Proses Kenabian Putro Simbok Siti Aminah

Sejak muda Muhammad diberi gelar Al-Amin yang berarti sanggup dipercaya. Gelar ini disematkan oleh masyarakat Arab ketika itu sebab memang Muhammad ialah orang yang sangat jujur jikalau diberi amanah. Banyak orang Quraisyi yang menitipkan hartanya pada Muhammad dan pastilah kondusif dan tidak dicurangi. Saat itu belum ada bank menyerupai ketika ini, sehingga jikalau pedagang sedang berdagang ke luar negeri menyerupai ke Syam atau ke negara di luar Mekkah maka hartanya di rumah dititipkan pada seseorang yang sanggup dipercaya dan yang paling populer amanahnya jikalau dititipi harta benda itu ialah Muhammad.
Ada juga insiden yang membuat Muhammad semakin disegani masyarakat ketika itu yaitu ketika Ka’bah dibersihkan dan Hajar Aswad harus kembali diletakkan pada tempat semula, setiap ketua suku saling berebut untuk meletakkannya bahkan nyaris terjadi pertumpahan darah, sebab suatu pujian bagi sebuah suku jikalau ketua suku mereka menjadi orang yang meletakkan kerikil hitam yang sangat mulia dan bersejarah itu. Namun kemudian sesepuh dari mereka berkata bahwa bagaimana kalau orang yang meletakkan Hajar Aswad ialah orang yang akan tiba pertama kali dari balik bukit.

Dan mereka menunggu orang tersebut dan akibatnya orang tersebut ialah Muhammad Al-Amin. Maka Muhammad segera berfikir dan mengambil sehelai kain panjang, diletakkannya Hajar Aswad di tengah-tengah kain tersebut, kemudian disuruhnya setiap kepala suku untuk memegang dan mengangkat ujungnya menuju tempat Hajar Aswad itu setelah sampai, Muhammad dengan tangannya yang mulia memasangkan kerikil hitam itu ditempatnya.

Puaslah para ketua suku atas solusi Muhammad. Bisa saja ketika itu Muhammad tidak perlu membuat keputusan untuk menggelar kain dan menyuruh tiap ketua suku untuk mengangkat ujungnya, sanggup saja Muhammad sendiri yang eksklusif meletakkan kerikil tersebut sendirian tanpa perlu melibatkan para ketua suku namun Muhammad bukanlah orang yang egois, ia ialah orang yang luar biasa cerdas serta bijaksana, ia tahu bahwa sangat membanggakan sekali jikalau sanggup menjadi orang yang meletakkan Hajar Aswad ditempatnya maka ia membuat keputusan tersebut semoga semua suku merasa puas dan bangga. Itulah yang membuat orang sangat mengagumi cowok yang berjulukan Muhammad ini.
Muhammad sangat peka terhadap sekelilingnya, ia sering berfikir akan kerusakan sosial yang terjadi di sekitarnya. Saat itu marak sekali di masyarakat terjadi penyimpangan sosial menyerupai mabuk-mabukan menjadi hal yang biasa, perampasan hak serta penindasan oleh si kaya terhadap si miskin, perbudakan, seks bebas, pemerkosaan, bermegah-megahan, mengubur bayi perempuan hidup-hidup sebab mempunyai anak perempuan dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. Mungkin kebobrokan masyarakat ketika itu tak jauh berbeda dengan yang terjadi di sekeliling kita ketika ini.
Saat usia ia menginjak 35 tahun, Muhammad sering mengasingkan diri keluar kota Mekkah semoga lebih tenang dan sanggup berfikir jernih. Sebagai seorang yang sangat peduli dengan lingkungannya dan bangsanya, Muhammad ingin melaksanakan sesuatu semoga kerusakan moral yang terjadi di kalangan masyarakat Arab tak terus berlanjut. Namun ia sendiri galau harus memulai dari mana. Tempat yang ia pilih untuk merenung dan berfikir ialah Gua Hira’.
Akhirnya pada ketika usia Muhammad 40 tahun disuatu malam ketika ia sedang khusyuk berdoa pada sang Khalik, muncullah cahaya putih yang tak lain ialah malaikat Jibril dan berkata “Iqra’” yang berarti “Bacalah” dan Muhammad menjawab saya tak sanggup membaca. Memang Nabi Muhammad ialah seorang yang Umi atau buta huruf. Karena ketika itu sangat jarang sekali orang yangbisa membaca dan menulis jikalau bukan seorang yang khusus mempelajari syair dan sastra. Orang yang tidak bergulat dibidang syair jarang yang sanggup membaca dan menulis.
Lalu Jibril menyampaikan lagi “Iqra’” dan Muhammad menjawab saya tak sanggup membaca. Kemudian Jibril mendekat dan merangkul Muhammad yang ketika itu sedang ketakutan sebab didatangi orang absurd dan berkata padanya untuk yang ketiga kalinya “Iqra’ bismirabbikalladzii Khalaq...” Itu ialah surat AL-‘Alaq ayat 1-5 yaitu wahyu yang pertama kali turun pada Muhammad dan resmilah ketika itu yaitu malam 17 Ramadhan Muhammad diangkat oleh Alloh menjadi Rasulnya.

Berikut ini ialah bunyi wahyu pertama “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang membuat insan dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar insan dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada insan apa yang tidak diketahuinya.” (Al-Alaq 96: 1-5)

Setelah menirukan Jibril membaca surat Al- ‘Alaq ayat 1-5, Nabi Muhammad pun segera pulang dengan rasa takut dan gemetar. Sesampai di rumah ia meminta pada istri ia Khadijah untuk menyelimutinya. Setelah tenang ia bercerita pada Khadijah bahwa ia telah didatangi orang yang sangat putih higienis dan tampan dan menyuruhnya untuk membaca surat Al-‘Alaq dimana isi bacaannya sangat indah dan belum pernah ada sebelumnya.
Khadijah ialah istri yang sangat bijaksana, mendengar dongeng suaminya, ia tersenyum dan berkata “ Berbahagialah suamiku sesungguhnya itu ialah Jibril, yaitu malaikat yang juga diturunkan pada Rosul sebelum engkau.” Saat itu Muhammad belum mengerti jikalau itu ialah Jibril.

Lalu Khadijah pergi ke rumah saudaranya yang menjadi andal kitab yang tetap berpegang pada ajarann Tauhid yang berjulukan “Waraqaq bin Naufal” dan menceritakan apa yang dialami suaminya. Waraqaq pun berkata bahwa orang yang disebut dalam kitab sebelumnya telah tiba yaitu Muhammad suami Khadijah dan Waraqaq pun berpesan pada Khadijah semoga menjaga sang suami sepanjang waktu karena, suaminya ialah insan piluhan yang selama ini dinantikan tunggu kehadirannya. Waraqaq pun menambahkan bahwa jikalau ia masih muda dan sehat tentu ia akan sekuat tenaga melindungi Rosul Muhammad dan akan membelanya ketika ia nanti dimusuhi dan diusir dari Mekkah oleh orang kafir Quraisy.

