Nasehat Ayah Untuk Putranya ( Sunan Giri ), Wacana Falsafah Ilmu

Ketahuilah anakku bahwa ilmu kasampurnaan itu ada 2 macam,
Pertama, diberikan melalui wahyu.
Apabila suksma insan telah sempurna, pasti akan sirna segala sesuatu yg sanggup mengotori watak, mirip halnya perilaku rakus dan harapan semu. Suksma akan menghadap Sang Pencipta, merengkuh cintaNya dan berharap manfaat serta limpahan cahayaNya.
Allah akan menyambut suksma itu secara total. Tatapan Ke-Tuhan memandanginya dan menjadikannya mirip papan. kemudian Allah akan mengakibatkan pena dari suskma sejati. Dan pena itu diukirkan ilmu pada papan tadi.
Suksma sejati laksana guru, suksma insan suci menyerupai sang murid. Sehingga dicapailah seluruh ilmu, dan padanya semua bentuk terukir tanpa proses berguru maupun berfikir. Dalilnya : “Dan Dialah yg mengajarkanmu apa2 yg tidak kau ketahui” (QS. An-Nisa:213).
Ilmu para nabi lebih tinggi derajatnya dibandingkan ilmu mahluk2 yg lain. Karena ilmu tsb diperoleh eksklusif dari YME tanpa perantara. Kau sanggup memahami dalam dongeng para malaikat dg kanjeng Nabi Adam. Sepanjang usianya para malaikat terus belajar. Dan dg membuatkan cara mereka berhasil mendapat banyak macam ilmu, sehingga mereka menjadi mahluk yg paling berilmu dan mahluk paling berpengetahuan.
Sementara itu Adam tidaklah tergolong jago ngelmu lantaran ia tidak pernah berguru dan berjumpa dg seorang guru. Malaikat bangga dan dgn bangga mereka berkata:” padahal kami Senantisa bertasbih dgn memuji Engkau dan mensucikan Engkau.” (QS. Al-Baqarah:30).
Kanjeng Nabi Adam kembali menuju Sang Pencipta. Lantas beberapa penggalan dalam hati Kanjeng Nabi oleh Allah dikeluarkan dikala ia menghadap dan memohon pertolongan kepada Tuhan. Lalu Allah ajarkan seluruh nama2 benda. “Kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat, lantas Allah berfirman: “Sebutkanlah kepadaku nama benda2 itu jikalau kau memang orang2 yg benar” (QS. Al-Baqarah:31).
Ketahuilah, malaikat menjadi kerdil dihadapan Adam. Ilmu mereka menjadi terlihat sempit. Mereka tak sanggup berbangga dan besar hati, justru yg ada hanya rasa tak berdaya. “Maha Suci Engkau, tidak ada yg kami ketahui selain dari apa yg Engkau ajarkan kpd kami” (QS. Al-Baqarah:32).
Maka kepada mereka Adam diberitahukan beberapa penggalan ilmu dan hal2 yg masih tersembunyi. Akhirnya jelaslah bagi kaum berakal, bahwa ilmu mistik yg bersumber dari wahyu lebih besar lengan berkuasa dan lebih tepat dibandingkan ilmu yg diperoleh dg penglihatan langsung.
Ilmu yg diperoleh melalui wahyu merupakan warisan dari hak para nabi. Namun mulai masa Kanjeng Nabi Muhammad pintu wahyu telah ditutup oleh Allah. Sebab Muhammad ialah epilog para nabi. Dia mewakili sosok paling berilmu dan paling fasih dikalangan manusia. Allah telah mendidiknya dg budi pekertinya menjadi baik.
Ketahuilah anakku, Ilmu Rasul itu lebih sempurna, lebih mulia, dan kuat. Karena ilmu tsb diperoleh eksklusif dari Sang Khalik. Beliau sama sekali tidak pernah menjalankan proses belajar-mengajar insani.

