkoka. Dari sana kami kembali mengikuti jalan yang memasuki perumahan warga sekitar satu kilometer.
Sekitar 10 menit kemudian suasana perkebunan langsung menyambut kami dengan angin semilir yang terasa segar sekali. Dari sana, kami langsung ke tempat parkir sepeda motor. Karcisnya lumayan murah, hanya 3 ribu per orang dan 2 ribu per motor.
Selepas memarkir sepeda motor, aku dan Alif pamit ke Mama untuk beli tiket kereta. Sedangkan Mama dan Bukde tetap menunggu di dekat parkir. Tiket pun segera kami kantongi dengan cukup membayar 10 ribu.
Proses mengantri membeli tiket. |
Bentuk tiket |
Hanya saja, kami tidak langsung bisa menaiki kereta mengingat waktu kami sampai di sana sekitar jam 11:00. Sementara kereta kembali beroperasi jam 12:30 atau seusai salat zuhur. Dalam rentang waktu yang cukup lama itu, kami gunakan untuk berfoto di beberapa spot. Seperti air mancur, gazebo kopi, dan baliho yang memiliki sayap dan pemandangan indah.
Setelah cukup puas berfoto, kami langsung santap siang. Apalagi Mama dan Bukde Sri membawa satai ayam, telur asin, es degan, dan tentunya nasi. Kami pun makan se-kertas minyak berdua dengan formasi sama ketika berboncengan sepeda motor. Sungguh, makan dengan sistem seperti itu benar-benar indah.
Barulah ketika dirasa cukup mengisi tenaga, sesi makan siang kami ganti dengan salat zuhur tepat ketika panggilan Tuhan telah datang.
Masjid Baitul Muttaqin begitulah nama tempat ibadah umat Islam yang terdapat di Puslitkoka. Masjid itu terdiri dari dua bagian sesuai gender dengan penghubung koridor agak panjang. Untuk perempuan yang tidak membawa mukena tidak perlu kuatir, sebab ternyata tersedia lumayan banyak.
O ya, di masjid ini pula aku melihat banyak sekali anak-anak PAUD dan SD/MI yang berwisata berombongan. Bahkan ada yang di luar kota, memang tak diragukan lagi mengingat tempat wisata ini kan sarat akan edukasi.
Sambil menunggu waktu keberangkatan kereta. Aku menggoda Mama dan Bukde Sri agar ikut naik kereta soalnya merasa eman kalau ke sini tidak mencoba sensasinya. Mama dan Bukde Sri pun terbujuk rayuku, sayangnya mereka mendapat nomor urut kereta keberangkatan 29. Sedangkan aku dan Alif nomor 26. Agak jauh sih, tapi tidak apa-apalah.
Waktu yang kami tunggu pun tiba. Sekitar jam setengah satu, nomor urut kereta yang kunaiki dan Alif terpanggil. Aku dan Alif pun langsung memilih duduk di posisi di belakang. Sesekali kami selfie. Dan kereta pun diberangkatkan.
Di setiap kereta disertai tourguide yang menjelaskan seputar Puslitkoka, mulai dari sejarah dan fasilitasnya. Penjelasan dari tourguider membuat kami harus melirik ke kiri dan kanan sesuai dengan arahan.
“Sebelah kanan itu adalah pohon kakao yang sudah tua. Perlu diketahui kakao tua itu dipangkas dan disambungkan dengan batang kakao muda.” Jelas tourguide yang belum sempat kutanyakan namanya.
Selepas itu, kereta kembali berjalan dan kami mengubah pandangan ke arah kiri sesuai instruksi tourguide. Di sana terhampar pemandangan pohon kakao unggulan yang memiliki ciri tanaman lebat dan mampu menyerap air dua kali lebih banyak dibandingkan tanaman kakao lainnya. Lebih lanjut, tourguide juga menjelaskan jika cokelat dibuat dari bibit kakao. Untuk daunnya sendiri ternyata pohon kaka memiliki dua warna daun lho, yakni: merah dan hijau. Daun berwarna merah sendiri nantinya akan berubah menjadi orange, sedangkan hijau berubah menjadi kuning.
