Sosiologi X Kepingan 1: Fungsi Sosiologi Dalam Mengenali Tanda-Tanda Sosial Di Masyarakat

Istilah sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata socius dan logos (Soerjono Soekanto: 1990).

Socius artinya sahabat atau mitra sanggup juga diartikan sebagai pergaulan hidup insan atau masyarakat dan logos artinya berbicara, mengajar atau ilmu.

Dengan demikian, secara sederhana sosiologi berarti ilmu wacana korelasi antarteman. Secara umum, sosiologi yaitu ilmu wacana masyarakat.

Dalam arti yang lebih luas, sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi insan di dalam masyarakat.

Sosiologi bermaksud untuk mengkaji kejadian-kejadian dalam masyarakat, yaitu komplotan insan yang selanjutnya berusaha untuk mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.

Istilah sosiologi pertama kali digunakan Auguste Comte untuk mempelajari keadaan masyarakat Eropa pada ketika itu.

Sosiologi sebagai ilmu mulai dikenal semenjak periode ke-19 dengan melepaskan diri dari filsafat.

Sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menilik ikatan-ikatan antarmanusia dalam kehidupan.

Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk, tumbuh, dan berubahnya kumpulan-kumpulan insan yang hidup bersama itu, serta kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap komplotan hidup manusia.

Singkatnya, sosiologi merupakan ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari insan sebagai anggota golongan atau masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau masyarakat), serta ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agama, tingkah laku, dan kesenian atau kebudayaan masyarakat tersebut.


Taukah kalian bahwa tokoh yang pertama kali memperlihatkan nama sosiologi yaitu Auguste Comte. Auguste Comte  (nama panjangnya Isidore Marie Auguste François Xavier Comte) lahir pada tanggal 19 januari 1798 di Kota Montpellier di Perancis Selatan (Pickering, 1993: 7).

Berkat jasa-jasanya yang besar dalam meletakkan dasar-dasar ilmu sosiologi, Auguste Comte dianggap sebagai Bapak Sosiologi.

Menurut pemikirannya, sosiologi terdiri atas dua cuilan penting, yaitu social statistic dan social dynamics.

Sebagai social statistic, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari korelasi timbal balik antara lembaga-lembaga sosial.

Sedangkan sebagai social dynamics, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan lembaga-lembaga sosial yang ada di tengah tengah masyarakat.

Comte percaya bahwa pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat akan membawa pada kemajuan kehidupan sosial yang lebih baik. Ini didasari pada gagasannya wacana Teori Tiga Tahap Perkembangan.

Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai tahap-tahap pemikiran insan yaitu:

1. Tahap teologis
Pada tahap teologis ini, insan percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala alam.

Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang mempunyai rasio dan kehendak mirip manusia. Tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk selain insani.

Pada tahap ini masyarakat mempercayai kekuatan Tuhan, Roh, dan Dewa-Dewa

Contoh: Sebagaian masyarakat Indonesia masih percaya denagan kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya kepercayaan masyarakat jawa akan Nyi Roro Kidul dan penunggu Gunung Merapi.

2. Tahap metafisis
Pada tahap ini pengetahuan insan berdasar pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip aneh yang menggantikan kedudukan kuasa-kuasa adikodrati.

Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap transisi dari pemikiran Comte.

Tahapan ini bahu-membahu hanya merupakan varian dari cara berpikir teologis, lantaran di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut dengan alam.

Terjemahan metafisis dari monoteisme itu contohnya terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis sanggup disimpulkan dalam konsep “alam”, sebagai asal mula semua gejala.


Pada tahap metafisik insan mempercayai kekuatan alam tanpa pembuktian Ilmiah Manusia belum berusaha untuk mencari lantaran dan akhir gejala-gejala. Contoh: percaya kepada kerikil besar, pohon, dan lain sebagainya

3. Tahap positif
Tahap positifis yaitu tahap dimana pengetahuan insan berdasar atas fakta-fakta. Pengetahuan positif yaitu pengetahuan tertinggi kebenarannya yang dicapai manusia. Pada tahap ini insan telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.


Tokoh selanjutnya yang akan kita bahas yaitu Herbert Spencer. Spencer lahir pada 27 April 1820 di kota kecil Derbyshire, Midland, Inggris.

Sebagai anak tunggal seorang guru sekolah. Herbert Spencer, mengetengahkan sebuah teori wacana “evolusi sosial”, yang hingga sekarang masih dianut walaupun di sana-sini ada perubahan.

Ia menerapkan secara analog teori Darwin mengenai “teori evolusi” terhadap masyarakat manusia. la yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri.

Soekanto (1990:484-485) mendefinisikan evolusi sebagai serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan dan kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu lama.