Itulah keterangan Waraqaq pada Khadijah. Dan mulai ketika itu Khadijah semakin kagum pada suaminya, ternyata suaminya ialah orang yang dipilih Alloh menjadi Rosul epilog zaman menyerupai yang sudah disebut pada kitab Taurat, Zabur dan Injil.
Setelah wahyu pertama kemudian turun wahyu kedua dan seterusnya yang pada dasarnya Nabi Muhammad disuruh untuk memberikan bahwa yang berhak disembah ialah Alloh SWT bukanlah lainnya buakan juga berhala-berhala Latta, Uza, Manata yang selama ini menjadi sesembahan kaum Quraisy kebanyakan. Muhammad pun kemudian memberikan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, ketika itu yang pertama kali mendapatkan dakwahnya tentulah istri beliau, Khadijah, kemudian Abu Bakar sahabat ia dan kemudian Ali bin Abi Thalib, sepupu beliau.

Berikut ini ialah bunyi wahyu kedua “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, kemudian berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kau memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah.” (Al-Mudatsir 74: 1-7)
Dakwah sembunyi-sembunyi ini dilakukan selama 3 tahun. Biasanya ia melaksanakan pertemuan di rumah Arqam bin Abi Arqam yaitu seorang cowok Quraisy yang juga mempunyai pengaruh, terpandang dan kaya-raya sehingga tak ada orang yang berani untuk mengusiknya. Karena sering melaksanakan kajian di rumah Arqam bin Abi Arqam inilah maka dakwah ia ini sering populer dengan sebutan “Darul Arqam”. Orang yang pertama-tama masuk Islam ini populer dengan sebutan Assabiqunal Awwalun.

Setelah tiga tahun dakwah sembunyi-sembunyi, Maka sudah saatnya Nabi Muhammad berdakwah terang-terangan. Suatu hari Muhammad mengumpulkan orang-orang Makkah di suatu tempat. Karena orang yang mengundang ialah termasuk orang yang besar lengan berkuasa maka datanglah seluruh penduduk Makkah baik itu yang berpangkat dan kaya-raya ataupun yang orang biasa hingga budakpun datang.

Lalu Muhammad Al-Amin menyampaikan sesuatu yang sangat diplomatis “ Hai penduduk Makkah, percayakah kalian jikalau saya menyampaikan ada segerombolan unta dibalik bukit itu.” Lalu orang-orang pun berkata “ Wahai Al-Amin, anda ialah orang yang tidak pernah berbohong, man mungkin kami tak percaya.” Begitulah jawaban mereka. Lalu Nabi Muhammad memberikan wahyu Alloh yang diterimanya dan mengajak insan untuk hanya menyembah Alloh.

Dari dakwah secara terang-terangan ini mulailah banyak yang memeluk Islam dan juga mulailah kaum Quraisy yang merasa kepentingannya akan bergesekan mengecam keras dan memusuhi Nabi besrta pengikutnya. Islam menyerukan peersamaan hak dan dihentikan ada kasta dalam tatanan masyarakat, ini sangat bertentangan dengan kebanyakan kaum darah biru yang banyak mempunyai budak dan mempekerjakannya tanpa upah dan banyak yang tanpa perasaan menyiksa mereka. Oleh sebab itu banyak orang yang tidak suka dengan aliran Muhammad sebab membuat mereka akan kehilangan manfaatnya dan hartanya dalam mempekerjakan budak tanpa upah.
Banyak sekali ancaman, kecaman dan siksaan yang dialami oleh orang yang memeluk Islam diawalnya menyerupai Bilal bin Rabbah ialah seorang budak berkulit hitam yang telah Islam kemudian disiksa majikannya dengan ditindih kerikil besar di padang pasir di waktu siang, majikannya menyuruh Bilal untuk kembali keajaran nenek moyangnya namun Bilal tidak mau. Akhirnya setelah berhari-hari disiksa dan tertangkap tangan Abu Bakar, Bilal pun ditebusnya dan dibebaskan dari siksaan majikannya.
Ada lagi keluarga budak yang disiksa yaitu keluarga Amar bin Yasir yang telah Islam dan tertangkap tangan majikannya yaitu Abu Jahal kemudian disiksa dengan dicambuk, ditenggelamkan ke air hingga mengelupas kulitnya, dibakar, hingga ia sudah tak sanggup mencicipi lagi perih kulitnya. Begitu pedih siksaan yang diterima orang Islam hingga tak tega penulis memaparkannya satu persatu. Kebanyakan siksaan itu dilakukan oleh majikan terhadap budaknya.
Namun jangan dikira orang Islam yang menerima siksaan hanya kalangan orang miskin dan budak saja. Banyak pula pembesar kaya raya Quraisy yang telah Islam yang juga menerima tekanan namun tentu tidak sepedih pada yang lemah. Seperti Abu Bakar, Hamzah dan Arqam bin Abi Arqam. Namun para darah biru Islam ini harus mati-matian juga melindungi orang Islam yang lemah yang sedang disiksa serta harus berhati-hati dalam bertindak semoga tidak ada celah bagi kafir Quraisy lain untuk menjatuhkannya. Ini mengambarkan bahwa orang Islam haruslah kuat secara keseluruhan baik imannya, finansialnya ataupun ilmunya semoga tidak ada orang kafir yang berani menginjak orang Islam.


