Peperangan identik dengan kekerasan, namun dalam Hakikat Baratayudha arti perang disini akan tetap berafiliasi dengan makna Kematian, lantaran arti final hayat tersebut tidak bisa dipisahkan dari proses Peperangan…
Bratayuda yang mempunyai maksud dan makna yaitu ‘ Sakratul maut’, Kurawa masuk kedalam Pandawa. Dan wilayah bahwasanya yaitu Badan dan Sukma, dan inilah yang menimbulkan Kesempurnaan harus diusahakan, tubuh dan sukma, keluar masuknya nafas, lebur luluh masuk kedalam bandarullah…
Suyudana beserta seluruh balatentara mati, kemudian Sang Harjuna masuk ke negeri Ngastina berperang sebagai raja, namun bahwasanya Raden Pamadi hanya sebagai pelindung. Sesungguhnya yang menjadi Raja yaitu Prabu Parikesit, yang abadi selamanya di negeriNgastina. Adapun maksud parikesit yaitu seluruh nafas yang tanpa henti, menjadi sukmana …
Kesempurnaan tubuh dan sukma identik dengan kesempurnaan keluar masuknya nafas, lantaran nafas yaitu titik hubung penting antara “diri” dengan tubuh, dan pengaturan nafas sanggup membersihkan urat2 syaraf dan memeberikan daya kekuatan pada pusat tubuh yang halus…
Pada pengaturan nafas berhasil maka seseorang akan karam akan tujuannya yaitu Tuhan…..Harjuna sebagai lambang Pengetahuan yan benar menghantarkan kesadaran diri berubah pada kesadaran akan Tuhan dalam nuansa Keabadian yang disebut Suksmana dan ini menjadi syarat kemunculan Insan Kamil lantaran merupakan Tujuan dari insan dalam pendekatannya pada Tuhan…..
Kematian Angkawijaya…
Adalah putra Raden Parta, maksuda nama angka berarti akal, jaya yaitu kemenangan…angka wijaya dibunuh oleh Jayajatra. Akalnya yang baik hilang terlebih dahulu, jikalau sudah mengerti perihal akal, Jayajatra yaitu ‘kepastian’ atau kemenangan( yang membunuh nalar ).
Kerajaan jayajatrayang berjulukan Sindu Kalangan yaitu sesuatu yang membuatkan nafas ke seluruh tubuh, dalam konteks ini penyebaran ini dilakukan oleh darah dengan dorongan denyut nadi dari jantung. Dan sebagai tujuannya yaitu memfungsikan organ2 diseluruh tubuh, denyut yang yang mendorong darah ini membawa zat yang ada dalm udara yang dihirup daam nafas sesudah terlebih dahulu diolah.
Dalam konteks nalar sanggup dijabarkan sebagai otak, yang didalamnya terdapat perlengkapan2 untuk berintuisi maupun berpikir sehingga disebut berakal, dan ini yang disebut kinerja akal, tetapi sehebat apapu nalar tidak akan bisa berfungsi, tanpa adanya zat2 yang menopang keberadaannya yang disalurkan oleh darah dengan dorongan denyut nadi….pengertian kepastian yaitu dipastikan bahwa Akal sangat akan bergantung pada denyut Jantung…
Kematian Jayajatra…
Kerajaannya yaitu Sindu Kalangan, yang bermakna ” Menang “, inilah yang membuatkan nafas ke seluruh tubuh. Terbunuhnya adipati ( angkawijaya ) oleh jayajatra menimbulkan Parta marah. Hilang nafasnya jikalau sudah muncul insan kamil yaitu sejenis ‘sabda’ yang ada dalam manusia…inilah final hayat jayajatra…diibaratkan nafas yang masih berafiliasi erat dengan denyut yanbg menyalurkannya, nafas tidak akan hingga pada seluruh organ tubuh tanpa mediator darah dengan denyut nadi dan denyutpun di hidupkan oleh nafas ini…
Kematian Gatotkaca…
Nama lainnya yaitu Arimbatmaja, dibunuh oleh raja Ngawangga yang disebabkan oleh senjata panah ( kunta )…yang dalam bahasa arab artinya ‘Alif’, yang artinya “jadi”, sira yaitu ‘sir’, kemudian berkumpul menjadi satu…Arti Gatotkaca yaitu sesuatu yang ada di angkasa. Pada waktu yang akan datang, ketika insan mati, sesuatu ( mardum = ma’dum / tiada) yang jatuh diangkasa tersebut jatuh ke martabat keempat…menunjukkan keberadaan sesuatu hal yang jikalau dibandingkan keberadaan mutlak harus ada ( Tuhan ), barang ini tidak ada. Suatu barang itu ada lantaran keberadaannya diciptakan…seseorang yang memberikan pendapat kepada orang lain secara mulut dalam prosesnya harus melalui resonansi diudara ( gelombang rambat) sehingga hingga pada pendengar, jadi gatotkaca diistilahkan sebagai mandum kang aneng tawang yaitu ucapan-ucapan…sedangkan senjata Kunta milik Karna…Kun bermakna jadilah dan ta yaitu kau ( jawa kuno ) …Kata kun yaitu merupakan sabda Tuhan yang mengambarkan adanya Dunia Perintah dan Dunia Penciptaan. Ruh insan ada lantaran diperintah dan dicitakan dengan sabda Kun.
