Sastra Pesisir Jawa Timur Dan Suluk-Suluk Sunan Bonang


Jawa Timur yaitu propinsi tempat kediaman asal dua suku bangsa besar, yaitu Jawa dan Madura, dengan tiga subetnik yang memisahkan diri dari rumpun besarnya menyerupai Tengger di Probolinggo, Osing di Banyuwangi dan Samin diNgawi. Dalam sejarahnya kedua suku bangsa tersebut telah labih sepuluh era menyebarkan tradisi tulis dalam berkomunikasi dan mengungkapkan pengalaman estetik mereka. Kendati kemudian, yaitu pada tamat era ke-18 M, masing-masing memakai bahasa yang jauh berbeda dalam penulisan kitab dan karya sastra – Jawa dan Madura akan tetapi kesusastraan mereka mempunyai akar dan sumber yang sama, serta berkembang mengikuti babakan sejarah yang sejajar. Pada zaman Hindu kesusastraan mereka satu, yaitu sastra Jawa Kuno yang ditulis dalam bahasa Kawi dan huruf Jawa Kuno. Setelah agama Islam tersebar pada era ke-16 M bahasa Jawa Madya menggeser bahasa Jawa Kuno. Pada periode ini dua huruf dipakai
secara bersamaan, yaitu huruf Jawa yang didasarkan goresan pena Kawi dan huruf Arab Pegon yang didasarkan huruf ArabMelayu (Jawi).


Pigeaud (1967:4-7) membagi perkembangan sastra Jawa secara keseluruhan ke dalam empat babakan: (1) Zaman Hindu verlangsung pada era ke-9 – 15 M. Puncak perkembangan sastra pada periode ini berlangsung pada zaman kerajaan Kediri (abad ke-11 dan 12 M, dilanjutkan dengan zaman kerajaan Singosari (1222-1292 M) dan Majapahit (1292-1478 M); (2) Zaman Jawa-Bali pad era ke-16 – ke-19 M. Setelah Majapahit diruntuhkan kerajaan Demak pada
tamat era ke-15 M, ribuan pengikut dan kerabat raja Majapahit pindah ke Bali. Kegiatan sastra Jawa Kuno dilanjutkan ditempat tinggal mereka yang gres ini; (3) Zaman Pesisir berlangsung pada era ke-15 -19 M. Pada zaman ini kegiatan  sastra berpindah ke kota-kota pesisir yang merupakan sentra perdagangan dan penyebaran agama Islam; (4) Zaman Surakarta dan Yogyakarta berlangsung pada era ke-18 – 20 M. Pada tamat era ke-18 M di Surakarta, terjadi renaisan sastra Jawa Kuno dipelopori oleh Yasadipura I. Pada masa itu karya-karya Jawa Kuno digubah kembali dalam bahasa
Jawa Baru. Lebih kurang tiga dasawarsa kemudian, karya Pesisir juga mulai banyak yang disadur atau dicipta ulang dalam bahasa Jawa Baru di kraton Surakarta.


Khazanah Sastra Jawa Timur.
Khazanah sastra zaman Hindudan Islam Pesisir dan dua zaman yang relevan bagi pembicaraan kita — sama melimpahnya. Keduanya telah memainkan tugas penting masing-masing dalam kehidupan dalam masyarakat Jawa dan Madura. Pengaruhnya juga tersebar luas tidak terbatas di Jawa, Bali dan Madura. Karya-karya Pesisir ini juga mensugesti perkembangan sastra di Banten, Palembang, Banjarmasin, Pasundan dan Lombok (Pigeaud 1967:4-8).


