Kisah Cinta Dan Muallaf-Nya Ws Rendra

Pada umur 24 tahun, WS Rendra melabuhkan hatinya pada seorang perempuan berjulukan Sunarti Suwandi yang lalu memberinya lima orang anak yang berjulukan Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta.
Setelah menikah, WS Rendra bukannya menutup hati, ia malah kepincut dengan salah satu muridnya di Bengkel Teater yang berjulukan Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat yaitu putri Keraton Yogyakarta yang sering maindan berguru di teater Rendra. Jeng Sito ialah panggilan akrabnya. Jeng Sito sering berbaur dalam rumah tangga WS Rendra – Sunarti dengan ikut memandikan dan menyuapi belum dewasa Rendra. Dari sinilah kedekatan itu terjalin. Bahkan istri Rendra, Sunarti, mendukung dan ikut melamarkan Jeng Sito untuk menjadi istri kedua WS Rendra. Namun ayahanda Sitoresmi keberatan alasannya perbedaan agama. Rendra Nasrani sedang Sitoresmi Islam.
WS Rendra pun menciptakan kejutan dengan bersedia mengucapkan dua kalimat syahadat di hari pernikahannya dengan Sitoresmi pada tanggal 12 Agustsu 1970 dan dua rekannya yaitu Taufiq Ismail dan Rosidi sebagai saksinya.
Menjadi Muallafnya Rendra, menciptakan publik melontarkan komentar yang bernada sinis. Publik banyak yang mempertanyakan ketlusan niat Rendra memeluk Islam, banyak yang menganggap itu hanyalah sensasi Rendra supaya dibolehkan poligami. Menanggapi hal itu, WS Rendra mengungkapkan bahwa dirinya tertarik Islam sudah cukup usang yaitu ketika melaksanakan persiapan pementasan Kasidah Barzanji, beberapa bulan sebelum dirinya menikah dengan Jeng Sito. 
Menurut Rendra, Islam telah berhasil menjawab kegalauan dirinya akan hakekat Tuhan. “Saya sanggup eksklusif beribadah kepada Allah tanpa memerlukan sumbangan orang lain. Sehingga aku merasa hak individu aku dihargai,” begitu katanya. Menurutnya lagi Allah lebih dekat dari urat leher seseorang, jadi bila ingin berdoa tak perlu perantara.
Terlepas dari pro kontra ke-Muallaf-an Rendra, tudingan terhadapnya ihwal publik figur yang haus publisitas dan gemar popularitas terus menuju padanya. Terlebih model rumah tangganya yang meletakkan dua istri dalam satu atap.
Ditengah maraknya tudingan miring akan dirinya dan model rumah tangganya, Rendra kedatangan tamu dari Australia. Ketika Rendra menemani tamunya yang dari Australia untuk berkeliling ke Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta, Rendra melihat seekor merak jantan yang lagi berjalan dengan diapit dua betinanya. Melihat itu, Rendra langusung berseru dengan tertawa terbahak-bahak Itu Rendra! Itu Rendra!. Mulai dikala itulah julukan Si Burung Merak menempel pada dirinya.
Dari pernikahannya dengan Sitoresmi, Rendra dikaruniai empat anak yaitu Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati.
Rendra ternyata tak puas hanya dengan dua istri, naluri kejantanannya bertingkah lagi dengan menikahi seorang gadis berjulukan Ken Zuraida, akan tetapi kesepakatan nikah ketiganya ini harus dibayar mahal dengan mengorbankan dua istri terdahulunya yaitu Sitoresmi dan Sunarti. WS Rendra harus rela menceraikan dua istrinya ini pada tahun 1979 alasannya tak menyetujui Rendra mempunyai istri ketiga. Dari pernikahannya yang ketiga, Rendra menerima dua anak yaitu Isaias Sadewa dan Maryam Supraba.

Yah itulah WS Rendra dengan segala kelebihan prestasi dan kontroversi kehidupannya. Namun tentu kita patut mengacungi jempol untuk berbagai prestasi dan penghargaan yang berhasil digondolnya menyerupai sebagai berikut :
·         Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954)
·         Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956)
·         Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970).
·         Hadiah Akademi Jakarta (1975)
·         Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976)
·         Penghargaan Adam Malik (1989)
·         The S.E.A. Write Award (1996) dan
·         Penghargaan Achmad Bakri (2006)
Selain itu, WS Rendra juga sering melaksanakan pementasan drama dan puisi serta aktif mengikuti aneka macam festival seni dan sastra di luar negeri menyerupai :
·         The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979),
·         The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985),
·         Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985),
·         The First New York Festival Of the Arts (1988),
·         Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989),
·         World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan
·         Tokyo Festival (1995)

Pada pertengahan tahun 2009, WS Rendra menderita sakit jantung koroner dan harus menjalani perawatan intensif di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara. Setelah satu bulan , penyakitnya semakin menggerogoti tubuhnya dan hasilnya sang penyair besar Indonesia WS Rendra menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit itu juga pada 7 Ogos 2009 sempurna jam 22.15 WIB di usianya yang ke 74 tahun.
Jenazah WS Rendra lalu dikebumikan di kompleks Bengkel Teater, Cipayung-Citayam, Depok selepas shalat jum’at. Makamnya tak jauh dari makam Mbah Surip yaitu penyanyi reggae Indonesia yang populer dengann lagu fenomenalnya “Tak Gendong” yang telah berpulang seminggu sebelumnya. Mbah Surip dan WS Rendra memang bersahabat.

Related : Kisah Cinta Dan Muallaf-Nya Ws Rendra

0 Komentar untuk "Kisah Cinta Dan Muallaf-Nya Ws Rendra"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)