Evolusi dalam masyarakat yaitu serentetan perubahan yang  terjadi lantaran usaha-usaha masyarakat tersebut untuk beradaptasi dengan keperluan, keadaan, dan kondisi gres yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.

Perubahan ini tidak harus sejalan dengan rentetan  kejadian di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Soekanto (1990:345-347), teori wacana evolusi sanggup dikategorikan dalam  tiga kategori:

1. Unilinear theories of evolution
Teori ini beropini bahwa manusia  dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan melalui tahapan tertentu, mulai dari bentuk sederhana menuju ke yang lebih kompleks (madya dan modern) dan alhasil menjadi tepat (industrial, sekuler).

Pelopor teori ini antara lain yaitu August Comte dan  Herbert Spencer.

Variasi teori ini yaitu Cyclical theories yang dipelopori oleh Vilfredo Pareto dengan menyampaikan bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan yang merupakan lingkaran yang pada tahap tertentu sanggup dilalui berulang-ulang.

Pendukung teori ini yaitu Pitirim A. Sorokin yang mengemukakan teori dinamika sosial dan kebudayaan.

Menurut Sorokin, masyarakat berkembang melalui tahap kepercayaan, tahap kedua dasarnya yaitu indera manusia, dan tahap terakhir dasarnya yaitu kebenaran.

2. Universal theory of evolution.
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap perkembangan tertentu yang tetap.

Kebudayaan insan telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu.

Spencer mengemukakan prinsip-prinsipnya yaitu antara lain menyampaikan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan sifat maupun  susunannya dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.

3. Multilined theories of evolution.
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat.

Misalnya mengadakan penelitian wacana efek sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian kekeluargaan dalam masyarakat.

Tahap-tahap dalam proses evolusi sosial dengan tipe-tipe masyarakat, dibagi oleh Spencer menjadi tiga cuilan sebagai berikut.

1. Tipe Masyarakat Primitif
Pada masyarakat primitif dikatakan bahwa belum ada diferensiasi dan spesialisasi fungsional. Pembagian kerja masih sedikit.

Hubungan kekuasaan belum terperinci terlihat. Masyarakat dengan tipe ini sangat tergantung kepada lingkungan. Kerja sama sudah terjadi dengan impulsif dan didukung oleh korelasi kekeluargaan.

2. Tipe Masyarakat Militan
Pada masyarakat militan ini, heterogenitas sudah mulai meningkat lantaran bertambahnya jumlah penduduk atau lantaran penaklukan.

Hal yang penting ialah koordinasi tugas-tugas yang dikhususkan, dilakukan dengan paksaan. Cara ini memerlukan sistem-sistem atau bagian-bagian yang sanggup mengatur dirinya sendiri.

Kerja sama yang tidak sukarela ini dijamin keberlangsungannya oleh seorang pemimpin, kemudian oleh negara secara nasional.

Pengendalian oleh negara terbatas pada produksi, distribusi, dan pada bidang-bidang kehidupan.

3. Tipe Masyarakat Industri
Pada masyarakat industri bercirikan suatu tingkat kompleksitas yang sangat tinggi, yang tidak lagi dikendalikan oleh kekuasaan negara.

Sebagai penggantinya masyarakat mengendalikan diri sendiri, mirip hak menentukan diri sendiri, kolaborasi sukarela, dan keseimbangan banyak sekali kepentingan.

Kondisi ini menimbulkan individualisasi yang ditandai dengan berkurangnya campur tangan pemerintah daerah.


Sosiolog besar ini dilahirkan di Epinal suatu perkampungan kecil orang Yahudi di Bagian timur Prancis yang agak terpencil dari masyarakat luas pada tanggal 15 April 1858.

Empat buah buku ditulis Durkheim untuk mengukuhkan dirinya sebagai sosiolog besar, buku pertama ialah disertasi doktornya dari Unversitas Sorbone berjudul One the Division of Social Labor yang diterbitkan tahun 1893, Buku kedua berjudul The Rules of Sociological Method terbit tahun 1895, buku ketiga berjudul Suicide terbit tahun 1897, dan buku keempat berjudul The Elementary forms of Religious life terbit tahun 1912.

Menurut Durkheim, sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari fakta sosial. Tahukah kau apakah fakta sosial itu?

Fakta sosial yaitu setiap cara bertindak yang telah baku ataupun tidak, yang sanggup melaksanakan pemaksaan terhadap individu.

Fakta sosial bersifat eksternal terhadap individu. Fakta sosial bisa berupa cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang memperlihatkan ciri-ciri tertentu yang berada di luar kesadaran individu.

