25 Contoh Model Pembelajaran Kooperatif untuk Guru
Dalam kegiatan mencar ilmu mengajar guru sanggup menerapkan beberapa model pembelajaran sesuai dengan kondisi kelas dan materi yang diajarkan. Model Pembelajaran yang efektif untuk diterapkan di kelas ialah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam satu kelompok kecil, saling membantu dalam belajar. Dalam Pembelajaran kooperatif siswa mencar ilmu dalam kelompok-kelompok kecil yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda satu sama lain.
Dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning ini bisa merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana mencar ilmu pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 hingga 6 orang siswa. Pada ketika siswa mencar ilmu dalam kelompok akan berkembang suasana mencar ilmu yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, alasannya ialah pada ketika itu akan terjadi proses mencar ilmu kolaboratif dalam kekerabatan pribadi yang saling membutuhkan. Pada ketika itu juga siswa yang mencar ilmu dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola mencar ilmu tutor sebaya (peer group) dan mencar ilmu secara berhubungan (cooperative).
Berikut ini pola model pembelajaran kooperatif dengan beberapa tipe yang sanggup diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas
1. STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali dipakai di kelas anda, maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa.
Berikut ini pola model pembelajaran kooperatif dengan beberapa tipe yang sanggup diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas
1. STAD (Student Teams Achievement Division)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali dipakai di kelas anda, maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa.
2. Round Table atau Rally Table
Untuk memakai model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally Table ini guru sanggup memperlihatkan sebuah kategori tertentu kepada siswa, contohnya kata-kata yang dimulai dengan karakter “a”. Selanjutnya mintalah siswa bergantian menuliskan satu kata secara bergiliran.
3. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini bersama-sama ialah penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian sanggup maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok bersama-sama mencar ilmu unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan menyidik hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memperlihatkan dukungan jikalau diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa dukungan sahabat sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap ahad guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memperlihatkan akta atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin komplemen untuk kelompok yang anggotanya menerima nilai sempurna. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini ialah alasannya ialah siswa bertanggungjawab untuk menyidik pekerjaan rekannya yang lain, maka guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-kelompok kecil yang menemuai banyak kendala dalam mencar ilmu yang merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk dipakai dalam pembelajaran.
4. Jigsaw
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian disesuaikan oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini ialah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap belajarnya sendiri dan juga mencar ilmu anggota kelompoknya yang lain. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, alasannya ialah selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada anggota kelompoknya yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran kooperatif ini ialah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal (home group) dan (2) kelompok andal (expert group). Kelompok asal dibuat dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi kiprah untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh kiprah masing-masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok andal ialah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang mempunyai kiprah mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan janji mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.
5. Tim Jigsaw
Untuk memakai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan setiap siswa pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa saja contohnya PKn, atau seperempat bab dari sebuah topik yang harus mereka pelajari atau ingat. Setelah setiap siswa tadi menuntaskan pembelajarannya dan kemudian saling mengajarkan/menjelaskan wacana materi yang menjadi tugasnya atau saling berhubungan untuk membentuk sebuah kesatuan materi yang utuh ketika mereka menuntaskan sebuah kiprah atau teka-teki.
6. Jigsaw II
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini ialah modifikasi dari tipe Jigsaw. Jigsaw II dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun 1980 di mana semua anggota kelompok asal mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing-masing anggota difokuskan untuk mendalami bagian-bagian tertentu dari topik itu. Setiap anggota kelompok asal harus menjadi andal dalam bab topik yang mereka dalami. Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya pada anggota kelompok asalnya yang lain secara bergantian.
7. Reverse Jigsaw (Kebalikan Jigsaw)
Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timothy Hedeen (2003). Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, bila pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok andal hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, siswa-siswa dari kelompok andal mengajarkan keahlian mereka (materi yang mereka pelajari atau dalami) kepada seluruh kelas.
8. NHT (Numbered Heads Together) – Kepala Bernomor Bersama
Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk menomori diri mereka masing dalam kelompoknya mulai dari 1 hingga 4. Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jikalau bisa menjawa pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 hingga 4) dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman siswa wacana balasan pertanyaan itu melalui diskusi.
9. TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ibarat dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994). Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa dari kelompok lain supaya sanggup memperlihatkan bantuan poin bagi kelompoknya. Suatu mekanisme tertentu dipakai untuk menciptakan permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian memperlihatkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil mencar ilmu siswa.
10. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru memberikan gosip yang sanggup memunculkan bermacam-macam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara berpasangan bermain kiprah sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, sehabis wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan sanggup membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving (pemecahan masalah).
11. Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk dipakai ketika guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa yang telah mereka ungkapkan ketika diskusi di dalam kelompok mereka. Siswa-siswa dalam kelompok-kelompok itu sanggup bertanya untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain. Misalnya sehabis diskusi wacana proses-proses kompleks yang terjadi di dalam badan insan contohnya pencernaan makanan, siswa sanggup membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.
