Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), yakni indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
Indeks harga produsen yakni indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang diperlukan produsen untuk melaksanakan proses produksi. IHP sering dipakai untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan alasannya yakni perubahan harga materi baku meningkatkan biaya produksi, yang lalu akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
Indeks harga komoditas yakni indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
Indeks harga barang-barang modal
Deflator PDB menawarkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Inflasi mempunyai dampak faktual dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai imbas yang faktual dalam arti sanggup mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan menciptakan orang agresif untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada dikala terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi alasannya yakni harga meningkat dengan cepat. Para peserta pendapatan tetap menyerupai pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang mempunyai pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil teladan seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan menurut keuntungan, menyerupai contohnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan honor mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga mengakibatkan orang enggan untuk menabung alasannya yakni nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun kalau tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia perjuangan dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia perjuangan membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, alasannya yakni pada dikala pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada dikala meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian alasannya yakni nilai uang pengembalian lebih rendah kalau dibandingkan pada dikala peminjaman.
Bagi produsen, inflasi sanggup menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi mengakibatkan naiknya biaya produksi sampai pada kesannya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen sanggup menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, perjuangan produsen tersebut mungkin akan gulung tikar (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi sanggup mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), yakni indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
Indeks harga produsen yakni indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang diperlukan produsen untuk melaksanakan proses produksi. IHP sering dipakai untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan alasannya yakni perubahan harga materi baku meningkatkan biaya produksi, yang lalu akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
Indeks harga komoditas yakni indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
Indeks harga barang-barang modal
Deflator PDB menawarkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Inflasi mempunyai dampak faktual dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai imbas yang faktual dalam arti sanggup mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan menciptakan orang agresif untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada dikala terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi alasannya yakni harga meningkat dengan cepat. Para peserta pendapatan tetap menyerupai pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang mempunyai pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil teladan seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan menurut keuntungan, menyerupai contohnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan honor mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga mengakibatkan orang enggan untuk menabung alasannya yakni nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun kalau tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia perjuangan dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia perjuangan membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, alasannya yakni pada dikala pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada dikala meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian alasannya yakni nilai uang pengembalian lebih rendah kalau dibandingkan pada dikala peminjaman.
Bagi produsen, inflasi sanggup menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi mengakibatkan naiknya biaya produksi sampai pada kesannya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen sanggup menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, perjuangan produsen tersebut mungkin akan gulung tikar (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi sanggup mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
0 Komentar untuk "Mengukur Inflasi"