Hakikat Manusia Kamil Berdasarkan Syekh Siti Jenar


Manusia paripurna ialah manifestasi Tuhan di dunia yang mempunyai kewajiban utama mengagungkan dan memuliakan Sang Pencipta, lantaran inilah ia diberikan ha-hak istimewa oleh Tuhan. Untuk menjadi insan paripurna harus melampaui kedudukan kalian sebagai insan ( an-nas ) terlebih dahulu, bukan hanya insan berkesadaran binatang yang memangsa dan dimangsa.
Jika sebagai seorang al mu’min ( beriman ) terlampaui maka kalian harus melampaui kedudukan insan bertaqwa ( al muttaqin ) hingga seterusnya.
 Hidup ialah kehendak untuk mengambarkan bahwa dirinya ada dan inilah yang mesti disadari oleh kita sebagai manusia, untuk menyadarinya ujilah dirimu ;
Pertama, sadarilah bahwa dirimu merupakan insan yang terbuat dari tanah lempung yang disemayami ruh Ilahi.
Kedua, sadarilah bahwa keberadaan insan yang lain ialah sama dengan dirimu sehingga tidak usah merasa lebih tinggi atau rendah.
 Ketiga, sadarilah bahwa yang paling tinggi derajatnya diantara insan ialah mereka yang sudah mencapai pencerahan dengan menyaksikan Hakikat yang Ilahi yang tersembunyi didalam dirinya.
Pupuh 2 sebagai berikut :
Manusia hakiki (sejati ) adalah, wujud hak, kemandirian dan kodrat
Berdiri dengan sendirinya, Sukma berubah menjadi sebagai hamba
Hamba berubah menjadi pada Sukma, nafas sirna menuju ketiadaan
Kehampaannya mencakup alam semesta

Sifat 20
1. Nafsiyah : Wujud – sifat yg berkaitan dengan Diri atau Dzat
2. Salbiyah : Qidam, Baqa, Mukhalafah, li al hawadits, Qiyamuhu bi nafsihi, wahdaniyah
3. Ma’ani : Qudrat, Iradat, Ilm, Hayat, Sama’, Bashar, Kalam
4. Ma’nawiyah : Qadiran, Muridan, Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman

Sifat Rasul
1. Shiddiq : jujur
2. Fathanah : cerdas, cermat dan seksama
3. Amanah : sanggup dipercaya
4. Tablig : orang yang menyembunyikan yang bukan haknya dan memberikan pada yang berhak menerimanya

Fardhunya syahadat
1. Tashdiq : meneguhkan hati kepada Dzat Allah, mengetahui bahwa segala sesuatu ialah ciptaanNya, dan Nabi Muhammad ialah diutus oleh Dia untuk memberi keteladanan adab yang mulia
2. Ta’zhim : Dilakukan dengan mengagungkan asma Allah
3. Hurmat : ialah menhormati kesucian Tuhan dalam kehidupan ini
4. Hilawah : ialah menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji

Tapa sebagai perwujudan syariat :
1. Tapa Ngeli : menghanyutkan diri …berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan semoga bisa hidup sesuai dengan kehendak Tuhan “ darma nglakoni “
2. Tapa Geniara : dilarang mencicipi sakit hati, bila dibicarakan orang lain, untuk mlatih kalem, teguh rahayu
3. Tapa Banyuara : harus bisa menyaring omongan dan tutur kata
4. Tapa Ngluwat : dilarang membanggakan kebaikan diri, tidak memamerkan kebajikan diri, dan sepi pamrih

