Perjalanan Ibnul Qayyim Al- Jauziyah Dalam Menuntut Ilmu

Perjalanan ia dalam Menuntut Ilmu
Ibnul Qayyim rahimahullah tumbuh berkembang di keluar yang dilingkupi dengan ilmu, keluarga yang religius dan mempunyai banyak keutamaan. Ayahanda, Abu Bakar bin Ayyub az-Zura’i ia yakni pengasuh di al-Madrasah al-Jauziyah. Disinilah al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berguru dalam asuhan dan bimbingan ayahanda ia dan dalam arahannya yang ilmiyah dan selamat.
Dalam usia yang relatif beliau, sekitar usia tujuh tahun, Imam Ibnul Qayyim telah memulai penyimakan hadits dan ilmu-ilmu lainnya di majlis-majlis para syaikh/guru beliau. Pada jenjang usia ini ia rahimahullah telah menyimak beberapa juz berkaitan dengan Ta’bir ar-Ruyaa (Tafsir mimpi) dari syaikh ia Syihabuddin al-‘Abir. Dan juga ia telah mematangkan ilmu Nahwu dan ilmu-ilmu bahasa Arab lainnya pada syaikh ia Abu al-Fath al-Ba’labakki, semisal Alfiyah Ibnu Malik dan selainnya.

Beliau juga telah melaksanakan perjalan ke Makkah dan Madinah selama trend haji. Dan ia berdiam di Makkah. Juga ia mengadakan perjalanan menuju Mesir sebagaimana yang ia isyaratkan dalam kitab ia Hidayah al-Hiyaraa dan pada kitab Ighatsah al-Lahafaan.
Ibnu Rajab mengatakan, “Beliau melaksanakan beberapa kali haji dan berdiam di Makkah. Penduduk Makkah senantiasa menyebutkan perihal ia berupa kesungguhan dalam ibadah dan banyaknya thawaf yang ia kerjakan. Hal mana merupakan suatu yang menakjubkan yang tampak dari diri beliau.” Dan disaat di Makkah inilah ia menulis kitab ia Miftaah Daar as-Sa’adah wa Mansyuur Wilayaah Ahlil-Ilmi wal-Iradah.

Keluasan Ilmu Syaikhul Islam Ibnul Qayyim Dan Pujian Ulama terhadap beliau
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah sangat menonjol dalam ragam ilmu-ilmu islam. Dalam setiap disiplin ilmu ia telah memperlihatkan sumbangsih yang sangat besar.

Murid beliau, al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali, mengatakan, “Beliau menyadur fiqh dalam mazhab Imam Ahmad, dan ia menjadi seorang yang menonjol dalam mazhab dan sebagai spesialis fatwa. Beliau menyertai Syaikhul Islam Taqiyuddin dan menimba ilmu darinya. Beliau telah memperlihatkan kemahiran ia dalama banyak ilmu-ilmu Islam. Beliau seorang yang mengerti perihal ilmu Tafsir yang tidak ada bandingannya. Dalam ilmu Ushul Fiqh, ia telah mencapai puncaknya. Demikian pula dalam ilmu hadits dan kandungannya serta fiqh hadits, segala detail inferensi dalil, tidak ada yang menyamai ia dlam hal itu. Sementara dalam bidang ilmu Fiqh dan ushul Fiqh serta bahasa Arab, ia mempunyai jangkauan pengetahuan yang luas. Beliau juga mempelajari ilmu Kalam dan Nahwu serta ilmu-ilmu lainnya. Beliau seorang yang alim dalam ilmu suluk serta mengerti secara mendalam perkataan dan isyarat-isyarat jago tasawuf serta hal-hal spesifik mereka. Beliau dalam dalam semua bidang keilmuan ini mempunyai jangkauan yang luas.”

Murid ia yang lain, yakni al-Hafizh al-Mufassir Ibnu Katsir mengatakan, “Beliau menyimak hadits dan menyibukkan diri dalam ilmu hadits. Dan ia memperlihatkan kematangan dalam banyak ragam ilmu Islam terlebih dalam ilmu Tafsir, hadits dan Ushul Fiqh serta Qawa`id Fiqh. Ketika Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah kembali ke negeri Mesir, ia kemudian mulazamah kepadanya hngga Syaikhul islam wafat. Beliau menimba ilmu yang sangat banyak darinya disertai dengan kesibukan ia dalam hal ilmu sebelumnya. Akhirnya ia yakni yang paling diunggulkan dalam banyak ilmu-ilmu Islam, …”

Adz-Dzahabi berkata, “Beliau telah memperlihatkan perhatian pada ilmu hadits, matan maupun wacana hal ihwal perawinya. Dan ia juga berkecimpung dalam ilmu fiqh, dan membaguskan penempatannya, …”
Ibnu Nashiruddin ad-Dimasyqi berkata, “Beliau menguasai banyak ilmu-ilmu Islam telebih dalam ilmu tafsir, ushul baik berupa inferensi zhahir maupun yang tersirat (mafhum).”