ISRA MIRA'J
Selama membuatkan Islam, Nabi Muhammad selalu dimusuhi oleh kafir Quraisy. Namun begitu para kafir Quraisy tak berani terlalu jauh dalam memusuhinya sebab Nabi Muhammad menerima proteksi dari pamannya yaitu Abu Thalib seorang pemimpin Quraisy yang sangat disegani. Walau Abu Thalib belum mengucap dua kalimat syahadat namun ia sangat mendukung dakwah Nabi dan selalu melindunginya dari orang kafir lainnya yang mau menyakiti Nabi. Namun ketika Abu Thalib wafat, dan pemimpin Quraisy dari bani Hasyim beralih ke yang lain, ketika itu juga proteksi terhadap Muhammad dicabut dan semakin menjadi-jadilah orang kafir memusuhi Muhammad dan orang Islam lainnya.
 Satu lagi pelindung Muhammad dalam berdakwah ialah Khadijah, istri Nabi sendiri. Sudah disebutkan diatas bahwa Khadijah bukanlah perempuan sembarangan, ia ialah perempuan yang terhormat, kaya-raya dan mempunyai imbas di kalangan orang Makkah. Dengan harta dan kedudukannya sebagai darah biru tersebut Khadijah selalu membela Nabi dari kejahatan para kafir Quraisy yang ingin menyakiti dan membunuh Nabi. Namun ketika Khadijah wafat bertambah sedihlah hati Nabi, sudah tak ada lagi orang-orang erat yang selalu melindungi dan mendukungnya.
Tahun dimana Khadijah dan Abu Thalib wafat yang berada di tahun yang sama membuat Nabi merasa sedih begitu mendalam, tahun ini disebut tahun kesediahan atau Amul Husna.
Alloh tahu kesedihan yang dirasakan Nabi, kemudian pada suatu malam, tanggal 27 Rajab setahun sebelum Nabi Hijrah ke Madinah, Nabi didatangi malaikat Jibril. Malaikat Jibril kemudian mengajak Nabi menaiki Buroq. Nabi kemudian diterbangkan menuju Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa di Palestina (Isra’) kemudian naik ke Sidratul Muntaha atau langit ke tujuh (Mi’raj). Di sana Nabi mendapatkan perintah shalat lima waktu eksklusif dari Alloh.
Dalam perjalanan spiritual ini Nabi benar-benar merasa di cash kembali oleh Alloh setelah kesedihan yang dialaminya dan semakin bersemangat dalam berdakwah. Dalam perjalanan itu Nabi juga bertemu dengan Rasul-Rasul terdahulu serta diperlihatkan Surga dan Neraka.
Setelah pulang dari perjalanan, Nabi pun menceritakan pada sahabatnya, awalnya banyak yang heran namun sebab Nabi populer tak pernah berbohong maka sahabat eksklusif mempercayainya dan semakin bertambah keimanannya. Sahabat yang pertama kali mempercayai Isra’ Mi’raj ialah Abu Bakar dan dari sinilah ia diberi gelar As Sidiq yang artinya “yang mempercayai”.
Orang kafir yang mendengar gosip perihal Isra’ Mi’raj ini malah menertawakan dan mengatai bahwa Nabi Muhammad seorang pembual dan gila namun setelah Muhammad menceritakan bahwa ia telah bertemu dengan kafilah dagang yang akan segera menuju Mekkah dan sesaat kemudian benarlah apa yang dikatakan Nabi bahwa kafilah itupun datang. Semakin beranglah para kafir dan semakin kuat dan bertambah banyak umat yang mendapatkan aliran Muhammad. Semakin kejamlah perlakuan kafir Quraisy terhadap pengikut Muhammad.
Puncak dari penderitaan yang dialami orang Islam ialah ketika mereka diboikot oleh orang kafir Mekkah dari segala aktivitas sosial terutama aktivitas ekonomi. Mereka tidak diperbolehkan berdagang, tidak diperbolehkan mendapatkan sumbangan dari manapun. Banyak dari orang Islam yang kelaparan bahkan meninggal ketika itu. Harta Nabi dan istrinya yang begitu banyak serta para sahabat yang kaya raya pun hampir habis untuk mendanai dakwah ini terlebih lagi ketika krisis ekonomi sebab pemboikotan itu. Yang lebih parah lagi mereka diusir dari rumah dan kampung halaman mereka sendiri tanpa boleh membawa hartanya sepeserpun.

Menghadapi hal ini, keputusan akibatnya dibentuk oleh Nabi Muhammad dan sahabat bahwa mereka harus pindah dari Mekkah dan menyusun kekuatan diluar Mekkah. Dipilihlah Yastrib atau Madinah sebagai tujuan pindah atau hijrahnya mereka. Awalnya yang harus berangkat ialah orang Islam yang sering mendapatkan penderitaan sebab disiksa. Mereka berangkat ke Madinah berjalan kaki dan ada yang menunggang unta tanpa membawa harta benda apapun, hanya bekal masakan untuk cukup di perjalanan saja.

Jarak Makkah Madinah ialah menyerupai jarak Jakarta dan Surabaya dan itu ditempuh dengan berjalan kaki selama delapan hari. Bayangkan begitu berat usaha awal menegakkan Agama Islam yang benar ini. Sudahlah mereka menerima siksa di Makkah kemudian meninggalkan harta yang selama ini dikumpulkannya dengan susah payah guna berhijrah ke Madinah untuk mempertahankan keimanan mereka kemudian mereka harus menempuh perjalanan yang begitu panjang dan berat lagi guna menuju Madinah. Itupun dengan bayangan dikejar-kejar dan dibunuh oleh orang Quraisy.
Tibalah Nabi Muhammad yang harus berhijrah. Nabi melaksanakan hijrah termasuk yang terakhir sebab untuk memastikan orang Islam Mekkah harus berangkat duluan, terutama mereka yang sering disiksa oleh orang kafir Quraisy. Pada malam itu orang kafir Quraisy telah mengepung rumah Nabi guna membunuhnya. Lalu disuruh oleh Nabi anak paman ia yaitu Ali bin Abi Thalib untuk menggantikan Nabi tidur di tempat tidur Nabi dan berpura-pura sebagai Muhammad. Lalu ketika tengah malam para kafir tersebut tertidur pulas sebab kelelahan menunggu keluarnya Nabi Muhammad. Dengan mengendap-endap Nabi pun keluar dari rumahnya lewat pintu belakang. Ditaburkannya debu ke muka kafir yang sedang tertidur pulas itu kemudian dengan cepat ia berlari menuju Abu Bakar dan berangkat bersama menuju Madinah.
Saat fajar tiba, kafir Quraisy yang berencana membunuh Nabi pun kecewa sebab mereka telah tertidur dan melihat bukan Nabi yang tidur di kamarnya melainkan Ali bin Abi Thalib, mengetahui itu segeralah kafir Quraisy itu mengejar Nabi yang sudah berangkat ke Madinah bersama Abu Bakar. Mengetahui dirinya dikejar dari belakang, Nabi dan Abu Bakar pun bersembunyi di gua Tsur. Ketika Nabi sudah berada di dalam gua, laba-laba gua pun segera membentuk jaring yang sangat lebat semoga tidak tertangkap tangan jikalau di dalamnya ada Nabi yang sedang bersembunyi. Orang kafir pun akibatnya hingga di muka gua Tsur dan tak melihat gejala ada orang di dalamnya, akibatnya mereka kembali ke Mekkah dan gagal lah planning mereka untuk membunuh Nabi Alloh Muhammad SAW.
Nabi Muhammad dan Abu Bakar pun melanjutkan perjalanan, sesampainya di Quba yaitu tempat antara Mekkah dan Madinah, Nabi mendirikan Masjid yang pertama dan di namakan Masjid Quba. Pada hari ke delapan Nabi dan Abu Bakar hingga di Madinah. Beliau disambut sukacita oleh penduduk Madinah dan juga penduduk Mekkah yang telah hijrah sebelumnya. Di Madinah inilah Nabi kemudian menyusun kekuatan Islam. Pertama-tama Nabi mempersatukan kaum Muhajirin yaitu penduduk Mekkah yang telah Islam dan ikut hijrah dan kaum Anshar yaitu penduduk Madinah yang mendapatkan keRasulan Muhammad dan memeluk Islam menjadi layaknya saudara.
 Kemudian Nabi mendirikan Masjid Nabawi sebagai tempat shalat dan juga konsolidasi kekuatan Islam baik secara politik dan ekonomi. Umat Islam juga mendirikan pasar sendiri yang dipakai untuk membangun kekuatan ekonomi Islam. Dari sinilah umat Islam bersatu dan menjadi besar.


