Kaum Sarungan Berburu Keseruan di Rembangan

Salat Jumat telah selesai ditunaikan dan grup WA Asrama Dalbel langsung riuh dengan ajakan ke Rembangan. Mengingat itu, aku dan Dicky langsung bersiap-siap dan kembali ke Pondok Pesantren Nurul Islam. Apalagi, Jumat (27/4) kali ini kami salat di luar pondok.



Begitu sampai di Pondok Nuris, teman-teman sepermainan kami ada Naufal, Zidan, Ikhlash, dan Ahmad telah menunggu. Aku dan Dicky minta izin sebentar ke kamar untuk mengambil celana pendek.

Ternyata tak hanya aku dan Dicky yang ditunggu, melainkan ada Ustaz Akmal (Ketua Asrama Dalem Belakang) yang sedang berada di Biro SDM Pesantren. Barulah sekitar lima belas menit kemudian, orang yang kami tunggu muncul.

Dari sana lah, kami memulai perjalanan. Jarak Rembangan dan pesantren tidak terlampau jauh. Kami hanya butuh sekitar 30 menit. Sebab perjalanan menuju salah satu wisata yang berada di puncak ketinggian itu membuat tantangan tersendiri. Hal itu bisa dilihat dari jalan berkelok-kelok, sehingga kami harus hati-hati. Jika tidak hati-hati bisa berakibat bahaya.

Kalau kalian penasaran jalannya berkelok-kelok. Cukup lihat gambar berikut:

Tapi, kalian tidak perlu takut kok. Agar kalian bisa pergi dan pulang dengan selamat, aku ingin memberikan tips. Pertama, kalian harus berkendara dalam kondisi sehat. Kedua, mulailah perjalanan dengan mengucap basmalah. Ketiga, jangan melamun. Keempat, pastikan kendaraan juga dalam kondisi sehat. Mudah kan? Hehe.
           
Sekalipun perjalanannya penuh dengan rintangan, mata kalian tidak akan bosan kok mengingat keindahan Rembangan yang tidak diragukan lagi. Mata kalian akan dimanjakan hijaunya pepohonan dan hawa dingin yang menusuk kulit.
           
Pun, sebelum sampai di gerbang Rembangan. Kalian juga dimanjakan dengan kebun pohon naga dan peternakan sapi. Melihat itu membuatku ingin mampir ke kedua tempat tersebut, tentu untuk makan buah naga dan minum susu hasil pertenakan. Tetapi, rencana itu harus ditahan terlebih dahulu. Kan tujuan utama kami adalah ke Puncak Rembangan.


Dan tempat yang kami tuju pun telah di depan mata. Ustaz Akmal selaku ketua rombongan wisata ini langsung membayar restribusi masuk Puncak Rembangan. Harganya ekonomis lho.


Dari tempat penjualan tiket, kami langsung melanjutkan ke Puncak Rembangan. Dan betapa terkejutnya aku ternyata Puncak Rembangan itu menawarkan paket hotel dan kolam renang. Sependek pikiranku, Rembangan hanya menawarkan kolam renang. Ah, betapa kolotnya aku ya? Sudah hampir lima tahun di Jember dan baru saat ini ke Rembangan.

Nah, guna membayar keletihan perjalanan kami pun mengambil foto di beberapa spot. Barulah ketika puas, kami langsung mencoba kolam renang yang dingin. Rasanya tubuhku seperti ditikam cuaca 18 derajat celcius dari saking dinginnya. Untuk kolam renang sendiri, Rembangan menawarkan beberapa pilihan lho, yakni 120 cm, 200 cm, dan 350 cm. Selain itu ada yang untuk anak-anak dengan adanya air mancur dari atas. Tak hanya itu, jika kalian suka tantangan bisa juga loncat dari atas lho. Selepas meluncur kalian langsung disambut air kolam sedalam 350 cm. Wah, pasti seru ya?

Sayangnya aku tak berani melakukan itu. Hehe.