Ruh itu benar2 sederhana dan tidak sanggup dibagi menjadi bagian2, sehingga ia dimiliki oleh Dunia Perintah. Badan merupakan adonan dan sanggup dibagi2, ia dimiliki dunia penciptaan. Kata Kun menyiratkan ketetapan Tuhan sedangkan sir berarti “landasan jiwa”…Kunta sanggup diinterprestasikan sebagai “ketetapan Tuhan sebagai landasan jiwa” atau perintah Sang Hyang Suksma…sehingga gatotkaca sebagai makhluk harus tunduk pada perintah Tuhan, sehingga final hayat membawa beliau kembali kemartabat keempat, kealam arwah yang termasuk dalam martabat penciptaan….yang termasuk didalamnya yaitu alam arwah, misal(alam ide), ajsam( alam kebendaan )…merupakan martabat terendah tetapi sekaligus juga paling tinggi diantara martabat2 berujud akal, yang mengandung manifestasi absolut. Martabat tersebut yaitu Insan…Inilah ketetapan Tuhan sebagai landasan jiwa, mendasari dan memilih penguasaan atau penerimaan dan perembesan ucapan ( gatotkaca) orang lain yang didengar melalui pendengaran ( karna ).
Kematian Karna…
Kematian Raja Ngawangga ( Karna ) disebabkan oleh Raden Pamadi dengan memakai panah Pasopati, pasopati bermakna tanda final hayat yang berarti hilangnya pendengaran telinga. Karna mati pribadi diambil oleh yang punya. Dan raden pamadi yaitu merupakan simbol dari final hayat karna…
Sebagai alat pendengaran karna tidak lebih hanya penghalang bagi pendengaran raja ( sukma luhur ), da kita melihat raja suyudana yaitu sukma luhur…dan ini mengandung makna bahwa sukma luhur atau ruh yang harus terbebaskan dari imbas keduniawian, termasuk teling yang harus mendukung kiprah ruh yaitu harus mendengarkan hal-hal yang bersifat mendukung demi kebebasan ruh.
Sebagai alat pendengaran karna tidak lebih hanya penghalang bagi pendengaran raja ( sukma luhur ), da kita melihat raja suyudana yaitu sukma luhur…dan ini mengandung makna bahwa sukma luhur atau ruh yang harus terbebaskan dari imbas keduniawian, termasuk teling yang harus mendukung kiprah ruh yaitu harus mendengarkan hal-hal yang bersifat mendukung demi kebebasan ruh.
