Ungkapan itu sesuai dengan yang kualami. Menjadi salah satu Blogger Famtrip Nasional yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Jember membuatku tak sabar ingin berjumpa dengan banyak orang yang kuyakini, tak hanya sekadar bertemu dengan orang baru, tetapi juga ilmu baru. Untuk itu, aku telah mempersiapkan diri dengan membawa tas ransel besar dan satu travel bag yang kulipat dalam tas. Travel bag itu berguna jika nantinya barang yang kubawa tak cukup masuk tas.
Perjalanan pun dimulai dari Stasiun Kota Malang dengan menggunakan layanan Kereta Api Tawang Alun aku berangkat menuju Kabupaten Jember. Kabupaten Jember bagiku tak hanya kota rantau semasa menempuh pendidikan sarjana dulu, tapi juga menjadi kota perantara menuju mimpi-mimpi lain di masa depan. Makanya sepanjang perjalanan sekitar lima jam, aku sambil bernostalgia kehidupan di beberapa tahun belakangan.
Sekitar jam sembilan malam, aku telah tiba di Stasiun Jember. Dari sana, aku harus berjalan kaki menuju salah satu minimarket di luar stasiun. Hal ini dikarenakan armada online tidak dapat mengambil penumpang di dalam stasiun. Untungnya, jarak jalan kaki tak terlampau jauh. Hanya sekitar lima ratusan meter.
“Mas Gusti Trisno?” tanya Babang Ojek memastikan namaku.
Aku mengangguk. Selepas itu, menaiki kendaraan itu dan meluncur menuju salah satu apartemen (baca: kost-kostan) temanku. Kami hanya butuh waktu sekitar sepuluh menitan untuk sampai di kost tersebut.
Adalah Mas Ilham yang menjadi tujuan tumpanganku malam ini. Ia juga salah satu personel BJS (Blogger Jember Suueger) sama sepertiku, juga sekaligus menjadi peserta Blogger Famtrip Nasional. Makanya, aku merasa nyaman saja menumpang tidur di apartemennya selama satu malam.
Lelaki yang gemar menulis fiksi itu pun segera membuka pintu gerbang. Aku pun masuk ke apartemennya yang agak luas. Sungguh, hidup di Malang, kalau boleh dibandingkan, jauh lebih murah di Jember. Untuk ukuran kost-kost-an di Jember yang Mas Ilham tempati itu hanya tiga ratus lima puluhan, sementara dengan fasilitas yang sama di Malang bisa seharga lima ratusan. Tetapi, perbandingan itu sebenarnya tak perlu dibahas. Karena memang tak ada hubungannya dengan kisah ini. Lalu, untuk apa ditulis? Ya, untuk dibaca alias FYI (For Your Information) saja. Huuah!
Masuk di kamar kost-nya, aku segera disilakan untuk istirahat. Maka aku pun menunaikan salat Isya dan Magrib yang dijamak takhir. Selepas itu, mimpi benar-benar memelukku dengan sempurna.
Kembali ke Stasiun, Makan Masakan Jepang
Wah, untuk apa kembali ke stasiun? Ternyata, tempat ini akan menjadi meeting point peserta acara ini. Makanya, seusai mengisi perut dengan nasi goreng ala Mas Ilham, kami berdua langsung bergegas menuju stasiun, tentu dibantu oleh Babang Armada Online.
Hararu menjadi tempat meeting point kami. Restoran makanan ala Jepang yang didirikan oleh dua muslimah asal Jember ini terdapat di depan Stasiun Jember. Setibanya di tempat tersebut, kami sudah bertemu dengan Mbak Fevtri yang juga Anggota Blogger Jember Suueger. Setelah itu, satu per satu peserta langsung memenuhi tempat tersebut.
Mbak Novie sebagai salah satu perwakilan owner sambil menggendong anaknya bercerita asal mula penamaan restoran ini. Ternyata kata Hararu itu berarti halal dalam bahasa Jepang. Perempuan itu juga mengungkapkan makanan di sini walaupun asal Jepang, tapi cocok buat lidah Jember alias Indonesia tentunya. Untuk itu, rasanya aku perlu mencoba. Hehe.
Lebih lanjut, Mbak berkerudung ini menceritakan jika Unagi yang dibuat tidak berasal dari belut laut seperti umumnya restoran masakan Jepang, ia lebih memilih menggunakan belut lokal dari petani lokal.