Al-‘Allamah ash-Shafadi mengatakan, “Beliau sangat menyibukkan diri dengan ilmu dan dalam dialog. Juga bersungguh-sungguh dan terfokuskan dalam menuntut ilmu. Beliau telah menulis banyak karya ilmiyah dan menjadi salah seorang dari imam-imam terkemuka dalam ilmu tafsir, hadits, ushul fiqh maupun ushul ilmu kalam, cabang-cabang ilmu bahasa Arab. Syaikhul islam Ibnu Taimiyah tidaklah meninggalkan seorang murid yang semisal dengannya.”

Pujian juga tiba dari banyak ulama besar lainnya, semisal dari imam al-‘Allamah Ibnu Taghribardi, al-‘Allamah al-Miqriizi, al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalaani, al-Imam asy-Suyuthi, al-‘allamah asy-Syaukani dan selainnya.

Guru-guru beliau
Berikut ini yakni nama-nama masyaikh/guru-guru ia yang terkenal,
  1. Ayahanda ia yaitu Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’ad az-Zura’I ad-Dimasyqi. Dimana Ibnul Qayyim menyadur ilmu Faraidh dari beliau.
  2. Abu Bakar bin Zainuddin Ahmad bin Abdu ad-Daa`im bin Ni’mah an-Naabilisi ash-Shalihi. Beliau dijuluki al-Muhtaal. (wafat 718 H)
  3. Syaikhul Islam Taqiyuddin Abu al-‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim bin Abdissalam bin Abil-Qasim bin Taimiyah al-Harrani ad-Dimasyqi al-Hanbali. (wafat 728 H). Beliau yakni guru Ibnul Qayyim yang paling populer, dimana Ibnul Qayyim rahimahullah mulazamah dalam banyak bidang-bidang keilmuan darinya.
  4. Abu al-‘Abbas Ahmad bin Abdurrahman bin Abdul Mun’im bin Ni’mah Syihabuddin an-Nabilisi al-Hanbali. 9wafat 697 H).
  5. Syamsuddin bubuk Nashr Muhammad bin ‘Imaduddin Abu al-Fadhl Muhammad bin Syamsuddin Abu Nashr Muhammad bin Hibatullah al-Farisi ad-Dimasyqi al-Mizzi. (wafat 723 H)
  6. Majduddin Abu Bakar bin Muhammad bin Qasim al-Murasi at-Tuunisi. 9wafat 718 H)
  7. Abu al-Fida` Ismail bin Muhammad bin Ismail bin al-Farra` al-Harrani ad-Dimasyqi, syaikhul Hanabilah di Damaskus. (wafat 729 H)
  8. Shadruddin Abu al-Fida` Ismail bin Yusuf bin Maktum bin Ahmad al-Qaisi as-Suwaidi ad-Dimasyqi (wafat 716 H)
  9. Zainuddin Ayyub bin Ni’mah bin Muhammad bin Ni’mah an-Naabilisi ad-Dimasyqi al-Kahhaal. (wafat 730 H).
  10. Taqiyuddin Abu al-Fadhl Sulaiman bin Hamzah bin Ahmad bin Umar bin qudamah al-Maqdisi ash-Shalihi al-Hanbali. (wafat 715 H).
  11. Syarafuddin Abdullah bin Abdul Halim bin Taimiyah al-Harrani ad-Dimasyqi, saudara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. (wafat 727 H).
  12. ‘Alauddin Ali bin al-Muzhaffar bin Ibrahim Abul hasan al-Kindi al-Iskandari ad-Dimasyqi. (wafat 716 H)
  13. Syarafuddin Isa bin Abdurrahman bin Ma’aali bin Ahmad al-Mutha’im Abu Muhammad al-Maqdisi ash-Shalihi al-hanbali. (wafat 717 H)
  14. Fathimah binti asy-Syaikh Ibrahim bin Mahmud bin Jauhar al-Ba’labakki. (wafat 711 H).
  15. Baha`uddin Abul al-Qasim al-Qasim bin asy-Syaikh Badruddin Abu Ghalib al-Muzhaffar bin Najmuddin bin Abu ats-Tsanaa` Mahmud bin Asakir ad-Dimasyqi. (wafat 723 H).
  16. Qadhi Qudhaat Badruddin Muhammad bin Ibrahim bin Sa’adullah bin Jama`ah al-Kinaani al-Hamawi asy-Syafi’i. (wafat 733 H).
  17. Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abu al-Fath bin Abu al-Fadhl al-Ba’labakki al-Hanbali. (wafat 709 H)
