Bila kita hanya mendefinisikan musik sebagai “bunyi yang lezat didengar” maka akan muncul banyak sekali macam cara pandang yang berbeda dan sangat beragam. Kata “enak” sangat bersifat subjektif tergantung dari banyak sekali macam faktor. Ketika mendengarkan bunyi-bunyian sebagian orang menyampaikan itu yaitu musik, sebagian lainnya mungkin menyampaikan bukan musik hanya sekedar suara berisik, dan sebagian lainnya dilematis dalam membedakan musik, sekedar kata-kata, atau do’a, belahan kelompok tertentu menyebutkan doa mereka memang berupa musik namun ada pula kelompok tertentu yang melarang dengan keras menyampaikan bahwa doa mereka dihentikan disebutkan belahan daripada musik.
Definisi perihal musik sulit untuk disimpulkan dan dibentuk ke dalam satu definisi baku yang yang harus disepakati oleh semua orang. Karena kalau dilihat dari proses penciptaannya musik berkembang bersama budaya dalam kelompok masyarakat tertentu, dan budaya setiap negara sangat bermacam-macam sehingga karya musik yang dihasilkannya pun bermacam-macam pula. Bahkan dalam lingkup yang lebih sempit pun sanggup menghasilkan karya musik yang bermacam-macam pula, misal di setiap tempat di provinsi jawa barat mempunyai bermacam-macam jenis musik yang khas di setiap wilayahnya. Bahkan apabila dikaji lebih rinci kita akan menemukan perbedaan dalam budaya yang sama, misalnya alat musik kecapi yang dimiliki oleh seniman-seniman karawitan di jawa barat mempunyai perbedaan cara penyetemannya. Nada-nada yang ada pada kecapi “seniman A” mungkin mempunyai sedikit perbedaan dengan nada-nada pada kecapi “seniman B” hal itu dikarenakan rasa nada “seniman A” sedikit berbeda dengan rasa nada “seniman B”. Walaupun terdapat perbedaan tidak ada kata mana yang paling benar, lantaran setiap individu mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap suatu budaya dan karya seni tergantung dari intuisi masing-masing.
Oleh lantaran itu tidak mungkin apabila kita mengkaji sebuah definisi tanpa mengetahui peranannya dalam budaya (khususnya definisi yang berkaitan dengan seni), namun bukannya budaya di setiap tempat berbeda? Bukankah setiap individu pun mempunyai cara pandang masing-masing terhadap budaya? Ya, itulah sebabnya definisi musik tidak sanggup dibentuk menjadi satu definisi baku yang dianggap paling benar, lantaran definisi baik yang diutarakan para hebat maupun pendapat personal merupakan cara pandang mereka masing-masing menurut latar belakang budaya dan intuisi yang dibangun selama hidupnya, dan itu sah-sah saja selama masih dalam koridor keilmuan.
Dengan demikian dirasa perlu untuk menciptakan beberapa batasan dikala kita akan mempelajari definisi musik, sehingga kita akan mempunyai kesamaan persepsi. Berikut ini yaitu kutipan dan terjemahan bebas dari buku “ World Music :Traditions and Transformations” karangan Michael B. Bakan seorang professor dari Florida State University.
Mari kita samakan persepsi bahwa :
Bunyi dalam musik bersifat manusiawi, dalam hal ini suara sanggup diindra dengan baik oleh manusia. Tingkat kekerasan suara pun harus bersifat manusiawi, musik dengan intensitas (tingkat kekerasan) dibawah 10 dB yang sulit didengar atau diatas 140 dB yang sanggup menghancurkan gendang telingamu bukanlah musik yang manusiawi.