Fakta sosial bersifat umum, dalam arti tersebar merata dan menjadi milik kolektif, bukan sekadar hasil penjumlahan beberapa fakta individu. Contohnya hukum, moral istiadat, dan cara berpakaian.

Dalam mengkaji masyarakat, Durkheim lebih menekankan pada kesadaran kolektif (collective consciousness) sebagai dasar dari suatu keteraturan sosial atau lebih menekankan pada kolaborasi yang mencerminkan konsensus moral sebagai proses sosial yang paling mendasar.

Untuk memisahkan sosiologi dari filsafat dan memberinya kejelasan serta identitas tersendiri, Durkheim menyatakan bahwa pokok bahasan sosiologi haruslah berupa studi atas fakta sosial.

Secara singkat, fakta sosial terdiri dari struktur sosial, norma budaya, dan nilai yang berada di luar dan memaksa aktor.

Hal yang penting dalam pemisahan sosiologi dari filsafat yaitu ilham bahwa fakta sosial dianggap sebagai “sesuatu” dan dipelajari secara empiris. Artinya, bahwa fakta sosial mesti dipelajari dengan perolehan data dari luar pikiran kita melalui observasi dan eksperimen.

Fakta sosial yaitu seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang sanggup berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan bahwa fakta sosial yaitu seluruh cara bertindak yang umum digunakan suatu masyarakat, dan pada ketika yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-manifestasi individual.

Durkheim beropini bahwa fakta sosial tidak bisa direduksi kepada individu, namun mesti di pelajari sebagai realitas mereka. Durkheim menyebut fakta sosial dengan  istilah latin sui generis, yang berarti “unik”.

Durkheim memakai istilah ini untuk menjelaskan bahwa fakta sosial mempunyai abjad unik yang tidak bisa direduksi menjadi sebatas kesadaran individual.

Jika fakta sosial dianggap bisa dijelaskan dengan merujuk pada individu, maka sosiologi akan tereduksi menjadi psikologi.

Selain  teori mengenai fakta sosial dan kesadaran kolektif Durkheim juga mengemukakan gagasanya mengenai solidaritas yang ada di masyarakat.

Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat insan memerlukan solidaritas dengan membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu solidaritas mekanis yang merupakan tipe solidaritas yang didasarkan pada persamaan dan biasanya ditemui pada masyarakat sederhana (desa) dan solidaritas organis yang ditandai dengan adanya saling ketergantungan antarindividu atau kelompok lain (masyarakat kota), masyarakat tidak lagi memenuhi semua kebutuhannya sendiri.

Lambat laun ada pembagian kerja di dalam masyarakat (munculnya diferensiasi dan spesialisasi) semakin berkembang sehingga solidaritas mekanis menjelma solidaritas organis.

Pada masyarakat dengan solidaritas organis masing-masing anggota masyarakat tidak lagi sanggup memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain.

Solidaritas organis merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung mirip bagian-bagian suatu organisme biologis. Berbeda dengan solidaritas mekanis yang didasarkan pada hati nurani kolektif maka solidaritas organis didasarkan pada kecerdikan dan hukum.

Teori yang populer dari Durkheim yang selanjutnya yaitu mengenai bunuh diri. Emile Durkheim menentukan studi bunuh diri lantaran duduk masalah ini relative merupakan fenomena kongkrit dan sfesifik, dimana tersedia data yang anggun cara komperatif .akan tetapi , alasan utama Durkheim untuk melaksanakan studi bunuh diri ini yaitu untuk memperlihatkan kekuatan disiplin sosiologi . Dia melaksanakan penelitian wacana angka bunuh diri di beberapa negara di Eropa.

Durkheim membagi tipe  bunuh diri ke dalam 4 macam :

1. Bunuh diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri egoitis sanggup ditemukan dalam masyarakat atau kelompok dimana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas . Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan cuilan dari masyarakat ,

2. Bunuh Diri Altruistis
Terjadi ketika intergrasi sosial yang sangat kuat, secara harfiah sanggup di katakan individu terpaksa melaksanakan bunuh diri.

Salah satu contohnya yaitu bunuh diri massal dari pengikut pendeta Jim Jones di jonestown, Guyana pada tahun 1978. Contoh lain bunuh diri di jepang (harakiri).

3. Bunuh Diri Anomic
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat individu merasa tidak puas lantaran lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.

Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi normal usang tidak berlaku lagi sementara norma gres di kembangkan (tidak ada pegangan hidup).

4. Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melaksanakan bunuh diri ini mirip seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas. Contoh: perbudakan.


Max Weber lahir di Erfurt pada tahun 1864. Menyelesaikan studi di bidang hukum, ekonomi, sejarah, filsafat, teologi dan mengajar disiplin ilmu-ilmu tersebut di banyak sekali universitas di Jerman. Serta terus menerus menyebarluaskan terbentuknya ilmu sosiologi yang ketika itu masih berusia muda.

