Drama ialah sebuah karangan yang menggambarkan kehidupan atau budbahasa insan melalui tingkah laris yang dipentaskan. Drama disebut juga seni pertunjukkan atau teater. Drama mengandung unsur – unsur intrinsik sebagaimana dongeng, kisah anak atau puisi. Unsur-unsur intrinsik sebuah drama ialah sebagai berikut :
a. Alur
Alur yaitu jalan kisah dari sebuah pertunjukkan drama mulai dari awal pertunjukkan hingga
berakhirnya pertunjukkan drama. Dalam alur drama ada istilah babak. Sebuah pertunjukan drama biasanya terdiri dari beberapa babak.
b. Tema
Tema ialah wangsit atau gagasan utama sebuah kisah drama.
c. Tokoh
Tokoh dalam sebuah kisah drama ialah individu yang merupakan pelaku dalam kisah tersebut. Terdapat tokoh utama dan tokoh pembantu (figuran). Tokoh utama dibedakan menjadi tokoh yang berwatak atau berperilaku baik disebut tokoh prontagonis dan tokoh yang berwatak buruk atau berperilaku jahat disebut tokoh antagonis.
d. Latar
Latar disebut juga setting yaitu citra kawasan , waktu dan segala situasi di kawasan terjadinya bencana dalam drama atau cerita. Dalam sebuah pertunjukkan drama kehadiran latar atau setting sanggup dilihat dari keadaan panggung menyerupai tata cahaya atau penampilan para tokohnya. Contohnya bila latar belakang panggung ialah sebuah hutan maka salah satu latarnya ialah hutan.
e. Amanat
Amanat artinya pesan yang ingin disampaikan pengarang drama kepada orang yang menyaksikan pertunjukkan drama. Amanat sebuah drama disampaikan melalui tokoh drama (pelaku), baik melalui ucapan maupun perbuatan.
Bacalah kutipan teks drama berikut ini
Judul : Zaman
Karya : Sri Kuncoro
Karya : Sri Kuncoro
Sumber di copy dari : www.crayonpedia.org/...
Ibu : Ayah, tampaknya hujan akan turun. Lihatlah mendung itu gelap sekali. Di mana
anak-anak?
Ayah : Tenanglah Bu. Mereka, ‘kan sudah dewasa.
Ibu : Tapi, ‘kan tidak biasanya mereka pulang terlambat. Lagi pula mendung begini
Ayah : Tenanglah Bu. Mereka, ‘kan sudah dewasa.
Ibu : Tapi, ‘kan tidak biasanya mereka pulang terlambat. Lagi pula mendung begini
dahsyat.
Ayah : Mereka toh sanggup berlindung, jikalau nanti hujan turun dengan lebat.
Ibu : Ah, Ayah selalu begitu!
Ayah : Ah, Ibu juga selalu begitu!
(Keduanya diam, kemudian anak ke-2 memasuki pintu panggung)
Ibu : Kenapa pulang terlambat, Man? Sudah makan siang, Nak?
Anak 2 : Sudah Bu. Tadi, ada demo yang menghambat kemudian lintas.
Ayah : Demo perihal apa dan oleh siapa?
Anak 2 : Tidak tahu, Ya. Saya tidak peduli demo macam apa dan oleh siapa.
(Masuk ke kamar, ganti baju, dan keluar lagi).
Ibu : Kau mau kemana lagi, Man?
Anak 2 : Voli, Bu. Ada latihan di stadion.
Ibu : Mendung begitu gelap, kakakmu belum pulang. Carilah dulu!
Anak 2 : Saya sudah terlambat, Bu. Lagi pula Kakak niscaya sanggup menjaga diri.
Ibu : Hujan akan segera turun. Nanti beliau terjebak hujan. Jemputlah dulu!
Anak 2 : Bu, saya sudah berumur 19 tahun. Jadi, saya rasa, Kakak juga sudah bukan balita
Ayah : Mereka toh sanggup berlindung, jikalau nanti hujan turun dengan lebat.
Ibu : Ah, Ayah selalu begitu!
Ayah : Ah, Ibu juga selalu begitu!
(Keduanya diam, kemudian anak ke-2 memasuki pintu panggung)
Ibu : Kenapa pulang terlambat, Man? Sudah makan siang, Nak?
Anak 2 : Sudah Bu. Tadi, ada demo yang menghambat kemudian lintas.
Ayah : Demo perihal apa dan oleh siapa?
Anak 2 : Tidak tahu, Ya. Saya tidak peduli demo macam apa dan oleh siapa.
(Masuk ke kamar, ganti baju, dan keluar lagi).
Ibu : Kau mau kemana lagi, Man?
Anak 2 : Voli, Bu. Ada latihan di stadion.
Ibu : Mendung begitu gelap, kakakmu belum pulang. Carilah dulu!
Anak 2 : Saya sudah terlambat, Bu. Lagi pula Kakak niscaya sanggup menjaga diri.
Ibu : Hujan akan segera turun. Nanti beliau terjebak hujan. Jemputlah dulu!
Anak 2 : Bu, saya sudah berumur 19 tahun. Jadi, saya rasa, Kakak juga sudah bukan balita
lagi.
Ayah : Man, jangan kasar kepada ibumu!
(Anak 1 mendadak nyelonong masuk dan menghempaskan tubuhnya ke sofa)
Anak 2 : Tuh, Bu, Putri Cinderela sudah kembali ke istana. Saya pergi dulu!
Anak 1 : Reseh, lu!
Ayah : Man, jangan kasar kepada ibumu!
(Anak 1 mendadak nyelonong masuk dan menghempaskan tubuhnya ke sofa)
Anak 2 : Tuh, Bu, Putri Cinderela sudah kembali ke istana. Saya pergi dulu!
Anak 1 : Reseh, lu!
Ibu : Dari mana kau, Martha?
Anak 1 : Biasalah, Bu, memperjuangkan keadilan.
Ayah : Keadilan macam apa?
Anak 1 : Keadilan bagi rakyat jelata. Sekarang ini, ya, segala kepentingan umum sudah
dimanipulasi oleh kepentingan golongan dan orang-orang tertentu. Tadi, ya,
Anak 1 : Biasalah, Bu, memperjuangkan keadilan.
Ayah : Keadilan macam apa?
Anak 1 : Keadilan bagi rakyat jelata. Sekarang ini, ya, segala kepentingan umum sudah
dimanipulasi oleh kepentingan golongan dan orang-orang tertentu. Tadi, ya,
seandainya tidak ada bentrok dengan polisi, kami sudah sanggup menembus gedung
yang besar kepala itu.
Ibu : Kau berurusan dengan polisi?
Anak 1 : Demi keadilan, Bu.
Ibu : Jangan macam-macam kamu, ya,!
Anak 1 : Ibu jangan khawatir. Jangan panik menyerupai itu!
Ibu : Kau berurusan dengan polisi?
Anak 1 : Demi keadilan, Bu.
Ibu : Jangan macam-macam kamu, ya,!
Anak 1 : Ibu jangan khawatir. Jangan panik menyerupai itu!
Setelah membaca kutipan naskah di atas coba tentukan unsur-unsur intrinsiknya !
0 Komentar untuk "Unsur – Unsur Intrinsik Drama Anak"