Di antara karya Jawa Timur yang paling luas wilayah penyebarannya ialah siklus Cerita Panji. Versi-versinya yang paling awal diperkirakan ditulis menjelang runtuhnya kerajaan Majapahit pada tamat era ke-15 M (Purbatjaraka, 1958). Cerita mengambil latar belakang di lingkungan kerajaan Daha dan Kediri. Versi roman ini, dalam bahasa-bahasa Jawa, Sunda,Bali, Madura, Melayu, Siam, Khmer dan lain-lain, sangat banyak. Dalam sastra Melayu terdapat versi yang ditulis dalam bentuk syair, yang populer di antaranya ialah Syair Ken Tambuhan dan Hikayat Andaken Penurat. Tetapi bagaimana pun juga yang dipandang sebagai puncak perkembangan sastra Jawa Kuno ialah kakawin menyerupai Arjuna Wiwaha (Mpu Kanwa), Hariwangsa (Mpu Sedah), Bharatayudha (Mpu Sedah dan Mpu Panuluh), Gatotkacasraya (Mpu Panuluh), Smaradahana (Mpu Dharmaja), Sumanasantaka (Mpu Monaguna), Kresnayana (Mpu Triguna), Arjunawijaya (Mpu Tantular), Lubdhaka (Mpu Tanakung); atau karya-karya yang ditulis lebih lalu menyerupai Negarakertagama (Mpu Prapanca), Kunjarakarna, Pararaton, Kidung Ranggalawe, Kidung Sorandaka, Sastra Parwa (serial kisah-kisah dari Mahabharata) dan lain-lain (Zoetmulder 1983: 80-478). Apabila sumber sastra Jawa Kuno
terutama sekali ialah sastra Sanskerta, menyerupai diperlihatkan oleh puitika dan bahasanya yang dipenuhi kosa kata Sanskerta; sumber sastra Pesisir ialah sastra Arab, Parsi dan Melayu. Bahasa pun mulai banyak meminjam kosa kata Arab dan Parsi, terutama yang bekerjasama dengan konsep-konsep keagamaan. Kegiatan sastra Pesisir bermula di kota-kota pelabuhan Gresik, Tuban, Sedayu, Surabaya, Demak dan Jepara. Di kotakota inilah komunitas-komunitas Muslim Jawa yang awal mulai terbentuk. Mereka pada umumnya terdiri dari kelas menengah yang terdidik, khususnya kaum saudagar kaya. Dari kota-kota ini aktivitas sastra Pesisir menyebar ke Cirebon dan Banten di Jawa Barat, dan ke Sumenep dan Bangkalan di pulau Madura. Pengaruh sastra Pesisir ternyata
tidak hanya terbatas di pulau Jawa saja. Disebabkan mobilitas para pedagang dan penyebar agama Islam yang tinggi, aktivitas tersebut juga menyebar ke luar Jawa menyerupai Palembang, Lampung, Banjarmasin dan Lombok. Pada era ke-18 dan 19 M, dengan pindahnya sentra kebudayaan Jawa ke kraton Surakarta dan Yogyakarta, aktivitas penulisan sastra Pesisir juga berkembang di daerah-daerah Surakarta dan Yogyakara, serta tempat lain di sekitarnya menyerupai Banyumas, Kedu, Madiun dan Kediri (Pigeaud 1967:6-7) Khazanah sastra Pesisir tidak kalah melimpahnya dibanding khazanah sastra Jawa Kuno. Khazanah tersebut mencakup karya-karya yang ditulis dalam bahasa Jawa Madya, Madura dan Jawa Baru, dan sanggup dikelompokkan berdasarkan jenis dan coraknya sebagaimana pengelompokan dalam sastra Melayu Islam, menyerupai berikut. (1) Kisah-kisah berkenaan dengan Nabi Muhammad s.a.w; (2) Kisah para Nabi, di Jawa disebut Serat Anbiya’. Dari sumber ini muncul kisahkisah lepas menyerupai kisah Nabi Musa, Kisah Yusuf dan Zuleikha, Kisah Nabi Idris, Nuh, Ibrahim, Ismail, Sulaiman, Yunus, Isa dan lain-lain; (3) Kisah Sahabat-sahabat Nabi menyerupai Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib; (4) Kisah Para Wali menyerupai Bayazid al-Bhiztami, Ibrahim Adam dan lain-lain; (5) Hikayat Raja-raja dan Pahlawan Islam, menyerupai Amir Hamzah, Muhammad Hanafiah, Johar Manik, Umar Umayya dan lain-lain. Dalam sastra Jawa, Madura dan Sunda disebut Serat Menak, serial kisah para darah biru Islam; (6) Sastra Kitab, uraian mengenai ilmu-ilmu Islam menyerupai tafsir
al-Qur’an, hadis, ilmu fiqih, usuluddin, tasawuf, tarikh (sejarah), nahu (tatabahasa Arab), sopan santun (sastra Islam) dan lain-lain, dengan memakai gaya bahasa sastra; (7) Karangan-karangan bercorak tasawuf. Dalam bentuk puisi karangan menyerupai itu di Jawa disebut suluk. Tetapi juga tidak jarang dituangkan dalam bentuk kisah perumpamaan atau alegori. 


Dalam bentuk kisah perumpamaan sanggup dimasukkan kisah-kisah didaktis, di antaranya yang mengandung anutan tasawuf; (7) Karya Ketatanegaraan, yang menguraikan duduk masalah politik dan pemerintahan, diselingi aneka macam cerit; (8) Karya bercorak sejarah; (9) Cerita Berbingkai, di dalamnya termasuk fabel atau dongeng binatang; (10) Roman, kisah petualangan bercampur percintaan; (11) Cerita Jenaka dan Pelipur Lara. Misalnya dongeng Abu Nuwas (Ali Ahmad dan Siti
Hajar Che’ Man:1996; Pigeaud I 1967:83-7 ). Yang relevan untuk pembicaraan ini ialah no. 6, karangan-karangan bercorak tasawuf dan roman yang sering digubah menjadi alegori sufi. Karangan-karangan bercorak tasawuf disebut suluk dan lazim ditulis dalam bentuk puisi atau
tembang. Jumlah karya jenis ini cukup melimpah. Contohnya ialah Kitab Musawaratan Wali Sanga, Suluk Wali Sanga,Mustika Rancang, Suluk Malang Sumirang, Suluk Aceh, Suluk Walih, Suluk Daka, Suluk Syamsi Tabris, Suluk Jatirasa,Suluk Johar Mungkin, Suluk Pancadriya, Ontal Enom (Madura), Suluk Jebeng dan lain-lain. Termasuk kisah perumpunaan dan didaktis ialah Sama’un dan Mariya, Masirullah, Wujud Tuinggal, Suksma Winasa, Dewi Malika, Syeh Majenun (Pigeaud I: 84-88). Agak mengejutkan juga lantaran dalam kelompok ini ditemukan kisah didaktis berjudul
Bustan, yang merupakan saduran karya penyair Parsi populer era ke-13 M, Syekh Sa’di al-Syirazi, yang petikan sajak-sajaknya dalam bahasa Persia terdapat pada makam seorang muslimah Pasai, Naina Husamuddin yangwafat pada era ke-14 M.

Related : Sastra Pesisir Jawa Timur Dan Suluk-Suluk Sunan Bonang

0 Komentar untuk "Sastra Pesisir Jawa Timur Dan Suluk-Suluk Sunan Bonang"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)