Sebelum Nabi Muhammad di Madinah, sudah banyak penduduk Madinah yang mendengar dongeng perihal Islam dan mengakui Nabi sebagai Rosul namun juga banyak orang Yahudi yang tinggal di Madinah. Sehingga walau Nabi diterima oleh sebagian penduduk Madinah dan pembesar Madinah, Nabi pun harus waspada terhadap orang Yahudi. Orang Yahudi di Madinah mempunyai imbas ekonomi yang cukup kuat.

Pasar Yahudi sangat ramai dikunjungi masyarakat Madinah, namun pasar orang Yahudi ini sering melaksanakan kecurangan dan harganya populer mahal. Mengingat pasar ketika itu ialah pusat ekonomi dan pengalaman di Makkah ketika diboikot sebab tak mempunyai pusat ekonomi sendiri, maka Nabi pun menetapkan harus mendirikan pasar. Pasar yang khusus penjualnya dan penguasanya ialah orang Islam dan harganya jauh lebih murah dari pasar Yahudi. Lama-lama pasar Islam sanggup mengalahkan pasar Yahudi. Ya memang orang Islam harus mempunyai kekuatan terutama di sektor strategis menyerupai ekonomi dan politik.
Di bidang politik, Nabi pun mulai menyusun kekuatan dengan melatih prajurit perang sebab Nabi berfikir bahwa suatu ketika goresan niscaya terjadi. Nabi melalui Islam selalu menyerukan semoga orang kafir tidak menyembah berhala dan hanya menyembah Alloh serta tidak melaksanakan kecurangan dalam hidup baik itu menyerupai mengurangi timbangan ataupun bermegah-megahan sebab hal itu membuat masyarakatnya lambat laun akan rusak dan akan melahirkan generasi yang lemah, nah orang yang merasa kepentingannya bergesekan menyerupai darah biru yang kekayaannya dari membuat patung berhala, pedagang yang suka curang dan juga darah biru yang kedudykannya terancam tentu tidak senang dengan aliran yang dibawa Muhammad sebab akan merugikan dirinya inilah yang memerangi Islam dan menjatuhkan orang Islam dengan segala cara, baik itu dengan cara trik halus atau dengan senjata secara langsung.

Inilah yang membuat Nabi berfikir Islam harus sanggup mempunyai prajurit yang tangguh untuk melindungi orang Islam dari serangan orang kafir yang tidak mau mendapatkan kebenaran. Nah, tuh kan teman, orang Islam itu harus kuat disegala bidang. Di bidang keimanan harus kuat tak gampang goyah, dibidang ekonomi juga harus kuat dan menguasai apalagi di bidang politik dan keamanan juga harus tangguh semoga tak gampang di pecah belah dan diinjak oleh orang yang gak suka kebenaran Islam.
Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 628M sekitar 1400 Myslim menuju Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji. Namun kafir Quraisy menghadangnya diluar Mekkah sebab mereka bergotong-royong mulai takut akan kekuatan Islam. Hampir saja ketika itu terjadi peperangan kembali. Namun akibatnya Nabi Muhammad mengajak kafir Quraisy berunding dan meyakinkan bahwa kedatangan mereka benar-benar untuk ibadah Haji.
 Akhirnya Kafir Quraisy yang diwakili Suhail bin ‘Amru oke untuk berunding. Disebuah tempat anatara Makkah dan Madinah yaitu Hudaibiyah terjadilah negosiasi yang populer dengan negosiasi Hudaibiyah yang berisi :
"Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara Muhammad (SAW) dan Suhail bin 'Amru, perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan dalam jangka waktu sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad (SAW), diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin mengikuti Quraisy, diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau berpenjaga, jikalau mengikuti Muhammad (SAW) tanpa izin, maka akan dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW) akan kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka sanggup masuk ke Mekkah, untuk melaksanakan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu, penduduk Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak bersenjata ketika memasuki Mekkah"

PERANG BADAR
Orang kafir Mekkah tak pernah begitu saja melepaskan Muhammad dan pengikutnya walau sudah hijrah ke Madinah, mereka takut jikalau suatu hari kelak Muhammad semakin kuat dan ganti menyerbu Mekkah. Oleh sebab itu mereka tetap melaksanakan penghasutan terutama pada Yahudi Madinah semoga terus mengganggu Muhammad dan tak membiarkannya menjadi besar. Peperangan kecil pun sering terjadi antara kaum Muslimin dan kaum kafir Quraisy, Perjanjian Hudaibiyah banyak isinya yang dilanggar sepihak oleh kafir Quraisy. Akhirnya meletuslah peperangan yang sesungguhnya yang jauh lebih besar dari perang-perang kecil sebelumnya inilah kemudian yang populer dengan nama Perang Badar.
Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke dua Hijriah. Perlu diketahui bahwa semenjak pertama kali Nabi Muhammad tiba ke Madinah ketika hijrah ditetapkan sebagai tanggal satu Hijriah dan menjadi penanggalan khusus untuk Islam hingga sekarang. Perang Badar terjadi di tempat Badr, Hijaz sebelah barat semenanjung Arab. Badr ialah tempat yang banyak terdapat sumur sumber mata air yang biasa dipakai musafir untuk rehat dan meminum airnya menghilangkan dahaga selepas perjalanan jauh mengarungi gurun pasir.
Perang Badar terjadi sebab umat Islam sudah sangat sering didzalimi oleh orang kafir Quraisy. Walaupun perjanjian telah disepakati tetapi orang kafir Quraisy terus saja melanggarnya duluan. Awalnya umat Islam berusaha sabar namun para kafir itu terus-menerus menginjak-injak martabat umat Islam sehingga tak ada jalan lain kecuali perang untuk membela martabat umat Islam. Sewaktu kaum Muhajirin berhijrah ke Madinah dan meninggalkan hartanya menyerupai rumah, ternak dan perkebunan di Mekah ternyata harta mereka dijual oleh para kafir Quraisy.

