Pengalaman Menjadi Petugas Pilkades Melaui E-Voting

Minggu, 2 September 2018 telah dilaksanakan pilkades di Kecamatan Taman secara serentak menggunakan sistem e-voting.

Sistem e-voting artinya dalam pemilihan calon kepala desa, masyarakat tidak lagi menggunakan kertas coblos, melainkan menggunakan layar sentung dengan komputer.

Hasilnya keseluruhannya tidak mengecewakan sukses, namun ada pengalaman menyebalkan dibaliknya.

#Jadi Panitia
Senin, 26 Agustus 2018 malam hari pakdheku tiba ke rumah. Ternyata maksud kedatangannya ialah untuk mengatakan padaku apakah bersedia menjadi petugas pilkades atau tidak.

Karena sebelumnya tidak pernah menjadi petugas pilkades, maka saya iyakan proposal tersebut. Pikirku tidak mengecewakan lah jika sanggup uang jajan dan pengalaman.

#Membagi Undangan
Kamis, 29 Agustus saya ditugaskan untuk membagi permintaan pemungutan bunyi untuk warga. Sialnya saya ditugaskan membagi permintaan di dusun sebelah yang hampir tak ada yang ku kenal nama-namanya.

Bangkenya lagi, itu permintaan dalam keadaan acak, tidak disusun menurut urutan Kepala Keluarga (KK). Selain itu, saya juga tidak dibekali daftar pemilih tetap (DPT) sehingga membuatku pusing ketika mau membagikan permintaan tersebut.

Kamis, Jumat, dan Sabtu selama tiga hari berturut-turut saya membagi permintaan tersebut dan mencari satu persatu nama-nama yang tertulis dalam undangan. Rasanya kapok jika disuruh ginian lagi. Benar-benar menjengkelkan.

#Pemungutan Suara
Pada hari ahad kami para petugas pilkades berkumpul di pendopo desa untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Pemungutan suatu menggunakan komputer agak menyebalkan alasannya ialah banyak masyarakat yang kesulitan ketika menentukan foto calon kepala desa. Warga kebanyakan tidak terbiasa menggunakan komputer, apalagi yang layar sentuh.

Aku berjaga di bab bilik seringkali harus mengajari mereka berkali-kali. Aku harus mengatakan isyarat perihal tombol apa yang harus di klik, namun tanpa melihat pribadi ke dalam bilik. Inilah susahnya.

Sore harinya proses pemungutan telah selesai.
Karena menggunakan komputer, secara cepat hasil pemungutan bunyi sanggup diketahui secara akurat.

Sempat terjadi ketegangan ketika pengumuman tiba, akan tetapi tidak hingga terjadi anarkisme.
Hasil keluar, dan calon pemenang telah diketahui serta diumumkan oleh panitia pilkades.

Kami pun mendapat hak bayaran kerja menjadi panitia. Aku diberikan amplop putih oleh ketua panitia. Setelah ku buka ternyata isinya cuma Rp150.000. Kecil sekali rupanya honornya.

Aku kira bayarannya sanggup mecapai 400 ribu alasannya ialah kerjanya tidak mengecewakan berat, ternyata tidak sesuai harapan. Ya sudahlah buat pengalaman.

Related : Pengalaman Menjadi Petugas Pilkades Melaui E-Voting

0 Komentar untuk "Pengalaman Menjadi Petugas Pilkades Melaui E-Voting"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)