Suroso ialah seorang pedagang bakso yang telah puluhan tahun berjualan di desaku. Desa ini terletak di Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
#Tradisi Baritan
Setiap memasuki tahun gres jawa, bulan Syuro, di desa kami menyelenggarakan program sedekah maritim atau kami menyebutnya program Baritan.
Acara ini berupa acara larung sesaji ke tengah maritim yang dibawa oleh ratusan kapal nelayan.
Selain acara larung sesaji, dalam program Baritan juga diselenggarakan pengajian umum, wayang kulit, dan musik dandut yang diisi oleh bintang pantura terkenal.
Karena Baritan hanya diselenggarakan sekali dalam setahun, tentunya banyak warga berdatangan ke program ini. Tak hanya warga desaku yang tiba tetapi warga dari kecamatan lain pun berdatangan.
Kondisi ini menciptakan desa menjadi sangat ramai dan penuh sesak dengan lautan manusia.
#Peluang
Sebagai pedagang, Suroso tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Jauh sebekum hari H, ia telah mempersiapkan lahan untuk menggelar lapak dagangan baksonya. Biasanya dalam sehari ia sanggup meraup omset sebesar 15juta.
Jika program ini lancar tanpa hambatan cuaca, biasanya dalam seminggu ia sanggup menghasilkan 50-60 juta hanya dari dagangan bakso dan es buahnya.
Itulah gambarab laba yang didapatkan suroso ketika program Baritan.
#Tak Laku Satupun
Acara Baritan tahun 2003 ialah hari-hari tersial bagi Suroso. Pasalnya, ia telah belanja bahan-bahan untuk bakso dan es buah berjuta-juta namun tak ada satu pun pelanggan yang mau tiba ke warungnya.
Ia membuka lapak dari pagi, siang, sore, malam, hingga dini hari tak ada satupun orang yang mau mampir untuk sekedar makan. Ini benar-benar absurd alasannya pada waktu itu ada ribuan orang yang bersliweran mondar-mandir didepan warungnya.
"Kok gak ada yang mau beli baksoku ya?" Pikir Suroso.
Melihat kondisi warung yang sepi, air mata Suroso akibatnya jatur terurai alasannya membayangkan betapa besarnya kerugian yang ia derita.
Yang menciptakan Suroso makin duka ialah ketika berkeliling ke warung-warung bakso lainnya ternyata kebanyakan ramai pengunjung. Hanya warungnya saja yang sepi.
Ini aneh...
Akhirnya keesokan harinya Suroso tiba ke rumah Kakekku.
Bisa dibilang kakek ialah orang cendekia didesa atau orang-orang biasa memanggil kakek dengab sebutan "Mbah".
Suroso tiba ke rumah kakek sambil menangis tersedu-sedu. Ia mengaku galau alasannya dagangannya sudah seharian tidak ada yang laris satu porsipun.
Akhirnya sesudah mendengar dongeng suroso, kakek segera bergegas menuju lapak baksonya Suroso.
Setibanya di lokasi, kakek melihat raksasa besar. Kata kakek, Raksasa ini wujudnya mengerikan. Matanya segede mangkok bakso, telinganya memanjang sampe ke tanah, giginya runcing dan tidak rata, rambutnya acak-acakan, lidahnya menjulur panjang.
Seketika kakek eksklusif paham jikalau raksasa ini ialah jin yang dikirim oleh orang lain.
Tujuan jin ini ialah menghalangi pandangan mata insan biar tidak sanggup melihat warungnya Suroso.
Dengan begitu otomatis suroso akan melarat alasannya baksonya tidak ada pelanggan yang datang.
#Pengusiran
Kakek segera membaca mantra-mantra kejawen sambil bangun didalam warung. Kalau dilihat sih kayak orang lagi ngobrol tapi rada-rada emosi.
Setelah sepuluh menit komat-kamit, Kakek lalu menuju ke depan warung dan mengambil sesuatu.
Kakek mencabut sebuah lidi yang tertancap didepan warung Suroso. Kata kakek, lidi inilah yang menjadikan dagangan Suroso tidak laris dari kemarin.
Lidi ini berisi lelembut yang sengaja dibentuk oleh pesaing Suroso. Kakek tidak menyebutkan siapa orangnya.
"Ini asa yang usil sama kau So." Kata Kakek.
Setelah dicabut, lidi tersebut lalu dibuang ke laut.
Benar saja, sesudah beberapa menit lalu banyak pembeli yang tiba ke warung.
"Lho, Pak Suroso jualan toh? Kok dari tadi saya mondar mandir lewat jalan ini gak lihat yah?" Kata Tarini.
"Eh, iya lho pak kayaknya saya juga gak lihat ada warung dari tadi, padahal tadi saya nungguin anak milih mainan di samping" Kata Sidon.
Suroso hanya tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan pelanggangnya. Ia lalu yakin bahwa memang bemar ada orang yang sengaja usil dengan dagangannya.
Suroso sangat bersyukur dagangannya kembali laris menyerupai tahun-tahun sebelumnya. Ia pun berterimakasih pada kakek dan memperlihatkan banyak jajanan ketika berkunjung ke rumah kakek.
Itulah sepenggal pengalaman pahit yang dialami oleh tetanggaku. Semoga sanggup menjadi pelajaran untuk kita semua.
0 Komentar untuk "Kejadian Nyata: Lelembut Epilog Rejeki"