Tentu saja hal ini membuat orang Islam berang. Sewaktu muslim Madinah tahu bahwa pimpinan kafir Quraisy yang berjulukan Abu Sufyan dan para pengikutnya akan berdagang dan akan melewati tempat Badar, Nabi Muhammad menyusun planning untuk mencegat Abu Sufyan disana. Mengapa hal itu akan dilakukan sebab perjalanan dagang Abu Sufyan itu dibiayai oleh harta Muhajirin yang ditinggal di Mekkah dan secara sepihak di jual dan di hak-i oleh kafir Quraisy, sehingga sudah sepatutnya jikalau harta yang seharusnya milik Muhajirin itu di minta kembali.
Kemudian Nabi mulai menyusun kekuatan, Nabi mengerahkan sekitar tuga ratusan bala tentara perang dari Anshar dan Muhajirin untuk diberangkatkan ke Badar dan harus hingga duluan sebelum Abu Sufyan hingga disana. Sesampainya di Badar, Nabi menginstruksikan untuk menguasai satu sumur Badar dan menimbun sumur yang lain semoga para kafir tak sanggup mengambil air minum. Abu Sufyan yang sudah dalam perjalanan menuju Badar mendengar hal itu dan memerintahkan seorang utusan untk ke Mekkah dan mengirim pasukan sumbangan berjumlah seribu orang. Secara kasat mata kekuatan Muslim hanya sepertiga dari kekuatan kafir, namun Muslim sudah mempunyai seni administrasi jitu yaitu menguasai sumur Badar.
Pada 17 Ramadhan, kedua pasukan bertemu, peperangan itu dimulai dengan duel satu lawan satu dari pihak Muslim dan dari pihak kafir. Kemudian Nabi menyeru pada pasukannya semoga mempertahankan serangan jarak jauh saja untuk meminimalisir korban. Akan tetapi peperangan terlanjur berkobar sehingga harus benar-benar bertemu musuh dari jarak dekat.

Nabi Muhammad menjadi pemimpin terdepan di peperangan ini. Sembari berperang ia memohon pada Alloh semoga memenangkan umat Islam di peperangan ini jikalau tidak maka tamatlah riwayat Islam dari muka bumi. Alloh ialah sebaik-baik penjaga, DIA akan menjaga agama yang Haq yaitu Islam dari makar orang-orang kafir. Alloh pun menurunkan beribu tentara malaikat yang bertanda khusus untuk membantu Nabi Muhammad dan kaum Muslimin.

Dalam Al-Quran dijelaskan melalui surat Al-Imran ayat 123 :
“Dan sesungguhnya Allah telah menolong kau mencapai kemenangan dalam peperangan Badar, sedang kau berkeadaan lemah (kerana kau sedikit bilangannya dan kekurangan alat perang). Oleh itu bertaqwalah kau kepada Allah, supaya kau bersyukur (akan kemenangan itu). (Ingatlah wahai Muhammad) ketika engkau berkata kepada orang-orang yang beriman (untuk menguatkan semangat mereka): "Tidakkah cukup bagi kamu, bahawa Allah membantu kau dengan tiga ribu tentera dari malaikat yang diturunkan?," Bahkan (mencukupi. Dalam pada itu) jikalau kau bersabar dan bertaqwa, dan mereka (musuh) tiba menyerang kau dengan serta-merta, nescaya Allah membantu kau dengan lima ribu malaikat yang bertanda masing-masing.”

Perang berlangsung selama kurang lebih setengah hari, dan akibatnya pihak Muslim menang dari kafir Quraisy walaupun kekuatan kafir 3 kali kekuatan Muslim. Nabi beserta umat Islam pun kembali ke Madinah dengan membawa rampasan perang yang banyak yang memang secara peraturan sudah menjadi hak yang menang.
Perang Badar ialah perang yang sangat penting bagi Islam sebab lewat perang inilah status Quo kekuatan kafir Quraisy Mekkah yang populer kuat di semenanjung Arab akibatnya terpatahkan.

Perang ini juga membuktikan bahwa Muhammad sebagai Rasul dan Pemimpin Masyarakat Islam yang ketika itu berpusat di Madinah tidak sanggup dipandang sebelah mata dan merupakan kekuatan gres di semenanjung Arab. Begitulah Alloh memenangkan orang-orang Islam.
Perang Uhud

Setelah kekalahan telak kafir Quraisy di perang Badar, mereka sangat membenci Nabi dan berusaha menyusun kekuatan untuk membalas dendam pada Nabi dan pengikutnya. Bagaimana tidak para kafir Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipat dan peralatan lebih canggih sanggup kalah dan berbagai tokoh kafir Quraisy yang gugur dalam perang Badar.
Akhirnya pada bulan syawal tahun ketiga hijriyah kafir Makkah berencana menyerang Madinah, mendengar ini, Nabi dan sahabat menyusun seni administrasi dan berencana menghadang mereka di luar Madinah yaitu di Gunung Uhud yaitu sebuah gunung yang tingginya 128m di sebelah utara Madinah kurang lebih 5,5 km dari Masjid Nabawi.
Tibalah pasukan Muslim duluan di Uhud sebelum pasukan kafir datang, Nabi memerintahkan prajurit andal panah keatas gunung Uhud semoga sanggup menguasai medan. Saat dua pasukan berhadapan mulailah pertempuran dan Nabi memerintahkan prajurit panah menghhujani anak panah ke arah musuh dan musuh pun kocar-kacir dan mundur. Melihat musuh mundur prajurit panah turun gunung mengambil harta rampasan perang padahal Nabi belum memerintahkan untuk turun. Akhirnya kafir Quraisy mengetahui jikalau atas bukit lemah pertahanannya, mereka naik keatas bukit dan ganti menghujani pasukan muslim yang sibuk mengumpulkan rampasan perang di bawah.
Dari situlah akibatnya pasukan muslim mengalami kekalahan. Banyak sahabat yang gugur. Nabi pun mengalami luka yang sangat serius. Umat Muslim kalah dalam perang Uhud sebab tidak mematuhi perintah Rasul dan lebih silau harta rampasan perang. Ini benar-benar menjadi pelajaran berharga buat Umat Islam di kemudian hari.
Perang Al-Ahzab atau Perang Khandak

Walau kaum Muslim sudah kalah di perang Uhud namun kaum kafir tidak puas begitu saja, mereka tetap ingin menghabisi pengikut Muhammad. Mereka melaksanakan penghasutan kaum Yahudi Madinah semoga terus melaksanakan perlawanan pada umat Muslim. Mereka bersekutu menyusun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Muhammad.
Pada tanggal 7 Syawal tahun 5 Hijriyah, kaum kafir Quraisy dan kaum Yahudi Madinah bersatu mengepung Madinah. Mereka semua berjumlah 10 ribu orang lebih sedangkan kekuatan umat Islam ketika itu hanya 3000 orang saja.
Makara rencananya umat Muslim akan diserang dari dua arah yaitu dari muka oleh kafir Quraisy dan dari belakang oleh Yahudi Madinah. Umat Muslim pun berkumpul dan berunding, seni administrasi apa yang akan dipakai untuk menghadang musuh. Akhirnya seorang sahabat yang berjulukan Salman Al Farisi memberi undangan untuk sesegera mungkin menggali parit mengelilingi Madinah semoga musuh galau untuk mencapai Madinah tak ada jalan.
Dengan kekuatan keyakinan dan semangat jihad yang membara, umat Muslim dan Nabi bersama membangun parit itu. Nabi Muhammad berdoa pada Alloh SWT “Ya Allah, yang menurunkan kitab dan cepat membuat perhitungan! Kalahkanlah kaum Ahzab dan goncangkanlah pendirian mereka.” Akhirnya pertolongan Alooh pun datang, sebelum sempat terjadi pertempuran sengit tiba-tiba terdapat angin puting-beliung pasir yang mengocar-kacirkan pertahanan musuh. Dan akibatnya musuh pun mundur berkat pertolongan Alloh terhadap Muslim Madinah.
Kota Madinah dan Nabi beserta pengikutnya akibatnya terselamatkan. Dalam Al-Quran situasi ini digambarkan dalam surat Al-Ahzab ayat 9-11 sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepada kalian ketika tiba kepada kalian pasukan, kemudian Kami mengirimkan kepada mereka angin taufan dan pasukan yang tidak sanggup kau lihat.”