  18. Shafiyuddin Muhammad bin Abdurrahim bin Muhammad al-Armawi asy-Syafi’I al-Mutakallim al-Ushuli, Abu Abdillah al-Hindi. (wafat 715)
  19. Al-Hafizh Yusuf bin Zakiyuddin Abdurrahman bin Yusuf bin Ali al-Halabi al-Mizzi ad-Dimasyqi. (wafat 742 h).
Murid-murid beliau
Ketenaran al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah serta kedudukan ilmiyah ia yang tinggi menyebabkan banyak klangan ulama terkenal yang mengagungkan dan berguru kepada beliau. Demikian banyak ulama dan selain mereka yang mengambil ilmu dan berdesakan di majlis Ibnul Qayyim rahimahullah. Dari mereka yang menimba ilmu dari Ibnul Qayyim, bermunculan para pakar dibidang ilmu tertentu. Diantara murid-murid beliau,
  1. Anak ia Burhanuddin bin al-Imam Ibnul Qayyim.
  2. Anak ia Jamaluddin bin al-Imam Ibnul Qayyim.
  3. Al-Hafizh al-Mufassir Abu al-Fida` Ismail bin Umar bin Katsir al-Qaisi ad-Dimasyqi.
  4. Al-Hafizh Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Hasani al-Baghdadi al-Habali.
  5. Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abdul hadi bin Yusuf bin Qudamah al-Maqdisi ash-Shalihi.
  6. Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Abdul Qadir bin Muhyiddin Utsman al-Ja’fari an-Naabilisi al-Hanbali.
  7. Dan lain sebagainya.
Kepribadian Syaikhul Islam Ibnul Qayyim
Syaikhul Islam Ibnul Qayyim rahimahullah, selain dikenal dengan keluasan ilmu dan pengetahuan ia akan ilmu-ilmu Islam, ia juga seorang yang tidak melupakan hubungan ia dengan penciptanya. Adalah ia seorang yang dikenal dengan sifat-sifat mulia, baik dalam ibadah maupun sopan santun dan prilaku beliau. Beliau yakni seorang yang senantiasa menjaga peribadatan dan kekhusyu’an dalam ibadah. Selalu berinabah dan menundukkan hati kepada-Nya. Seluruh waktu ia habis tercurah untuk wirid, dzikir dan ibadah. Beliau juga seorang yang dikenal dengan banyaknya tahajjud, sifat wara`, zuhud, muraqabah kepada Allah dan segala bentuk amal-amal ibadah lainnya. Kitab-kitab ia semisal Miftaah Daar as-Sa’adah, Madaarij as-Salikin, al-Fawaa`id, Ighatsah al-ahafaah, thariiq al-Hijratain dan selainnya yakni bukti akan keutamaan ia dalam hal ini.

Al-Hafizh Ibnu Rajab al-hanbali berkata, “Adalah ia seorang yang selalu menjaga ibadah dan tahajjud. Beliau seringkali memanjangkan shalat hingga batas yang lama, mendesah dan berdesis dalam dzikir, hati ia diliputi rasa cinta kepada-Nya, senantiasa ber-inabah dan memohon ampunan dari-Nya, berserah diri hanya kepada Allah, … tidaklah saya pernah melihat yang semisal ia dalam hal itu, dan juga saya belum pernah melihat seseorang yang lebih luas wawasan keilmuan dan pengetahuan akan kandungan makna-makna al-qur`an dan as-Sunnah serta hakikat kimanan dari pada beliau. Beliau tidaklah ma’shum, akan tetapi saya belum melihat semisal ia dalam makna tersebut.”
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, menyifati panjangnya shalat beliau, “Saya tidak mengetahui seorang alim di muka bumi ini pada zaman kami yang lebih banyak ibadahnya dibandingkan dengan beliau. Beliau sangatlah memanjangkan shalat, melamakan ruku’ dan sujud, …”


Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata menyifati diri beliau, “Beliau rahimahullah, biasanya sehabis mengerjakan shalat shubuh duduk ditempat ia berdzikir kepada Allah hingga hari telah meninggi.”
Dan yakni ia –Ibnul Qayyim- berkata, “Dengan kesabaran dan kemiskinan akan teraih kepemimpinan dalam hal agama.”
Dan ia juga berkata, “Haruslah bagi seorang yang meniti jalan hidayah mempunyai kemauan berpengaruh yang akan mendorongnya dan mengangkatnya serta ilmu yang akan menjadikannya mengerti/yakin dan memberinya hidayah/petunjuk.”

Sementara sopan santun dan kepribadian ia dalam mu’amalah, sebagaimana yang disampaikan oleh al-Hafizh Ibnu Katsir, “Beliau seorang yang sangat indah bacaan al-qur`an-nya serta sopan santun yang terpuji. Sangat penyayang, tidak sekalipun bliau hasad kepada seseorang dan tidka juga menyakitinya. Beliau tidak pernah mencerca dan berlaku dengki kepada siapapun juga. Saya sendiri yakni orang yang paling bersahabat dan paling menyayangi beliau.”
Beliau juga mengatakan, “Dan sebagian besa ryang tampak pada diri ia yakni keaikan dan sopan santun yang shalih.”

Karya Ilmiah beliau
Karya ilmiyah syaikhul islam Ibnul Qayyim sangatlah banyak dan dalam aneka macam jenis disiplin keilmuan. Asy-Syaikh al-‘Allamah Bakr bin Abu Zaid mengumpulkan karya ilmiyah ia dan mencapai 96 judul, diantaranya yang populer,
  1. Kitab Zaad al-Ma’ad al-hadyu ilaa Sabiil ar-Rasyaad.
  2. A’laam al-Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘alamiin.
  3. Ahkaam Ahli adz-Dzimmah.
  4. Madaarij as-Saalikin.
  5. Tuhfah al-Maudud bi-Ahkaam al-mauluud.
  6. Ath-Thuruq al-Hukmiyah fii as-Siyasah asy-Syar’iyah.
  7. Ighatsah al-Lahafaan.
  8. Ash-Shawaa`iq al-Mursalah ‘ala al-Jahmiyah wal-Mu’aththilah.
  9. Al-Furusiyah.
  10. Ash-shalah wa Hukmu Taarikihaa.
  11. Ijtima’ al-Juyusy al-Islamiyah ‘ala Ghazwi al-Mu’aththliah wal-Jahmiyah.
  12. Syifa`u al-‘alil fii Masaa`il al-Qadha` wal-Qadar wal-Hikmah wat-Ta’liil.
  13. Al-Kafiyah asy-Syafiyah fii al-Intishar lil-Firqah an-Najiyah.
  14. ‘Iddah ash-Shabirina wa Dzakhirah asy-Syakirin.
  15. Ad-Daa`u wad-Dawaa’u
  16. Bada’I al-Fawaa`id.
  17. Al-Fawaa`id
  18. Miftaah Daar as-Sa’adah
  19. Al-Manaar al-Muniif fii ash-Shahih wadh-Dha’if.
  20. Tahdzib Sunan Abi Dawud wa iidhah Muskilaatihi wa ‘Ilalihi.
  21. Hidayah al-Hiyaara fii Ajwibah al-Yahuud wan-Nashaara.
  22. Dan masih banyak lagi lainnya.
Wafat beliau
Beliau wafat pada malam kamis pada tanggal tiga belas Rajab pada sat adzan isya tahun 751 H. Dimana ia telah memasuki usia enam puluh tanuh. Dan ia dishalatkan pada keesokan harinya di masjid jami’ al-Umawi sehabis shalat dhuhur. Dan ia dimakamkan di pemakaman al-Bab ash-shaghir disambing makam ibnuda beliau. Pemakaman ia turut dipersaksikan oleh para qadhi, kaum terkemuka, tokoh-tokoh agama dan pemerintahan serta orang-orang yang shalih dan khalayak ramai. Semoga Allah merahmati ia dan melapangkan kediaman ia dialam berikutnya.

Referensi: KisahMuslim.com

Related : Perjalanan Ibnul Qayyim Al- Jauziyah Dalam Menuntut Ilmu

0 Komentar untuk "Perjalanan Ibnul Qayyim Al- Jauziyah Dalam Menuntut Ilmu"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)