Kitab Semesta
1. Loh mahfuzh ( papan tulis yg terjaga ): kitab yg memuat aturan yang menerangkan bencana di alam semesta ini mirip heriditas ( pewarisan sifat ), kebangkitan, dan semua aturan material dan immaterial kosmos.
2. Kitab Mubin : yang merekam fenomena alam yg ada secara actual mirip dalam surat Yunus 10:61
3. Imam mubin : ialah kitab arsip bagi apa yg telah dilakukan atau masih tersimpan dalam pikiran manusia, dan tersimpan petunjuk bagi kemajuan lahir dan batin manusia
Ihsan ialah wujud dari rukun dogma dan islam, yaitu dedikasi kepada Allah sepenuh hati seolah kamu melihatNya, dan meskipun engkau tidak melihatNya, Dia melihat engkau .
Hiasi dirimu dengan warna Ilahi
Hormati cinta dan tegakkan
Tabiat muslim penuh cinta kasih
Yang tak punya cinta jadi kafir
Segala gerak hidupnya tergantung pada Allah semata
Segala kehendaknya, iradah Ilahi
Mari tinggalkan kata
Cari hakikat ruhaninya
Tuangkan cahaya Ilahi atas gulita amalmu
Raja kita teramat miskin dari semua orang
Karena kemiskinan sang raja rakyat menderita
Dia perampok bukan seorang kalifah
Ketololannya menipu diri sendiri
Atas nama kerajaan disebarkan wabah petaka
Lapar seorang pengemis Cuma memusnahkan diri sendiri
Laparnya raja membinasakan negeri dan agama
Maka : Siapapun menhunus pedang tidak demi Tuhan
Pedang itu menusuk ke dadanya sendiri

Iqbal
Barang siapa yang mendatangi orang yang kaya dan bersikap tawaduk, merendahkan diri kepadanya lantaran hartanya, maka ia telah kehilangan duapertiga agamanya
Ali bin Abi thalib
Sifat Nafsiah ialah sifat yg berkaitan dengan “Diri” atau Dzat, yang mengatributkan pada adanya Tuhan, Tuhan wajib ada, niscaya ada dan tidak mungkin bila tidak ada
Sifat Salbiyah ialah sifat yang meniadakan sifat lawannya, artinya bila Tuhan yang disebut yang paling dahulu keberadaanya maka tidak ada lagi yang mendahuluinya dan ini disebut juga sebagai Jamal. Qidam mempunyai arti yang ada yang tidak didahului oleh keberadaan sebelumnya, Baqa’ mempunyai arti sebagai sifat yang tak pernah berakhir, Mukhalafah artinya berbeda dengan barang baru, iniah sifat unik, semua yang terindera disebut barang gres dan berbeda dengan ruh yang ditiupkan oleh Dia, sedangkan ruh sendiri mempunyai tingkatan yaitu; ruh khayali, aqli, fikri, kudus.

Ruh indrawi ( madariki ) ada pada setiap makhluk hidup dan merupakan cikal bakal kehidupan dan menyebabkan ciptaan bisa hidup.

Ruh Khayali berfungsi untuk menyimpan kesan atau memori, disinilah seorang bayi bisa mengenali apa-apa yang terserap oleh inderanya walaupun untuk tahap memaknainya missal untuk memahami apa gotong royong yang pahit dan anggun itu.

Ruh Aqli merupakan ruh yang bisa memahami makna-makna diluar indera dan khayal, bisa memahami sesuatu yang abnormal dan merupakan essensi insan yang tidak ditiupkan pada binatang. Ruh inilah yang sanggup memahami sesuatu yang berupa tamsil, ibarat, perumpamaan dan metafora lainnya dan agama merupakan santapan bagi ruh ini.

Ruh Fikri ialah ruh yang bisa mengakomodasikan pengetahuan rasional murni, lalu menggabungkan pengetahuan tersebut menjadi satu, dari penggabungan itu didapatlah kesimpulan sehingga dihasilaknlah pengetahuan gres yang berharga bagi manusia.

Ruh Kudus ialah ruh yang ditiupkan pada para nabi, wali, dan orang-orang suci dan dengan ruh ini sesorang sanggup menyaksikan hal-hal gaib, hhkum alam dan ini merupakan komplemen semoga insan sanggup memperoleh petunjuk dalam hidupnya

Dan Syekh Siti Jenar merincinya sebagai berikut;
Diri insan di bagi menjadi 3 lapisan, yaitu lapisan jasmani atau jasad, lapisan nafsani atau jiwa, dan lapisan ruhani atau sukma. Dan masing-masing instrument sanggup menangkap kebenaran pada dimensinya.