Akhirnya, setelah cukup lama menemui deretan pohon kakao, kami juga dipertemukan dengan pohon kopi. Tepatnya, kopi robusta yang menyerap air dan unsur hara dua kali lebih banyak dibandingkan kopi lainnya. Dan kopi robusta itu ternyata cocok ditanam di daratan rendah.
Sebagai penutup informasi, tourguide juga berkisah jika Puslitkoka memiliki luas 160 ha dan berada di ketinggian 45 meter di atas permukaan laut.
Penjelasan sekaligus perjalanan itu benar-benar terasa begitu cepat, apalagi ditambah nikmatinya aroma alam yang menyejukkan tubuh. Hingga aku tak sadar telah tiba di air mancur (pergantian kereta).
O ya, kalian juga dibebaskan turun di beberapa spot dengan risiko ditinggal, tetapi bisa menaiki kereta selanjutnya di tempat pemberhentian lainnya. Melalui kereta ini aku bisa keliling tanpa perasaan capai, apalagi sepanjang jalan ada saja yang bisa dilihat, seperti: rusa, berbagai tanaman hias, kolam, angsa, dan tentu deretan kebun kopi serta kakao sendiri. Seperti foto-foto berikut ini:
Seusai turun dari kereta, kini tiba giliran Mama dan Bukde yang menaiki kereta uap. Sambil menunggu Mama dan Bukde, aku dan Alif melanjutkan minum es degan. Barulah ketika mama dan Bukde terlihat kami istirahat sejenak. Sebelum memutuskan pulang, aku izin terlebih dahulu ke Mama untuk mengajak Alif membeli buah tangan.
Ketika memasuki outlet, aku serasa dihipnotis dengan deretan cokelat dan kopi. Ada banyak produk yang dijual lho, semisal Luwak Java Arabica Coffe Andungsari, cokelat Vicco, sabun dari lemak kakao, minyak kelapa, gula semut, dan lain-lain. Dari sekian banyaknya produk, aku dan Alif cuma membeli dua tangkai cokelat Vicco dengan harga yang berbeda.
Baru deh, selepas itu kami memutuskan untuk pulang. Hanya saja, Mama pengen rasanya kembali ke sana. Tidak hanya berwisata, tetapi juga menyanyi. Itulah yang tergambar dari raut wajah mama. Aku pun ingin kembali ke sana, sebab pengen menikmati waktu lebih lama juga dan mencoba minuman cokelatnya secara langsung di tempat.
Sebagai tambahan informasi, kalian perlu tahu jika Puslitkoka sering dijadikan tempat penelitian lho. Memang pantas sih, apalagi terdapat berbagai fasilitas seperti: (1) Kebun Percobaan dan Areal Kantor seluas 380 ha, terdiri atas kebun percobaan kopi arabika (KP. Andungsari ketinggian 100-1.200 m dpl.), kopi robusta dan kakao (KP. Kaliwining dan KP. Sumberasin ketinggian 45-550 m dpl.). (2) Laboratorium yang dipunyai seluas 2.365 m2 dengan peralatan sejumlah 850 unit. Terdiri dari Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Laboratorium Fisika Tanah, Kimia Tanah dan Biologi Tanah, Laboratorium Kultur Jaringan, Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Laboratorium Pengolahan Hasil, Laboratorium Pengawasan Mutu, Pusat Informasi dan Pelatihan. (3) Koleksi buku dan majalah di perpustakaan sebanyak 38.706 judul dan 38.983 eksemplar, terdiri atas 7.622 judul artikel tentang kopi, 5.024 judul artikel kakao, dan lebih dari 15.677 judul artikel tentang karet, tembakau, dan tanaman lainnya.
Wah, lengkap banget ya? Bagi mahasiswa Pertanian bisa menjadikan Puslitkoka sebagai lokasi penelitian nih!
Semoga lain waktu bisa mengunjungi, tak sekadar berkunjung tetapi juga mengulik Puslitkoka lebih dalam. Semoga!
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka)
Alamat: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Kebun Percobaan Kaliwining, Jl. Kebun Renteng Jenggawah, Nogosari, Rambipuji, Nogosari Rambipuji, Nogosari, Rambipuji, Jember Regency, East Java 68175
0 Komentar untuk "Mengenal Puslitkoka, Mengenal Wisata Hits Bernuansa Ala Kopi dan Cokelat Khas Jember"