Di kolam renang, tentu kami juga mengabadikan momen kebersamaan. Seperti pada beberapa foto berikut:






Wah, seru sekali kan ya?

Walaupun begitu, jika kalian tidak jago renang dan tanpa pendampingan ahli. Jangan coba-coba ke kolam renang yang dalam ya? Belajar dari yang dangkal saja dulu. Daripada tidak sama sekali. Benarkan? Hehe. Ingat berenang itu hanya memiliki tiga gaya, yakni gaya bebas, gaya punggung, dan gaya dada. Kalau kalian tenggelam di kolam, kan menjadi gaya batu. Hehe.

O ya, di kolam renang ini kami menuntaskan waktu agak lama diiringi oleh suara kicauan burung dan aroma kesegaran bumi. Pas banget untuk tempat romantis ya? Asal keromantisannya sudah halal ya?

Satu hal lain yang penting jika kalian ke Rembangan berhentilah merusak fasilitas. Seperti mencoret-coret dinding kolam. Sebab hal itu merusak pemandangan sendiri. Apalagi, kalian tahu sendiri untuk mengubah kolam renang seperti semula kan tidak dibutuhkan uang dan waktu yang sedikit.

Setelah cukup berenang, kami segera membilas diri di kamar mandi yang disediakan. Lepas itu kami pulang? Ah, tidak mungkin lah? Sebab keinginan untuk mentadabburi alam belum berakhir.

Apalagi, mata kami selalu menemukan spot yang menarik. Seperti di atas pohon, di ayunan, dan berbagai tempat lain. Makanya, jangan bosan lihat gambar-gambar yang pede abis berikut ini ya:




Akhirnya, tangisan bumi menderu sedikit demi sedikit memaksa kami melanjutkan perjalanan kembali ke Pondok Pesantren. Apalagi kami belum salat Asar, memang sih di Puncak Rembangan terdapat fasilitas musala, tetapi karena berbagai kepentingan seperti takut ditimpa hujan di jalan. Kami memilih salat di masjid pesantren.

Perjalanan kembali ke pesantren ternyata menyisakkan sesak di dada, apalagi waktu dan cuaca seperti tidak mendukung untuk singgah di perkebunan buah naga dan peternakan sapi.

Kami hanya singgah di masjid yang dimiliki Yayasan Pendidikan Ibnu Katsir di bawah Rembangan. Dari sana, opsi salat Asar di pondok dibatalkan mungkin karena takut cuaca di bawah tak mendukung.

Pun benarnya saja. Selepas salat dan berjalan sebentar. Tangisan bumi tak bisa dikendalikan memaksa kami menepikan diri dan mencari perlindungan.

Sementara itu, waktu tak bisa kami hentikan hingga hujan memaksa kami berteduh hingga 30 menitan.

Setelah cukup reda, kami melanjutkan perjalanan ke bakso kabut. Hal ini karena kondisi dingin pasti pas jika makan yang hangat-hangat.

Untuk bakso kabut sendiri, kalian cukup mengikuti jalan turun ke Rembangan hingga bertemu pertigaan. Barulah setelah bertemu sebuah minimarket berjaringan, kalian belok kiri sedikit, lalu jalan lurus hingga sampai di bakso kabut.

O ya, kami bertujuh memesan beranekaragam menu. Ada yang memesan bakso kabut jumbo, bakso kabut rudal, dan bakso kabut biasa. Apa pun pilihan baksonya kami sepakat memesan teh anget.

Sebagian dari kami juga memesan lontong lho. Dan jika butuh tambahan kua, kalian juga bisa meminta kepada pramusaji.

Makan di bakso kabut juga membuat sensasi kebersamaan sendiri. Seperti foto berikut ini:


Akhirnya, perjalanan kami akhiri di bakso kabut dan kembali ke pesantren. Sekaligus kembali ke rutinas yang telah menanti. []


Related : Kaum Sarungan Berburu Keseruan di Rembangan

0 Komentar untuk "Kaum Sarungan Berburu Keseruan di Rembangan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)