Lapisan jasmani berfungsi untuk mendapatkan semua kesan inderawi, dan tidak bisa memaknainya dan tidak bisa digunakan untuk memahami apa dibalik itu, dan kemampuannya terbatas pada umur tertentu, dan berhenti pada ketika insan mati dan tentu saja tidak sanggup digunakan sebagai pedoman.

Lapisan Nafsani merupakan pembeda antara insan dan binatang, dengan instrumennya ini insan sanggup mempunyai kesadaran sebagai manusia, bisa berangan-angan dan berpikir, dengan berpikir insan sanggup memilah dan memilih, menimbang, mengetahui antara fakta dan realita dan lisan lainnya. Namun instrument ini yang namanya akal, budi dan pikiran sanggup mengembara ke dunia imajiner atau khayali yang tidak berpijak pada kebenaran, maka dari itu ini harus disinari ruh alias sukma; “Sukma berubah menjadi sebagai hamba, hamba berubah menjadi pada sukma, nafas sirna menuju ketiadaan, tubuh kembali sebagai tanah “, dan ruh inilah yang disebut mursyid sebagai penunjuk jalan. Qiyamun bi Nafsihi artinya bangun dengan Dzat pribadinya sendiri.
Manusia yang hakiki, ialah wujud hak, kemandirian dan kodrat
Berdiri dengan sendirinya
Adanya kehidupan ini lantaran pribadi
Ditetapkan oleh pribadi
Ditetapkan oleh kehendak nyata
Hidup tanpa sukma
Tiada mencicipi sakit atau lelah
Suka dukapun musnah
Berdiri sendiri berdasarkan karsanya
Hidup sesuai kehendaknya
Wahdaniyyah artinya satu, esa atau tunggal, inilah sifat keenam Tuhan yang merupakan sifat insan sempurna, dualitas yang hilang pada sifat ini, dan ini merupakan alam ruhani yang terendah berada diatas nafsani yang diterangi gemerlapnya bintang dan kita sanggup mendengarkan panggilan Tuhan semesta alam dan dialam ini senantiasa makhluk ruhani beraudensi dengan Tuhan dan setan ataupun makhluk yang berenergi negative lainnya tak akan sanggup mendengarkan pembicaraan dialam ini

Sifat Ma’ani ialah sifat yang mengandung sifat-sifat nafsiyah. Qudrat dan Iradat,
 Kodrat artinya kuasa dan ini dimiliki insan dalam ssifat sederhana untuk menentukan memilah, mengatur, membuat, dll, dan pencapaiannya juga berbeda2 tergantung pada kebiasaan melatih dirinya.
 Iradat artinya ialah sifat kehendak atau kemauan yang dimiliki manusia, dan antara kodrat dan iradat tidak sanggup terpisahkan dan dengan ini insan bisa berbuat apa saja yang dikehendaki, dan apabila tidak bisa memimpinnya maka akan menjadi perusak kehidupan, lantaran hanya berhenti di nafsani maka dibawah kekuasaan Ego, yang seharusnya di bawah kendali Ruh dariNya, itulah yang ada di ayat Kursi dan mirip tembang berikut ini ;
Kodrat ialah kuasa pribadi
Tiada yang mirip atau menyamai
Kuasanya tanpa peranti
Dari tanpa rupa menjadi warna warni
Lahir batin satu alasannya sawiji
Iradat berarti
Karsa tanpa runding
Hidupberdiri sendiri
Menurut karsanya
Sesuai kehendakNya

bersambung …

Related : Hakikat Manusia Kamil Berdasarkan Syekh Siti Jenar

0 Komentar untuk "Hakikat Manusia Kamil Berdasarkan Syekh Siti Jenar"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)