Ada seorang sobat yang "seniman" mengatakan; kau tidak perlu sibuk mencari definisi yang penting berkarya. Namun saya kembalikan; "Apakah arti sebuah karya tanpa definisi"
Professor of Ethnomusicology, Florida State University |
Definisi perihal musik sulit untuk disimpulkan dan dibentuk ke dalam satu definisi baku yang yang harus disepakati oleh semua orang. Karena kalau dilihat dari proses penciptaannya musik berkembang bersama budaya dalam kelompok masyarakat tertentu, dan budaya setiap negara sangat bermacam-macam sehingga karya musik yang dihasilkannya pun bermacam-macam pula. Bahkan dalam lingkup yang lebih sempit pun sanggup menghasilkan karya musik yang bermacam-macam pula, misal di setiap tempat di provinsi jawa barat mempunyai bermacam-macam jenis musik yang khas di setiap wilayahnya. Bahkan apabila dikaji lebih rinci kita akan menemukan perbedaan dalam budaya yang sama, misalnya alat musik kecapi yang dimiliki oleh seniman-seniman karawitan di jawa barat mempunyai perbedaan cara penyetemannya. Nada-nada yang ada pada kecapi “seniman A” mungkin mempunyai sedikit perbedaan dengan nada-nada pada kecapi “seniman B” hal itu dikarenakan rasa nada “seniman A” sedikit berbeda dengan rasa nada “seniman B”. Walaupun terdapat perbedaan tidak ada kata mana yang paling benar, lantaran setiap individu mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap suatu budaya dan karya seni tergantung dari intuisi masing-masing.
Oleh lantaran itu tidak mungkin apabila kita mengkaji sebuah definisi tanpa mengetahui peranannya dalam budaya (khususnya definisi yang berkaitan dengan seni), namun bukannya budaya di setiap tempat berbeda? Bukankah setiap individu pun mempunyai cara pandang masing-masing terhadap budaya? Ya, itulah sebabnya definisi musik tidak sanggup dibentuk menjadi satu definisi baku yang dianggap paling benar, lantaran definisi baik yang diutarakan para hebat maupun pendapat personal merupakan cara pandang mereka masing-masing menurut latar belakang budaya dan intuisi yang dibangun selama hidupnya, dan itu sah-sah saja selama masih dalam koridor keilmuan.
Dengan demikian dirasa perlu untuk menciptakan beberapa batasan dikala kita akan mempelajari definisi musik, sehingga kita akan mempunyai kesamaan persepsi. Berikut ini yaitu kutipan dan terjemahan bebas dari buku “ World Music :Traditions and Transformations” karangan Michael B. Bakan seorang professor dari Florida State University.
Mari kita samakan persepsi bahwa :
- 1. Bahan dasar dari segala jenis musik yaitu suara (dan tidak bunyi/diam)
- 2. Musik merupakan suara dan membisu yang diatur/diolah dengan banyak sekali cara
- 3. Pengaturan/pengolahan suara dan membisu tersebut dilakukan oleh manusia, sehingga merupakan bunyi-bunyian yang terorganisir dan bersifat manusiawi (dapat diindra)
Bunyi dalam musik bersifat manusiawi, dalam hal ini suara sanggup diindra dengan baik oleh manusia. Tingkat kekerasan suara pun harus bersifat manusiawi, musik dengan intensitas (tingkat kekerasan) dibawah 10 dB yang sulit didengar atau diatas 140 dB yang sanggup menghancurkan gendang telingamu bukanlah musik yang manusiawi.
- 4. Musik berasal dari niat insan (bukan suatu ketidaksengajaan-kebetulan), dan dibentuk menurut persepsi insan (dimengerti oleh pembuatnya)
- 5. Istilah musik tidak sanggup dipungkiri terkait dengan budaya barat (Western culture) dan penjabarannya tentu terpengaruh oleh perkiraan dan cara pandang orang barat terhadap musik.
Ada seorang sobat yang "seniman" mengatakan; kau tidak perlu sibuk mencari definisi yang penting berkarya. Namun saya kembalikan; "Apakah arti sebuah karya tanpa definisi"
0 Komentar untuk "5 Batasan Dalam Memilih Definisi Musik (Michael B. Bakan)"