12. GI (Group Investigation)
Group investigation ialah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk mempunyai kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Langkah-langkah pembelajaran pada model pemelajaran GI sebagai berikut : 1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen, 2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan kiprah kelompok yang harus dikerjakan, 3) Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi kiprah secara kooperatif dalam kelompoknya, 4) Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam kelompoknya, 5) Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya memberikan hasil pembahasannya, 6) Kelompok lain sanggup memperlihatkan tanggapan terhadap hasil pembahasannya, 7) Guru memperlihatkan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memperlihatkan kesimpulan, 8)Evaluasi.
13. Marry Go Round
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Keliling Kelompok (Go Around) ini memperlihatkan kesempatan lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan memperlihatkan partisipasi mereka kepada orang lain dalam pemecahan suatu permasalahan. Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan mengaktifkan setiap anggota kelompok. Dimana penerapannya dimulai dari pertama sekali siswa membentuk kelompoknya masing-masing, kemudian masing-masing kelompok diberi waktu 15 menit untuk mempelajari materi yang akan dibahas. Sebelumnya guru telah mempersiapkan pertanyaan yang sesuai dengan indikator (satu buah karton dibuat satu pertanyaan) ditempel di dinding kelas (depan, samping, belakang) dengan jarak tertentu. Setiap kelompok berdiri di depan kertas kartonnya masing-masing, Guru memilih waktu untuk memulai menulis, Siswa cukup mengisi satu balasan dengan waktu yang ditentukan guru, Seterusnya tiap kelompok bergilir mengisi balasan berdasarkan arah jarum jam, dan begitu seterusnya. selesai semua kegiatan diadakan diskusi kelas dan tanya jawab.
14. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk pasangan-pasangan ketika berpartisipasi dalam sebuah obrolan (percakapan atau diskusi) mengenai sebuah teks (bahan bacaan). Setiap anggota pasangan akanbergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mendapatkan dan memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan memakai teknik-teknik metakognitif ibarat mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa siswa sanggup mencar ilmu secara efektif dari siswa lainnya. Baca artikel yang lebih rinci wacana model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran timbal balik).
15. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated reading composition) ialah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya menerima kesempatan mencar ilmu melalui presentasi eksklusif oleh guru wacana keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut “kelompok membaca berbasis keterampilan”. Pada model pembelajaran CIRC ini siswa berpasang-pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari satu sama lain bagaimana “membaca-bermakna” dan keterampilan menulis melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling bantu untuk memperlihatkan acara pengembangan keterampilan dasar berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral reading), menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok dipublikasikan pada selesai proses pembelajaran. Semua kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam mencar ilmu dan menuntaskan kiprah membaca dan menulis.
16. The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa melaksanakan kerja sama untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran ini siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen ibarat pada tipe STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan siswa sanggup mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
17. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya dikembangkan oleh Frank T. Lyman (1981). Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau balasan atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh kelas.
18. TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check ialah modifikasi dari tipe think pairs share, di mana pengutamaan pembelajaran ada pada ketika mereka diminta untuk saling cek balasan atau tanggapan terhadap pertanyaan guru ketika berada dalam pasangan.
19. TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini ialah sehabis mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan balasan atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran menulis.
20. Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk dua bulat konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan jawabannya dengan siswa yang berhadapanan dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau bulat terluar bergerak searah jarum jamsehingga akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah ibarat ini terus dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan untuk didiskusikan. Untuk sedikit variasi sanggup pula siswa diminta menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk catatan nanti bila diadakan tes.
21. Write Around (Menulis Berputar)
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok dipakai untuk menulis kreatif atau untuk menulis simpulan. Pertama-tama guru memperlihatkan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila kau akan berulang tahun, maka kau akan meminta hadiah berupa...). Mintalah semua siswa dalam setiap kelompok untuk menuntaskan kalimat tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima sehabis diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah dongeng atau goresan pena (bila di kelas dibuat 4 kelompok). Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk menciptakan sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian-bagian tertentu, kemudian membagi dongeng atau simpulan itu dengan seluruh kelas. Write around ialah modifikasi dari model pembelajaran kooperatif go around.
22. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming contohnya : berikan sebuah kategori (misalnya “nama-nama provinsi di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori tersebut.
23. LT (Learning Together)
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together (Belajar Bersama) ini ialah David johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota pada tahun 1999. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa dibuat oleh 4 – 5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka kemudian diberikan kebanggaan dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi ibarat Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan diskusi wacana bagaimana sebaiknya mereka berhubungan dalam kelompok.
24. Student Team Learning (STL - Kelompok Belajar Siswa)
Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John Hopkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian wacana pembelajaran kooperatif di sana memakai student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya pandangan gres dasar bahwa siswa harus berhubungan dan turut bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya ialah bahwa setiap kelompok harus mencar ilmu sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok sanggup memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik dari kelompok atas, menengah, atau bawah sanggup memperlihatkan bantuan yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, alasannya ialah skor mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.
25. Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini bersama-sama sanggup dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990). Dengan struktur kelompok kooperatif ibarat tipe two stay two stray ini sanggup memperlihatkan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling menyebarkan informasi dengan kelompok-kelompok lain.
Demikianlah 25 pola model pembelajaran kooperatif untuk guru, semoga bermanfaat, dan salam .
0 Komentar untuk "25 Rujukan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Guru"