Ilmu Kasampurnaan yg Kedua,
disampaikan sebagai ide yaitu peringatan suksma sejati terhadap suksma insan menurut kadar kejernihan, penerimaan dan daya kesiapannya. Ilham boleh dikatakan mengiringi wahyu. Kalau wahyu merupakan penegasan perkara gaib, maka ide merupakan penjelasannya. Ilmu yg diperoleh dg wahyu itulah sejatinya ilmu kenabian, sedangkan yg diperoleh dg ide itulah sejatinya ilmu kewalian.
Ilmu kewalian diperoleh secara langsung, tanpa mediator antara suksma dan Sang Pencipta. Ilmu Kasampurnaan itu laksana secercah cahaya dari alam gaib, yang tiba menerpa hati yg jernih, hampa dan lembut.
Semua ilmu merupakan produk pengetahuan yg diperoleh dari suksma sejati yg terdapat dalam inti sangkan paraning dumadi
dg menisbatkan pada RASA SEJATI, mirip penisbatan Siti Hawa kepada Kanjeng Nabi Adam.
Ketahuilah anakku, rasa sejati lebih mulia, lebih tepat dan lebih besar lengan berkuasa dari disisi Allah dibandingkan suksma sejati. Sedangkan suksma sejati lebih terhormat, lebih lembut dan lebih mulia dibandingkan mahluk2 lain.
Adapun ide itu terlahir dari melimpahnya rasa sejati dan juga terlahir dari melimpahnya pancaran sinar suksma sejati. Jika wahyu menjadi komplemen para nabi, maka ide menjadi komplemen para wali. Adapun ilmu yg diperoleh dari wahyu ialah sebagaimana suksma tanpa rasa atau wali tanpa nabi. Begitu pula ide tanpa wahyu akan menjadi lemah. Ilmu akan menjadi besar lengan berkuasa jikalau dinisbatkan kepada wahyu yg bersandar pada penglihatan ruhani. Itulah ilmu para nabi dan wali
Ketahuilah, ilmu yg diperoleh dg wahyu hanya khusus bagi para rasul, mirip diberikan kepada Adam, Musa, Ibrahim, Isa, Muhammad saw dan para rasul lain. Itulah yg menbedakan antara risalah dengan nubuwwah .
Adapun nubuwwah ialah perolehan hakikat dari ilmu dan rasionalitas2 oleh suksma yg suci kepada orang2 yg mengambil manfaat. Barangkali perolehan semacam itu didapat salah satu suksma, tetapi ia tidak berkewajiban menyebarkannya lantaran suatu alasan dan oleh sebab2 tertentu.
Ilmu kasampurnaan menjadi milik seorang nabi dan wali, sebagaimana dimilki Khidir a.s. Hal itu terdapat pd dalil: “Dan yg telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami” (QS. Al-Kahfi:65).
Ingatlah dikala khalifah Ali berujar: “Kumasukan lisanku kemulutku, hingga terbukalah dihatiku seribu pintu ilmu, yg pada setiap pintu terdapat seribu pintu yg lain”. Dan ia berkata: “Andai kuletakkan bantal dan saya duduk diatasnya, pasti saya akan mengambil putusan aturan bagi penganut Taurat menurut Taurat mereka, bagi penganut Alkitab menurut Alkitab mereka, dan bagi penganut al-Quran menurut al-Quran mereka”.
Derajat mirip ini tidak sanggup diterima dg melalui ilmu kemanungsan semata yg hanya dari pembelajaran insani. Pastilah seseorang yg telah mencapai derajat tersebut telah dikarunia ilmu kasampurnaan.
Jika Allah menghendaki kebaikan pada dirimu, Dia akan menyingkap tabir atau hijab yg menhalangi dirimu dengan sukma yg menjadi papan itu. Dg demikian, sebagian diam-diam dari apa2 yg tersembunyi akan ditampakan pdmu. segenap makna yg terkandung didalam diam-diam tsb akan terpahat pd sukmamu. Dan sukma itupun mengungkapkan sebagaimana engkau ingin lantaran dikehendakiNya..
Sejatinya, kearifan sanggup lahir dari ilmu kasampurnaan. Selama engkau belum mencapai derajat atau tingkatan ini, engkau tidak akan menjadi seorang arif.
Karena kearifan merupakan dukungan Hyang Widi.
Dalilnya : ” Allah menganugrahkan al-hikmah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi al-hikmah itu, ia benar2 telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang2 yang berakallah yang sanggup mengambil pelajaran ” (QS. Al-Baqarah:269).
Hal itu lantaran orang2 yg berhasil mencapai ilmu kasampurnaan tidak perlu lagi banyak berusaha memahami ilmu secara induktif dan berpayah-payah belajar. Orang yg demikian sedikit belajar, banyak mengajar, sedikit capai, banyak istirahat.
Ketahuilah anakku, setelah wahyu terputus dan sehabis pintu risalah ditutup, umat insan tidak lagi membutuhkan kehadiran rasul atau utusan. Mereka tidak lagi memerlukan penampakan dakwah setelah penyempurnaan agama. Bukanlah termasuk kearifan menampakan nilai lebih tidak menurut kebutuhan.
Tapi ketahuilah anakku, pintu ide itu tidak pernah ditutup. Pancaran cahaya suksma sejati tidak pernah terputus. Karena suksma terus membutuhkan arahan, pembaharuan dan peringatan. Umat insan tidak memerlukan risalah dan dakwah, tetapi masih membutuhkan peringatan sebagai akhir dari tenggelamnya mereka pada rasa was-was dan terhanyut oleh gelombang syahwat.
Karena itu Allah menutup pintu wahyu sebagai menunjukan bagi hamba-Nya dan membuka pintu ide sebagai rahmat serta menyiapkan segala sesuatu menyusun tingkatan2 semoga mereka tahu bahwa Allah Maha Lembut kepada hamba2-Nya, menawarkan rezeki kepada siapa saja yg dikendaki tanpa perhitungan. Selesai sudah nasehatku wacana kawruh kesejatian yg kubeberkan padamu. Hendaklah engkau sanggup memakai sebaik mungkin. Jangan menangis anakku Giri, Ilmu itu kelak akan menuntunmu kepada yang sejati ..



Referensi : Babad Alas Sejarah Nuswantoro.

Related : Nasehat Ayah Untuk Putranya ( Sunan Giri ), Wacana Falsafah Ilmu

0 Komentar untuk "Nasehat Ayah Untuk Putranya ( Sunan Giri ), Wacana Falsafah Ilmu"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)