Kematian Prabu Salya…
Kematian Raja Mandaraka diakibatkan oleh senjata kalimasada, yang bermakna hilangnya pikiran, sehingga mati pula alam insan (manusia). Prabu salya sanggup digambarkan sebagai sukma purba yang menjadi pikiran, berkuasa di mandaraka yang bahwasanya yaitu hati…
Dalam konteks hati ada 2 makna….pertama disebut jantung, dan kedua yaitu bersifat spiritual, yaitu wadah untuk mendapatkan rahmat Tuhan, dan ini mempunyai persepsi sebagai pengetahuan, ma’rifah. Dan didalam hati ini bersemayam Rahsa, yang berbeda dengan rasa biasa( perasaan dalam tubuh ). Dibagian paling rahasia(halus) dalam hati insan dinamakan Sirr, dalam konteks gaib islam yaitu merupakan kawasan penyatuan mistik, dan disebut juga Tahta Kesadaran…
Dan simbol pikiran mengingatkan kembali pada Akal yang membedakan yaitu bahwa nalar berafiliasi dengan otak dan pikiran berafiliasi dengan hati sebagai kesadaran…
Kematian Prabu Salya dimaknai sebagai musnahnya kesadaranyang berarti pula musnahnya alam insan (manusia)…
Inilah yang merupaka sebuah posisi pentingnya kesadaran, lantaran ketika kesadaran hilang artinya sifast sebagai manusiapun lenyap.
Dalam konteks hati ada 2 makna….pertama disebut jantung, dan kedua yaitu bersifat spiritual, yaitu wadah untuk mendapatkan rahmat Tuhan, dan ini mempunyai persepsi sebagai pengetahuan, ma’rifah. Dan didalam hati ini bersemayam Rahsa, yang berbeda dengan rasa biasa( perasaan dalam tubuh ). Dibagian paling rahasia(halus) dalam hati insan dinamakan Sirr, dalam konteks gaib islam yaitu merupakan kawasan penyatuan mistik, dan disebut juga Tahta Kesadaran…
Dan simbol pikiran mengingatkan kembali pada Akal yang membedakan yaitu bahwa nalar berafiliasi dengan otak dan pikiran berafiliasi dengan hati sebagai kesadaran…
Kematian Prabu Salya dimaknai sebagai musnahnya kesadaranyang berarti pula musnahnya alam insan (manusia)…
Inilah yang merupaka sebuah posisi pentingnya kesadaran, lantaran ketika kesadaran hilang artinya sifast sebagai manusiapun lenyap.
Kematian Dursasana…
Dursasana mati sebabnya yaitu Pancanaka, makna Dursasana yaitu penyebaran kekuatan, sedangkan pancanaka yaitu kelima yag sejati dan kuku yang tajam, tajam tidak mengenal tempat, empat mata angin tersebari, jikalau usnah gerakan dunia akan terhenti…
Kiblat papat ( 4 mata angin ) atau s45p/ empat arah mata angin dan kelima satu titik pusat yang risikonya melahirkan pasaran lima yaitu Legi, Pahing, Pon, Kliwon, Wage yang masing2 dihubungkan dengan fungsi,warna dan sifat…..dan warna2 inilah itulah yaitu saudara ( inilah yang akan keliatan dalam jagat walikan/ dunia yang abadi )…saudara2 itu yaitu benda yang keluar bersama dirinya, yaitu air ketuban ( kakang kawah), plasenta (ari2), darah dan talipusat…dan dalam sosok Bima ini dilambangkan menjadi teladan kainnya, poleng bang bintulu sehingga untuk mempertebal kekuatannya lantaran selalu disertai sedulur papatnya. Ada konsep juga yang menyebutnya sebagai, 4 nafsu yaitu lawammah, amarah, sufiah, muthmainah…..dan ini semuanya yang menciptakan insan mempunyai harapan dan bertindak demi harapan itu dan nafsu itu dihidupi oleh ruh…
Ruh menyuburkan jiwa (nafs), dan jiwa melahirkan aktivitas2 badaniah didunia yang terlihatr. Ruha dianggap sebagai dimensi yang paling bercahaya dari insan yang paling dekat pada Tuhan, disebut juga akal, dan salah satu sifat kenabian yaitu memberi petunjuk, dalam mikrokosmos petunjuk menempel pada akal, maka nalar yaitu analog mikrokosmik nabi…
Dan dari sini sisi terang dari simbol rasul yaitu yaitu nabi yang disebut juga akal, ruh, atau cahaya…yang bisa menerangi ke segala arah, tajam dan meyilaukan, sanggup dilihat dari kawasan manapun, cahaya ini menghidupi jiwa2, nafsu2 yang digambarka di 4 arah mata angin dari pancer…bila jiwa2 yang sebagai dasar lahirnya akitivitas badaniah ini musnahmaka pergerakan dunia ( mikro/badan) akan berhenti, artinya acara tubuh /tenaga tubuh sangat tergantung dari jiwa /nafsu yang dihidupi oleh ruh ( pancanaka )