“Ketika membuat Yaki Fantasi sempat menggunakan daging lokal, tapi taste-nya kurang masuk. Akhirnya, menggunakan daging impor,” papar perempuan itu.
Unagi. Yaki Fantasi. Duh, nama-nama makanan itu rasanya perlu diingat berkali-kali agar aku tak salah menuliskannya. Hehe.
Akhirnya, tiba saatnya aku mencoba makanan dari restoran ini. Sama seperti yang Mbak Novie bilang, rasanya benar-benar enak Jepang ala Jember banget. Alias masuk banget. Makanya, meskipun sudah makan nasi goreng di kost Mas Ilham, aku tetap saja semangat makan di tempat ini ditambah dengan segelas Matcha Ice. Benar-benar nikmat deh.
Untuk harga di restoran ini benar-benar ramah kantong mahasiswa deh, tak percaya? Lihat saja, gambar menu berikut:
Barangkali suatu saat nanti ketika berkunjung ke Jember, aku ingin kembali mencoba makan di tempat ini.
Sebelum meninggalkan Hararu. |
Warung Kembang, Segala Cerita Dimulai
Tiga mobil bermuatan sedang menunggu untuk membawa kami menuju Warung Kembang. Warung ini terletak di Ajung, Jember. Barangkali jika dikira-kira membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit dari Stasiun. Lokasinya pun begitu mudah, dari perempatan Mangli cukup ambil jalan ke kiri hingga mentok ketemu Warung Kembang di sebelah kiri. Untuk lebih lengkapnya, cek Google Maps saja. Insya Allah tidak akan kesasar kok.
Sesampainya di warung itu, beberapa peserta langsung memanfaatkan waktu dengan mandi dan beristirahat. Terlebih sebagian besar dari mereka berasal dari berbagai macam daerah yang begitu jauh. Mulai dari beberapa kabupaten di Jawa Timur hingga beberapa kabupaten/kota di Jawa Barat dan Jakarta.
Sambil menunggu makanan siap, aku seolah diajak bernostalgia di tempat ini. ini memang kali kedua, aku di Warung Kembali. Pertama kali ke sini saat masih menjadi anggota MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Bahasa Indonesia. Acaranya pun membahas seputar persiapan Ujian Nasional. Kalau, sekarang kan memang benar-benar silaturahmi. Jadi, agak santai banget kan? Walaupun begitu ya, di tempat ini kami benar-benar sharing seputar ilmu per-blogging-an.
“Kalau ambil job harus mikir, jangan sampai hari ini ngulas provider X, besoknya ngulas provider Y.” Sebut salah satu blogger yang sebut saja namanya Bunga. :D
Mendengar itu, aku sungguh ketawa. Memang beberapa teman kutemui menggambil job serupa. Selain itu, Bunga kembali melanjutkan cerita tentang trik-tip mendapatkan job. Ia juga menegaskan kita harus bisa mengukur diri sebelum mendapatkan job. Dengan kata lain, pantas nggak dapat bayaran segini? Apa saja syarat mendapatkan job? Dan lain-lain. Pokoknya bermanfaat banget deh.
Diskusi ringan kami pun segera diakhiri dengan datangnya Salat Dzuhur. Barulah, seusai itu kami makan. Dan sebagai anak kos yang sedang perbaikan gizi, aku begitu bergairah melihat ikan berukuran besar. Sungguh, di Malang aku biasa makan ayam dan teman-temannya, untuk ikan laut harga lebih tinggi. Makanya, bertemu dengan ikan membuat gairah makanku meningkat begitu saja.
Usai mengisi energi itu, kami segera turun. Lho, kok turun? Duh, maaf lupa nggak cerita awalnya ya! Warung Kembang ini memiliki dua lantai. Lantai pertama itu disertai meja dan kursi-kursi, sedangkan lantai dua itu benar-benar lesehan. Tetapi, untuk menuju lantai dua kita harus menaiki tangga yang dibuat dari batu alami. Batunya besar-besar. Indah deh pokoknya.
Nah, ketika turun, kami segera memanfaatkan waktu dengan berfoto. Berikut foto-fotonya.
Bersama teman-teman Blogger. |
Bagus kan?
Nah, lebih bagus lagi. Kalau kalian terus mantengin blogku untuk melihat keseruan di tempat lainnya.
Sabar menunggu ya!
0 Komentar untuk "Menyiapkan Bekal di Hararu dan Warung Kembang "