Melahirkan Idiom-Idiom,Tujuh Dosa Sosial

SEJARAH GANDHI  TOKOH DUNIA

Menempa diri Jika dikaji riwayat hidupnya, bekerjsama Gandhi pada awal mula bukan orang istimewa. Ia canggung, pemalu, dan tidak menonjol dalam pelajaran di sekolah. Sepertinya tak ada talenta khusus yang menempel pada dirinya. Mula pertama menjadi pengacara di India, ia juga tak begitu berhasil.
Setelah menetap di Afrika Selatan, memperjuangkan hak-hak warga India di sana, ia berhasil menempa diri menjadi eksklusif tangguh—sekuat granit—yang berkomitmen penuh pada nilai-nilai kebenaran dan pantang kekerasan. Dengan tekun belajar, rajin introspeksi disertai disiplin tinggi, ia bisa mengangkat diri sebagai pemimpin bermartabat yang berusaha menyatukan pikiran dengan perbuatan.
Agaknya, Gandhi yakni insan paradoksal. Di satu pihak ia lemah lembut secara fisik dan pantang kekerasan, tetapi di pihak lain ia eksklusif pantang menyerah, berani masuk keluar penjara. Ia suka merenung, menuangkan pikirannya dalam tulisan, yang bila dikumpulkan sanggup mencapai 80 jilid, tetapi serentak dengan itu beliau yakni insan tindakan. Ia idealis, tetapi pada dikala bersamaan memperhitungkan realitas medan untuk mencapai tujuan.

Tujuh dosa sosial
Gandhi banyak melahirkan idiom-idiom yang menciptakan orang tercenung, menyerupai ”Anda mesti menjadi perubahan yang Anda ingin saksikan”. Atau, ”Ukuran kebesaran suatu negara harus didasarkan pada betapa pedulinya beliau pada penduduknya yang paling rentan/lemah”.
Gandhi tak hanya bicara yang bagus-bagus, tetapi bangun di garda depan membela kaum paria, kelompok paling rendah, untuk memperoleh status persamaan hak.
Namun, ungkapannya yang paling menggigit adalah: ”Kekayaan tanpa kerja”, ”Kenikmatan tanpa nurani”, ”Ilmu tanpa kemanusiaan”, ”Pengetahuan tanpa karakter”, ”Politik tanpa prinsip”, ”Bisnis tanpa moralitas”, dan ”Ibadah tanpa pengorbanan”. Ia menyebutnya sebagai tKalau kita melihat ke sekeliling, mencermati banyak sekali kejadian yang ditampilkan media atau menelisik ucapan atau gerak-gerik tokoh-tokoh (birokrasi, politik, bisnis, akademi), bandingkan sikap mereka dengan ungkapan Gandhi. Sebagian tidak sama, tetapi sebagian lagi tampaknya punya kemiripan.
Dunia tampaknya sudah terbelah. Sebagian cukup besar masih memiliki nurani, kemanusiaan, karakter, prinsip, moralitas, mau berkorban dan berkarya. Sebagian lainnya alasannya yakni banyak sekali faktor, menyerupai fasilitas kesempatan, rayuan kedudukan, imbas uang, bujukan sekeliling, atau tuntutan dari atasan, menjadi bergeser posisinya.
Mula-mula bergerak ke wilayah abu-abu untuk lalu beringsut mendekati zona bebas nilai. Yang penting yakni menjadi pemenang, satu-satunya parameter yang dikedepankan untuk menentramkan hati.
Gandhi sendiri menyerupai ditulis Richard Granier, Commentary, 1983, bukanlah orang suci, sempurna, tanpa punya kelemahan pribadi. Ia contohnya memiliki hubungan kurang serasi dengan istri dan anak-anaknya. Gandhi juga lebih sering dan lebih banyak dikelilingi sejumlah besar pengikut dan kurang memiliki rekan sederajat.

Related : Melahirkan Idiom-Idiom,Tujuh Dosa Sosial

0 Komentar untuk "Melahirkan Idiom-Idiom,Tujuh Dosa Sosial"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)