Kematian Wiku Dahyang Durna…
Kiblat papat ( 4 mata angin ) atau s45p/ empat arah mata angin dan kelima satu titik pusat yang risikonya melahirkan pasaran lima yaitu Legi, Pahing, Pon, Kliwon, Wage yang masing2 dihubungkan dengan fungsi,warna dan sifat…..dan warna2 inilah itulah yaitu saudara ( inilah yang akan keliatan dalam jagat walikan/ dunia yang abadi )…saudara2 itu yaitu benda yang keluar bersama dirinya, yaitu air ketuban ( kakang kawah), plasenta (ari2), darah dan talipusat…dan dalam sosok Bima ini dilambangkan menjadi teladan kainnya, poleng bang bintulu sehingga untuk mempertebal kekuatannya lantaran selalu disertai sedulur papatnya. Ada konsep juga yang menyebutnya sebagai, 4 nafsu yaitu lawammah, amarah, sufiah, muthmainah…..dan ini semuanya yang menciptakan insan mempunyai harapan dan bertindak demi harapan itu dan nafsu itu dihidupi oleh ruh…
Ruh menyuburkan jiwa (nafs), dan jiwa melahirkan aktivitas2 badaniah didunia yang terlihatr. Ruha dianggap sebagai dimensi yang paling bercahaya dari insan yang paling dekat pada Tuhan, disebut juga akal, dan salah satu sifat kenabian yaitu memberi petunjuk, dalam mikrokosmos petunjuk menempel pada akal, maka nalar yaitu analog mikrokosmik nabi…
Dan dari sini sisi terang dari simbol rasul yaitu yaitu nabi yang disebut juga akal, ruh, atau cahaya…yang bisa menerangi ke segala arah, tajam dan meyilaukan, sanggup dilihat dari kawasan manapun, cahaya ini menghidupi jiwa2, nafsu2 yang digambarka di 4 arah mata angin dari pancer…bila jiwa2 yang sebagai dasar lahirnya akitivitas badaniah ini musnahmaka pergerakan dunia ( mikro/badan) akan berhenti, artinya acara tubuh /tenaga tubuh sangat tergantung dari jiwa /nafsu yang dihidupi oleh ruh ( pancanaka )
Kematian Wiku Dahyang Durna…
Maknanya yaitu nafsu ‘muthmainah’. Bertahta di negeri Ngatas Angin. Daerah kekuasaannya yaitu kemunculan nafas di hidun. Pembunuhnya yaitu Dhustajumena berasal dari dhusta, artinya ‘pencuri’ (dan) jumena artinya ‘menurut pada kalbu’. Hilang kekhawatiranmu. Jika sudah tumbuh (kemantapan itu maka) akan menjadi habis kekhawatiranmu.
Nafsu sendiri merupakan angkara, khusus nafsu muthmainah bisa menimbulkan tabiat loba, misal berpuasa tanpa batas kemampuan, tetapi ini berbeda dengan kultur sufisme di dunia arab yang menjelaskan bahwa muthmainah harus dipelihara lantaran bermakna ‘jiwa yag tentram’ …..sebetulnya kalo di jawa memang penjelasannya lebih terperinci bahwa muthmainah merupakan martabat langit ke 4 sedangkan yang perlu digapai yaitu langit ke 7 mi’raj…
Nafsu sendiri merupakan angkara, khusus nafsu muthmainah bisa menimbulkan tabiat loba, misal berpuasa tanpa batas kemampuan, tetapi ini berbeda dengan kultur sufisme di dunia arab yang menjelaskan bahwa muthmainah harus dipelihara lantaran bermakna ‘jiwa yag tentram’ …..sebetulnya kalo di jawa memang penjelasannya lebih terperinci bahwa muthmainah merupakan martabat langit ke 4 sedangkan yang perlu digapai yaitu langit ke 7 mi’raj…
Kematian Sengkuni…
Sengkuni di Plasajenar, bima satya yang membunuhnya, dan kematiannya disebabkan oleh senjata Pancanaka. Arti Sengkuni yaitu ‘ucapan kata2 kotor yang disengaja ketika mengumpat’. Suaranya hilang masuk kedalam wilayah Ilahi…
Pancanaka yaitu mempunyai arti 4 nafsu dan 1 ruh. Ruh yang menguasai nafsu inilah yang menhubungkan dimensi Tuhan dan insan dengan mediator Sirr. Kata2 kotor yang disengaja yaitu ungkapan kekecewaan atau kemarahan seseorang lantaran keadaan tidak sesuai dengan yang diinginkan…dan keadaan perasaan yang tidak menentu ini terjadi dalam hati dan diistilahkan sebaga ‘Hawa’…
Tokoh Bima sendiri memperlihatkan simbol tersendiri pada masyarakat jawa dengan ilustrasi2 sebagai figur kasar, perkasa, penolong dan guru tanpa guru atau bahkan sebagai penolong dan pengruwat.