Perang Mu’tah

Pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun 8 Hijriyah terjadilah pertempuran yang sangat sengit antara pasukan Islam dengan pasukan terkuat di muka bumi ini yaitu pasukan Bangsa Rum. Pasukan Islam yang hanya berkekuatan 3000 orang dipaksa melawan pasukan Romawi atau Bangsa Rum yang berkekuatan 200.000 orang. Perang ini disebut Perang Mu’tah sebab terjadi di tempat Mu’tah yang kini menjadi wilayah kekuasaan Yordania.
Perang ini terjadi dikarenakan kesombongan Raja Heraklius Sang Penguasa Romawi ketika itu. Ketika Rosullullah mengutus seorang utusan, utusan tersebut malah dipenggal kepalanya. Tak hingga disitu usaha Nabi Muhammad untuk memberikan dakwahnya pada Raja Heraclius, ia kemudian mengirim 15 orang utusan hening sekaligus tetapi hal yang sama juga terjadi yaitu ke lima belas orang utusan tersebut juga dibunuh. Padahal berdasarkan peraturan diplomatik ketika itu dihentikan utusan suatu negara dibunuh, itu sama saja menghina negara yang mengutusnya dan mengajak perang.
Akhirnya untuk membela kedaulatan negara dan membela harga diri Islam Rosulullah pun menetapkan untuk mengirim pasukan terbesarnya yang hanya 3000 orang, suatu pasukan terbesar yang dimiliki Madinah ketika itu setelah perang Al-Ahzab. Nabi Muhammad bergotong-royong sadar bahwa Romawi ialah negara adikuasa yang sangat kuat dan sulit untuk ditaklukkan, namun hal itu harus dilakukan sebab lambat laun suatu ketika sanggup saja Pasukan Romawi yang menyerang Madinah.
Menghadapi kekuatan musuh yang begitu besar, Rosul Muhammad pun eksklusif menunjuk tiga panglima perang sekaligus. Itulah pertama kalinya Nabi Muhammad menunjuk tiga panglima perang sekaligus sebab kekuatan Romawi yang begitu besarnya.

Berikut ini ialah sabda ia :
“Pasukan ini dipimpin oleh Zaid bin Haritsah, bila ia gugur komando dipegang oleh Ja’far bin Abu Thalib, bila gugur pula panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah.”
Benarlah asumsi Nabi Muhammad, ketika peperangan berkecamuk satu per satu panglima perang Muslim gugur.

Saat sudah tak ada lagi pemimpin perang, para prajurit Muslim berunding untuk menentukan penggantinya. Akhirnya dipilihlah Khalid bin Walid, seorang mantan panglima perang kafir Quraisy yang gres masuk Islam. Awalnya ketika masuk dijajaran prajurit Islam, Khalid bin Walid hanya seorang prajurit biasa walau sebelumnya ia ialah seorang panglima perang di kafir Quraisy.

Saat ia belum masuk Islam dan ketika memimpin perang di pasukan kafir Quraisy, Khalid bin Walid populer akan seni administrasi jitunya sehingga ketika tiga panglima perang Islam syahid di medan Mu’tah, ialah yang paling cocok menggantikan sebagai pemimpin. Sebenarnya Nabi pun sudah memprediksi akan hal ini. Nabi meletakkan Khalid bin Walid awalnya sebagai prajurit biasa hanya ingin menguji apakah ia masuk Islam sebab Alloh atau sebab jabatan. Dan ternyata Khalid bin Walid lulus dengan ujian itu.
Khalid segera menyusun strategi. Ia sadar untuk menghadapi pasukan Romawi yang begitu kuat ia harus mempunyai tak-tik jitu. Akhirnya sisa pasukan Islam yang hanya sedikit ia bagi menjadi beberapa kelompok dan tiap kelompok harus selalu berganti posisi. Sayap kiri harus berganti ke sayap kanan, belahan depan harus segera berganti ke belahan belakang semoga musuh menerka pasukan Islam menerima bala sumbangan lagi dan lebih banyak. Kemudian Khalid juga menyerukan semoga pasukan berkuda membawa pelepah yang disapukan ke tanah semoga debu berterbangan sehingga dikira musuh jumlah mereka banyak.
Melihat pasukan Islam menyerupai bertambah banyak, musuh pun mulai ciut hatinya. Sebenarnya musuh mengakui semangat pasukan Islam walau jumlahnya sedikit, mebuat musuh kualahan juga. Akhirnya musuh pun mundur. Pasukan Romawi mundur dari peperangan dan pasukan Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit dan peralatannya juga masih jauh kalah canggih memenangkan pertarungan Mu’tah ini dengan seni administrasi cerdik dan tentu saja pertolongan Alloh.
Pertempuran Mu’tah ini menjadi awal dari pertempuran antara Arab dan Romawi yang kemudian Romawi akibatnya jatuh ke pemerintahan Islam melalui Muhammad Al-Fatih II seorang cowok sekaligus Raja Islam yang sangat khusyu’ dalam beribadah dan sangat cerdas serta amanah dalam memimpin.

Masih banyak peperangan lain yang harus dihadapi Nabi dan orang Muslim ketika itu guna menegakkan aturan Alloh SWT, namun tidak penulis lakukan sebab space nya terbatas.