Seluruh tanda-tanda dari tubuh yaitu tanda acara nafsu, termasuk ungkapan kekecewaan itu, dan nafsu itu dikuasai ruh, dan ruh merupakan mediator bagi insan untuk masuk kedalam wilayah Ilahi dengan demikian final hayat Sengkuni bermakna musnahnya acara ungkapan kekecewaan yang akan memalingkan hati dari ketetapan Ilahi.
Pancanaka yaitu mempunyai arti 4 nafsu dan 1 ruh. Ruh yang menguasai nafsu inilah yang menhubungkan dimensi Tuhan dan insan dengan mediator Sirr. Kata2 kotor yang disengaja yaitu ungkapan kekecewaan atau kemarahan seseorang lantaran keadaan tidak sesuai dengan yang diinginkan…dan keadaan perasaan yang tidak menentu ini terjadi dalam hati dan diistilahkan sebaga ‘Hawa’…
Tokoh Bima sendiri memperlihatkan simbol tersendiri pada masyarakat jawa dengan ilustrasi2 sebagai figur kasar, perkasa, penolong dan guru tanpa guru atau bahkan sebagai penolong dan pengruwat.
Seluruh tanda-tanda dari tubuh yaitu tanda acara nafsu, termasuk ungkapan kekecewaan itu, dan nafsu itu dikuasai ruh, dan ruh merupakan mediator bagi insan untuk masuk kedalam wilayah Ilahi dengan demikian final hayat Sengkuni bermakna musnahnya acara ungkapan kekecewaan yang akan memalingkan hati dari ketetapan Ilahi.
Kematian Seta, Untara, Wrasangka…
Ini dibunuh oleh Resi Bisma, arti ketiganya yaitu sbb; Seta yaitu ‘ nafsu yang tak muncul’, Untara yaitu ‘ keingina di hati’, Wrasangka yaitu ‘ keingina untuk berusaha’…arti wrasangka yaitu berawal dari Muhkamat yang muncul, kemudian sirna jikalau sudah muncul Amatdiyah…
Ketiga tokoh ini melambangkan ke 3 nafsu selain muthmainah. Kemunculan nafsu2 ini di hubungkan dengan Amatdiyah, Dalam penjabarannya sanggup di babarkan bahwa Hyang sukma- Ruh idlafi – Ilapat atau Allah- Nur Muhammad-sirr…dan disinilah istilah Nur Muhammad memperlihatkan sebagi ruh penghubung, yang menghubungkan kesatuan mutlak dengan segala sesuatu yang ada menjadi satu kesatuan. Keempat nafsu yang diwakili wrasangka dihidupi oleh ruh. Ini mengambarkan sifat ketergantungan nafsu dari ruh, sehingga kemunculannya diawali oleh munculnya ‘Muhammad’ sebagai ruh idhafi. Dan memperlihatkan Bisma mempunyai fungsi yang sama dengan Dhusthajumena yaitu membunuh atau menguasai nafsu…
Ketiga tokoh ini melambangkan ke 3 nafsu selain muthmainah. Kemunculan nafsu2 ini di hubungkan dengan Amatdiyah, Dalam penjabarannya sanggup di babarkan bahwa Hyang sukma- Ruh idlafi – Ilapat atau Allah- Nur Muhammad-sirr…dan disinilah istilah Nur Muhammad memperlihatkan sebagi ruh penghubung, yang menghubungkan kesatuan mutlak dengan segala sesuatu yang ada menjadi satu kesatuan. Keempat nafsu yang diwakili wrasangka dihidupi oleh ruh. Ini mengambarkan sifat ketergantungan nafsu dari ruh, sehingga kemunculannya diawali oleh munculnya ‘Muhammad’ sebagai ruh idhafi. Dan memperlihatkan Bisma mempunyai fungsi yang sama dengan Dhusthajumena yaitu membunuh atau menguasai nafsu…
Kematian Resi Bisma…
Adapun Resi Bisma, Srikandhi yang membunuhnya…sesungguhnya sirmu menerangkan bahwa kau telah ditolong oleh guru sejatimu. Peristiwa ini tampaknya sir mengadu kepada Nur Muhammad yang menjadi awal mula kehidupan. Musnahlah seluruh bala tentara Kurawa.
Hati atau rasa mempunyai objek ruh, ruh berafiliasi dengan Tuhan, bertempat di lokus berjulukan sirr, ada didalam hati, disebut ruh muhammad. Dalam prosesnya penciptaan dunia dikenal adanya istilah ” Hakikat Muhammad ” disebut juga “Nur Muhammad” yaitu Cahaya pra-Penciptaan yang merupakan awal penciptaan. Ruha dalam dunia sastra suluk jawa yaitu objek ‘rahsa’ atau rahasia’ dan inilah sarana berkontak dengan Tuhan, dan merupakan ruh kehidupan yang mengalir dari Tuhan tanpa dipisahkan darinya.
Kaprikornus Srikandhi dalam arti sirr, merupakan sarana guru sejati untuk menguasai hati, dan membunuh bisma hanya sebagai sarana bagi sukma Dewi Amba untuk menyatu kembali dengan bisma untuk pergi bersama ke surga…
Hati atau rasa mempunyai objek ruh, ruh berafiliasi dengan Tuhan, bertempat di lokus berjulukan sirr, ada didalam hati, disebut ruh muhammad. Dalam prosesnya penciptaan dunia dikenal adanya istilah ” Hakikat Muhammad ” disebut juga “Nur Muhammad” yaitu Cahaya pra-Penciptaan yang merupakan awal penciptaan. Ruha dalam dunia sastra suluk jawa yaitu objek ‘rahsa’ atau rahasia’ dan inilah sarana berkontak dengan Tuhan, dan merupakan ruh kehidupan yang mengalir dari Tuhan tanpa dipisahkan darinya.
Kaprikornus Srikandhi dalam arti sirr, merupakan sarana guru sejati untuk menguasai hati, dan membunuh bisma hanya sebagai sarana bagi sukma Dewi Amba untuk menyatu kembali dengan bisma untuk pergi bersama ke surga…
Kematian Burisrawa…
Beliau dijabarkan sebagai ipar raja Ngastina ( Prabu Suyudana), dan dalam perang Baratayudha digambarkan Burisrawa berhadapan dengan Wresniwira(Harya Sentyaki), burisrawa berarti ‘manusia jelek tanpa ilmu’, keadaan samar menyelimuti. Sentyaki terkungkung kalah dan Raja Dwarawati, Sri Kresna yang merasa iba mengedipkan mata pada Raden Pamadi yang segera melepaskan panag pasopati dan mengenai tengkuk burisrawa, patah dan mati dan maknanya yaitu Seseorang yang pulang pada Kegelapan, risikonya terjadilah kematian.
Digambarkan disini bahwa Burisrawa yaitu insan yang tidak mempunyai ‘Ilmu’ yang dijabarkan sebagai bukan hanya intelektual tetapi lebih kepada ilmupengetahuan yang ada hubungannya dengan praktek kehidupan, terutama memahami diri sendiri, kebenaran perihal hidup dan kematian, cara mencari dan menemukan Tuhan dan hubungan insan dengan Tuhan….sifat udik yang harus diganti dengan sifat kesempurnaan.