Eksistensi Nabi Muhammad dan pemerintahan Islam Madinah semakin kuat dan juga di mata dunia Madinah mulai diperhitungkan sebagai kekuatan baru. Hal ini membuat para Quraisy Mekkah semakin ciut nyali. Namun begitu mereka tetap saja membuat gara-gara namun tidak eksklusif menyerang Madinah akan tetapi menyerang sekutu Madinah yang kecil-kecil. Seperti yang terjadi pada Bani Khaza’ah yang merupakan sekutu Islam/Madinah. Kafir Quraisy Mekkah melalui sekutu kafirnya Bani Bakr menyerang Bani Khaza’ah dan menewaskan 20 orang dari Bani Khaza’ah.
Mendengar laporan dari utusan Bani Khaza’ah, Nabi Muhammad pun geram sebab hal itu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian yang telah disepakati antara pihak Islam/Madinah dengan pihak kafir Quraisy Mekkah yaitu perjanjian Hudaibiyah yang salah satu isinya ialah selama sepuluh tahun dihentikan saling menyerang. Hal ini berarti pihak kafir Quraisy yang memulai minta perang duluan.
Akhirnya Rasululloh pun mengkonsolidasi pasukannya yang ketika itu sudah mencapai 10.000 orang berangkat menuju Mekkah. Ditengah perjalanan banyak yang bergabung bersama pasukan Islam menyerupai Abbas bin Abdul Muthalib, Abu Sufyann bin Haris bin Abdul Muthalib dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mughirah, tentu saja pemuka Quraisy tersebut bergabung juga dengan membawa pasukan masing-masing. Dengan begitu kekuatan pasukan Islam pun semakin banyak dan kuat.
Ditengah perjalanan mereka istirahat dan berkemah di Marr Al-Zhahran, sebuah tempat erat dengan kota Makkah. Mereka membuat api unggun yang besar disana sehingga terlihat oleh masyarakat Makkah mengakibatkan rasa takut dan was-was. Akhirnya keesokan harinya mereka tiba di Makkah. Pasukan dibagi menjadi empat bagian. Pertama dipimpin oleh Zubair bin Al-Awwam yang memasuki Mekkah dari Utara. Kedua dipimpin oleh Khalid bin Walid yang memasuki Mekkah dari Selatan. Ketiga dipimpin oleh Sa’d bin Ubadah dan puteranya Qais bin Sa’d yang masuk dari Barat. Yang ke empat dipimpin oleh Abu Ubaidahbin Al-Jarrah yang bersama Nabi Muhammad melalui barat laut.
Dalam memasuki Makkah dari segala penjuru itu, Nabi berpesan semoga jangan hingga menumpahkan darah kecuali terpaksa. Akhirnya seluruh kaum Muslimin berhasil masuk ke kota Mekkah tanpa ada pertumpahan darah kecuali yang dipimpin oleh Khalid bin Walid yang diserang oleh sekelompok Quraisy yang menjadikan dua orang syahid dari pihak Muslim.
Mereka semua kemudian memasuki Ka’bah dan membersihkan Ka’bah dari segala berhala. Lalu Nabi Muhammad SAW memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan Adzan dan mereka semua shalat berjamaah. Setelah itu Rosulullah berseru pada seluruh penduduk Makkah yang dahulu pernah menyiksa dan merampas hak kaum Muslimin serta mengusirnya dari kampung halaman.

Rosul pun berseru sebagai berikut :
“Menurut dugaan kalian, apa yang akan saya lakukan terhadap kalian?
“Kami berharap yang baik-baik wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia.” Jawab penduduk Mekkah
“Tidak ada eksekusi sama sekali atas kalian. Hari ini Allah telah mengampuni kalian.”
Begitulah susila Rosulullah yang akibatnya membuat penduduk Makkah berbondong-bondong masuk Islam. Peristiwa ini populer dengan nama Fathul Makkah atau penaklukan kota Makkah. Peristiwa ini terjadi pada tahun 8 Hijriyah tanggal 20 Ramadhan.
Istri-Istri Nabi Muhammad SAW.

Menurut sejarah Nabi Muhammad mempunyai lebih dari satu Istri, ada riwayat yang menyampaikan sembilan namun ada juga yang menyatakan lebih. Namun selama bersama Khadijah Nabi tidak pernah melaksanakan poligami. Saat Khadijah wafat dan ketika beban dakwah begitu berat, para sahabat menyarankan semoga Nabi menikah lagi supaya ada yang mengurus ia dan anak-anaknya ketika di rumah.
Perlu digaris bawahi Nabi mempunyai banyak istri bukan sebab harapan Nabi untuk poligami tapi sebagian besar dilakukan justru untuk berdakwah membuatkan Islam dan uuntuk melindungi janda-janda perang yang suaminya syahid. Semua istri Nabi ialah janda kecuali Aisyah yang dinikahi Nabi masih gadis.
Seperti alasan Nabi menikahi Juayriya Bint Al-Harith ialah untuk membuatkan Islam. Juayriya Bint Al-Harith ialah seorang janda tawanan dalam perang Al-Mustalaq yang merupakan tokoh terpandang alias darah biru dari Bani Al Mustalaq yang mempunyai massa dan pengaruh. Jika Nabi memerdekakannya dan menikahinya maka kemungkinan besar massa dari Juayriya Bint Al-Harith juga akan masuk Islam dan itu akan mengokohkan kedudukan pemerintahan Islam di Madinah dan di Jazirah Arab. Makara alasan Nabi menikah ialah untuk Islam bukan untuk memuaskan “nafsu birahi” menyerupai yang dituduhkan musuh-musuh Islam.
Setelah Juayriya Bint Al-Harith dibebaskan, Nabi memberi pilihan apakah Juayriya Bint Al-Harith ingin kembali pada keluarganya atau masuk Islam. Setelah menentukan masuk Islam Nabi pun mengajukan lamaran yang sebelumnya tak disangka oleh Juayriya Bint Al-Harith, hal inilah yang membuat Bani Al-Mustalaq merasa terhormat dan akibatnya mereka semua masuk Islam.
Saat Nabi menikahi Aisyah anak Abu Bakar yang ketika itu gres berusia 9 tahun juga untuk menjaga martabat sahabatnya, Abu Bakar yang selalu menolongnya dalam memperjuangkan Islam. Ketika itu, di Mekkah ketika Islam belum kuat, kaum kafir gemar sekali melecehkan perempuan. Aisyah yang ketika itu menginjak remaja dan menjadi gadis yang sangat mempesona dengan kecantikan dan kecerdasannya dikhawatirkan akan menjadi korban para kafir Quraisy sedangkan Abu Bakar sudah berusia lanjut, sehingga turunlah perintah Alloh pada Nabi untuk menikahi Aisyah.
Ketika Nabi menikahi Aisyah, ketika itu Aisyah masih berusia 9 tahun dan sedang bermain boneka layaknya anak seusianya. Dan jangan berfikir jikalau setelah menikah kemudian Nabi akan menuanikan “haknya” layaknya pengantin laki-laki pada istrinya. Menurut riwayat, Aisyah tetap tinggal bersama ibunya hingga ia cukup umur. Nabi Muhammad SAW dan Aisyah tinggal bersama ketika Aisyah kurang lebih berumur 19 tahun. Tujuan Nabi menikahinya ialah untuk menjaga anak sahabatnya dari para kafir jahanam semoga tidak ada berani yang melecehkan anak sahabatnya itu.

Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi pun bermain dengan Aisyah menyerupai bermain dengan bawah umur ketika Aisyah belum cukup umur. Tak ada satupun hadist yang meriwayatkan perihal hubungan suami-istri yang dilakukan Nabi dan Aisyah ketika Aisyah masih belia. Nabi sangat menghormati anak sahabatnya itu begitupun Aisyah juga sangat menghormati Nabi Muhammad.
Banyak lagi latar belakang mengapa Nabi Muhammad berpoligami yang ujung-ujungnya ialah untuk membuatkan Islam, melindungi janda yang suaminya menjadi syahid dan untuk menjaga kedaulatan pemerintahan Islam di Madinah yang ketika itu memang sangat rentan sekali diadu domba kafir Quraisy dan Yahudi yang benci dengan Islam. Makara pada dasarnya Nabi mempunyai istri banyak bukan sebab syahwat pribadi namun ujung-ujungnya ialah untuk Islam.

Pada waktu itu masyarakatnya masih sangat liar sekali sehingga jikalau seorang perempuan tak punya pelindung menyerupai suami atau ayah yang mempunyai kuasa maka akan menjadi target empuk untuk diperlakukan zalim. Tentu saja Nabi tak ingin itu terjadi pada perempuan muslimah yang sudah rela mengizinkan suaminya jihad hingga syahid itu diperlakukan keji oleh para kafir. Dan jalan terbaik ialah menikahinya jikalau memang sang janda tersebut sudah tak mempunyai wali yang kuat alias ayah atau saudara laki-laki yang kuat. Jika hanya melindunginya saja tanpa menikahinya maka akan dikhawatirkan timbul fitnah yang diada-adakan oleh pihak musuh.
Sangat jahat dan keji sekali orang yang menuduh Nabi Muhammad melaksanakan poligami sebab syahwat. Jangan dibandingkan laki-laki zaman sekarang, punya harta lebih sedikit saja pinginnya nikah lagi, kalau ditanya alasannya melaksanakan sunnah Rosul tapi bergotong-royong agamanya nol, gak pernah sholat, gak sanggup ngaji, ujung-ujungnya malah rumah tangganya awut-awutan (Naudzubillah), bener-bener laki-laki zaman kini (yang menyerupai itu) tak tau diri. Mungkin gak pernah tahu Biografi Nabi Muhammad secara benar dan utuh.
Berikut ini ialah nama istri-istri Nabi Muhammad SAW :
1.       Khadijah binti Khuwailid
2.       Saudah binti Zam'ah
3.       Aisyah binti Abu Bakar
4.       Hafshah binti Umar bin al-Khattab
5.       Hindun binti Abi Umayyah (Ummu Salamah)
6.       Ramlah binti Abu Sufyan (Ummu Habibah)
7.       Juwayriyah (Barrah) binti Harits
8.       Shafiyah binti Huyay
9.       Zaynab binti Jahsy
10.   Zaynab binti Khuzaymah
11.   Maymunah binti al-Harits
12.   Maria binti Syama’un atau Maria Al-Qabtiyya
Para istri Nabi Muhammad ini diberi julukan Ummu Al-Mukminin atau Ibu para Mukmin dan sepeninggal Rosulullah tidak diperkenankan menikah lagi dengan orang lain.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW

PAGI itu, Rasulullah dengan bunyi terbata-bata memperlihatkan petuah: “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan Cinta Kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah hanya kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur’an. Barang siapa yang mengasihi Sunnahku berarti mengasihi aku, dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan gotong royong masuk nirwana bersama aku,".
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca. Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Ustman menghela nafas panjang dan Ali menundukan kepalanya dalam-dalam.
Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung ketika turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana tampaknya tengah menahan detik-detik berlalu.
Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi ganjal tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum… .Bolehkah saya masuk ?” tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan tubuh dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah.
“Siapakah itu, wahai anakku?”
“Tak tahulah saya ayah, tampaknya gres sekali ini saya melihatnya,” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu belahan wajahnya seolah hendak dikenang.
“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. dialah Malaikat Maut,” kata Rasulullah. Fatimah pun menahan tangisnya.
Malaikat Maut tiba menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit untuk menyambut ruh kekasih Allah dan Penghulu dunia ini. (sepertinya Malaikat Jibril Tidak Sanggup melihat Rasulullah dicabut nyawanya)
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?”  Tanya Rasulullah dengan bunyi yang amat lemah.
“Pintu-pintu langit telah dibuka, para malaikat telah menanti Ruhmu, semua pintu Surga terbuka lebar menanti kedatanganmu” kata Jibril. Tapi itu semua ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini, Ya Rasulullah?” tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasulullah, saya pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan nirwana bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya’,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melaksanakan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini,” ujar Rasulullah mengaduh lirih.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah engkau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direngut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik sebab sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
“Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu”
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
“Ummatii. ummatii. ummatii.”
“Wahai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam jannah-Ku.”
‘Aisyah ra berkata: ”Maka jatuhlah tangan Rasulullah, dan kepala ia menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh saya telah tahu bahwa ia telah wafat.”
Dia berkata: ”Aku tidak tahu apa yg harus saya lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:
”Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.”
Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid, sebab beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan menyerupai anak kecil menggerakkan tangannya ke kiri dan ke kanan.
Adapun Umar bin Khathab berkata: ”Jika ada seseorang yang menyampaikan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, ia hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya.”
Adapun orang yg paling tegar ialah Abu Bakar, dia masuk kepada Rasulullah, memeluk ia dan berkata: ”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.”
Kemudian dia mencium Rasulullah dan berkata: ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah Abu Bakar ra menemui orang-orang dan berkata: ”Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad kini telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.”
‘Aisyah berkata: “Maka akupun keluar dan menangis, saya mencari tempat untuk menyendiri dan saya menangis sendiri.”
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah insan yang paling mulia, insan yang paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H sempurna pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi tercinta Rasulullah. Kemudian mayit Yang Mulia Rosul dimakamkan di erat masjid Nabawi di Madinah.


Itulah sobat Biografi Nabi Muhammad SAW. Seorang insan mulia yang berjuang dengan segenap jiwa dan raganya memperbaiki masyarakat yang rusak parah menjadi masyarakat madani yaitu masyarakat yang hidup dengan aturan-aturan Alloh SWT.

Tak ada insan sebelum dan sesudahnya yang sanggup sukses mengemban misi ini, menjadi kepala rumah tangga yang adil dan menyayangi keluarganya, menjadi pemuka agama, menjadi pemimpin umat, menjadi kepala negara, pengusaha sukses dan banyak lagi prestasi Nabi Muhammad yang sanggup menjadi panutan bagi kita semua. Dunia – alam abadi sanggup ia taklukkan dengan berpedoman Al-Quran.

Orang diluar Islam pun banyak yang mengakui kesuksesan Nabi Muhammad bahkan seorang penulis Yahudi, Michael H Hart dalam bukunya yang termasyur yaitu “100 Tokoh Dunia Yang Paling Berpengaruh” menempatkan Nabi Muhammad SAW diurutan pertama.

Semoga kita juga sanggup meneladani beliau, Shalawat serta Salam selalu tercurah untuk ia dan keluarganya. Amin.

Related : Proses Kenabian Putro Simbok Siti Aminah

0 Komentar untuk "Proses Kenabian Putro Simbok Siti Aminah"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)