Sehingga dengan memahami keilmuan tersebut kita sanggup dibutuhkan bertindak tanpa nafsu, dan buahnya yaitu Keselamatan Moksa ( bentuk meditasi berjalan )…dan ini sanggup menjauhkan seseorang dari ancaman neraka …dan hanya orang yang taat dan saleh yang bisa memandang pemeliharaan dunia sebagai sebuah peniruan acara tanpa nafsu dari Tuhan sanggup dengan segera membenarkan agresi keberlanjutan…inilah atas dasar ketaatan religius. Dalam tragedi Burisrawa yang mati tanpa pengetahuan yang benar, tidak akan sampaipada paraning dumadi tujuan kehidupan, lantaran ia tidak tahu jalan kepulangan kepada Tuhan.
Kematian Sentyaki…
Mudah, tertimpa jasad. Jasad keluarga utama yang berarti sesungguhnya yaitu final hayat seseorang dengan cara yang tidak tepat. Sanak famililah yang memperlihatkan teriakan, mengingatkan jalan (agar dapat) lepas bebas lantaran didunia belajar pada isi dunia…kalo dalam ragam budaya mirip program selamat kematian; hari ke1, ke3, ke 7, 40 hari, 1000 hari yang dalam acaranya ada sebuah ajakan maaf atas kesalahan2 dan beban yang belum diselesaikan.
Sentyaki mengisyaratkan final hayat yang tidak sempurna, misal jawaban kecelakaan dan hali ini disebabkan oleh kebodohan ( sentyaki terkungkung oleh burisrawa/kebodohan), dan biasanya memerlukan sanak famili untuk memperlihatkan jalan ke arah Tuhan…
Kematian Suyudana…
Berarti ‘Sukma Luhur’, berkerajaan di Ngastina yang bermakna Rumah final Jaman yang direbut oleh Bima dan Parta. Sang Prabu dekat dengan kerajaan hitam, kuning, merah dan putih yang berada disekeliling Ngastina. Pada waktu dulu sang Prabu sangat murka mengukuhi kerajaan ngastina yang kemudian direbut Pandawa, artinya bahwa kebanyakan manusia, bukan tanpa halangan jikalau ingin mati. Ngastina sebebnarnya rumah final jaman bagi Pandawa dengan nama lain Bandarullah. Hanya tinggal Sri Nara Nata Kurupati yang masih hidup. Ia di bunuh oleh Bayu suta. Sukma luhur itu bahwasanya sangat lain, yang memerintah dan menerangi kemunculan Rububiyah. Rumahnya saja sudah elok maka Pandawa masuk negeri ngastina…
Sukma luhur idebtik dengan ruh, sedangkan seluruh nafsu dihidupi oleh ruh, dan tergantung adanya ruh. Ruh yaitu obyek rasa atau hati, ruh mempunyai kawasan dihati. Ngastina identik dengan hati/rasa, pada risikonya hati di kuasai oleh pengetahuan/kesadaran tertinggi ( bima dan parta) yaitu ilmu yang menyangkut wilayah keIlahian. Ketika hati higienis dari segala macam kotoran, ruh menantikan kehadiran sumber pengetahuan sejati (rububiyah) kuasa ilahi (bima). Setelah ruh benar2 diterangioleh rububiyah kemudian ruh memasuki dunia fana, dan yang menjadi tujuannya hanyalah Allah semata (bandarullah)
Perang…
Pengartian perang dalam baratayudha masih berafiliasi dengan makna kematian, lantaran arti final hayat tidak sanggup dipisahkan dari proses peperangan, kadangkala peperangan identik dengan kekerasan…
Arti bratayudha atau bratapupuh yaitu ‘Sakratul Maut’…yang mengisyaratkan proses penyatuan tubuh dan sukma, dan penyatuan ini harus diusahakan sehingga sempurna, dan kesempurnaan tubuh dan sukma identik dengan kesempurnaan keluar masuknya nafas. Nafas yaitu titik hubung penting antara diri dengan tubuh, pengaturan nafas dipakai untuk membersihkan urat2 syaraf dan memeberikan daya kekuatsn pada pusat tubuh yang halus. Dan bila pernafasan ini tepat maka seseorang akan sanggup menghantarkan diri pada keadaan kesadaran diri akan Tuhan dalam nuansa keabadian ( sukmana) dan inilah yang menjadi prasyarat munculnya Insan Kamil…artinya kita kembali pada fitrah kita sebagai insan pada ketika penciptaan, insan ideal yang di menetapkan oleh Tuhan…..
ABDI…
Pandawa mempunyai abdi yang dinamakan Punakawan yang berjumlah 4 dan berfungsi sebagai penasihat perjalanan. Pandawa tidak akan pernah berhasil tanpa para penasihat itu…dan Pandawa disebut Bandarullah yang sanggup ditafsirkan dengan ‘Allah sebagai Tujuan’…Allah menyediakan jalan untuk berjalan kearahNya, dan jalan itu yaitu :
SEMAR…( cahaya)
Dalam proses Ketuhanan, cahaya yaitu ciptaan pertama yang disebut Nur Muhammad, dan dari sinilah bibit alam raya muncul dan sbg sumber bibit maka disini belum ada ukuran. Cahaya ini yaitu hakikat alam raya, seseorang tidak mengerti hakikat dirinya niscaya akan sulit menemukan sumbernya, kawasan asalnya, dan begitu pula sebaliknya, maka sebagai tugasnya, hakikat inilah yang menuntun insan untuk mempunyai tujuan yang terang bagi hidupnya yaitu ” Ilahi “.
Gareng…(hati yang bersih)
Prilaku yaitu hal yang paling memilih keberhasilan atau perjuangan dan kewaspadaan pada hal2 yang akan terjadi disertai perhitungan matang dalam bertindak, ketelitian memilih pilihan dan kecermatan memilih langkah yaitu hal2 yang membawa diri kita pada kemantapan hati. Dengan hati mantap dan higienis ini, diri sanggup bertindak secara tepat dan benar.
Petruk…( nrimo )
Sifat nrimo ini ada dalam hati, dan ini mengambarkan sifat bebas dari perasaan pamrih dan bersedia melepaskan sikap individualistis dan mencocokan diri dalam keselarasan agung alam semesta. Arah yang sama juga di tunjukkan dalam sifat rila yaitu keanggupan untuk melepaskan hak milik, kemampuan dan hasil2 pekerjaan sendiri bila itu menjadi tuntutan tangging jawab atau nasib. Ikhlas dan rila harus disadari sebagai kekuatan yang positif, bukan sebagai mengalah kalah lantaran menyerahkan dalam penuh pengertian…
Bagong…( tindakan khusus )
Salah satu sikap kasatmata yaitu bertindak…dan dari sisi mistik, tindakan khusus yang mencakup puasa atau tirakat untuk bertujuan mendapatkan sesuatu, dalam hal cita2 batin yang positi dan orang ini akan mengerahkan segala daya upaya untuk mencapainya. Orang yang banyak melakukakn tindakan ini akan mempunyai teladan sikap yang sama, walaupun beliau tidak melaksanakan laku. Pola yang terbentuk yaitu perjuangan yang keras, konsentrasi, kecermatan, atau ketelitian dan kesabaran, dan ini mendorong prilaku tindakan khusus mempunyai keistimewaan yang orang lain tidak banyak memiliki, yaitu sikap keras berusaha, cermat, teliti, penuh, kepasrahan, dll
Jadi problem final hayat dalam suluk bratayudha yaitu menyangkut final hayat tokoh yang menyimbolkan salah satu unsur dari manusia, mirip sbb;
1. Akal/ pikiran ( Angka Wijaya )
2. Kesadaran ( Prabu Salya )
3. Tenaga ( Dursasana )
4. Nafsu ( Dahyang Durna, Seta, Untara dan Wrasangka )
5. Hati ( Dhusthajumena, Bisma )
6. Kekecewaan/ emosi ( Sengkuni )
7. Kebodohan ( Burisrawa )
8. Cara Kematian ( Sentyaki )
9. Ruh dalam hubungannya dengan Kedirian ( Suyudana)
2. Kesadaran ( Prabu Salya )
3. Tenaga ( Dursasana )
4. Nafsu ( Dahyang Durna, Seta, Untara dan Wrasangka )
5. Hati ( Dhusthajumena, Bisma )
6. Kekecewaan/ emosi ( Sengkuni )
7. Kebodohan ( Burisrawa )
8. Cara Kematian ( Sentyaki )
9. Ruh dalam hubungannya dengan Kedirian ( Suyudana)
Inilah kira-kira citra dari Suluk Baratayuda semoga bisa bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan..
0 Komentar untuk "Hakikat Maut Dalam Perang Baratayudha"