Karya penting dari Weber berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism yang berisi korelasi antara Etika Protestan dalam hal ini Sekte Kalvinisme dengan munculnya perkembangan kapitalisme.

Menurut Weber, fatwa Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk bekerja keras dengan impian sanggup menuntun mereka ke nirwana dengan syarat bahwa laba dari hasil kerja keras dihentikan untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi lainnya.

Hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan menjadikan para penganut agama ini semakin makmur lantaran laba yang dihasilkan ditanamkan kembali menjadi modal. Dari sinilah berdasarkan Weber kapitalisme di Eropa berkembang pesat.

Selain teori moral protestan, Max Weber juga mengemukakan teori verstehen yang sangat terkenal. Baginya, sosiologi yaitu ilmu yang mempunyai kelebihan daripada ilmuan alam.

Kelebihan tersebut terletak pada kemampuan sosiolog untuk memahami fenomena sosial, sementara ilmuan alam tidak sanggup memperoleh pemahaman serupa wacana sikap atom atau ikatan kimia. Kata pemahaman dalam bahasa Jerman yaitu verstehen.

Dengan kata lain verstehen yaitu suatu metode pendekatan yang berusaha untuk mengerti makna yang mendasari dan mengitari kejadian sosial dan historis.

Pendekatan ini bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi sosial didukung oleh jaringan makna yang dibentuk oleh para bintang film yang terlibat di dalamnya.


Lahir di Jerman pada tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniawan Yahudi. Pada tahun 1814 mengakhiri studinya di Universitas Berlin.

Karena pergaulannya dengan orang-orang yang dianggap radikal terpaksa mengurungkan niat untuk menjadi pengajar di Universitas dan menerjunkan diri ke kancah politik.

Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas sosial yang tertuang dalam tulisannya yang berjudul The Communist Manifest yang ditulis bersama Friedrich Engels.

Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat insan merupakan sejarah usaha kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis (majikan) terdiri dari orang-orang yang menguasai alat produksi dan kelas proletar (buruh) yang tidak mempunyai alat produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi oleh kelas borjuis (majikan).

Menurut Marx, suatu ketika kelas proletar akan menyadari kepentingan bersama dengan melaksanakan pemberontakan dan membuat masyarakat tanpa kelas.

Meskipun ramalan Marx tidak pernah terwujud tetapi pemikiran wacana stratifikasi dan konflik sosial tetap kuat terhadap pemikiran perkembangan sosiologi khususnya terkait dengan kapitalisme.

Sebagai cuilan dari ilmu sosial, objek sosiologi yaitu masyarakat yang dilihat dari korelasi antarmanusia dan proses yang timbul akhir dari korelasi tersebut.

Fokus utama sosiologi dari objek masyarakat tersebut yaitu gejala, proses pembentukan, serta mempertahankan kehidupan masyarakat, juga proses runtuhnya sistem korelasi antarmanusia.

Dengan demikian, objek sosiologi terbagi atas dua kategori, yaitu objek material dan objek formal.
Objek material sosiologi yaitu kehidupan sosial insan dan tanda-tanda serta proses korelasi antarmanusia yang memengaruhi korelasi sosial dalam kesatuan hidup manusia.

Objek formalnya meliputi:
  • pengertian wacana sikap dan tindakan insan terhadap lingkungan hidup insan dalam kehidupan sosialnya melalui klarifikasi ilmiah;
  • meningkatkan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat;
  • meningkatkan kolaborasi antarmanusia.

Tahukah kalian bahwa kemiskinan menjadi salah satu masalah sosial yang dikaji dalam sosiologi

Dilihat dari objeknya tersebut, jelaslah bahwa tujuan sosiologi yaitu untuk meningkatkan kemampuan insan dalam beradaptasi dengan lingkungan hidupnya.

Jadi, objek formalnya tersebut berfungsi sebagai penuntun pembiasaan di masyarakat.

Mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang sanggup di manfaatkan secara efektif untuk memecahkan masalah-masalah sosial (problem solving).

Contohnya, jikalau seseorang ingin menjalin korelasi dengan masyarakat lain, selayaknya ia harus mempelajari dahulu sifat dan abjad masyarakat tersebut.

Dengan mengetahui sifat dan abjad individu lain, serta kebiasaan di masyarakat, akan memudahkan seseorang untuk bersosialisasi dan berinteraksi.

Bisa digambarkan bahwa objek sosiologi menyerupai seseorang yang memancing. Ikan, pancing dan cara-cara memancing sudah diberitahukan sebelumnya.

Orang tersebut tinggal memakai cara-cara dan pancing untuk mendapat ikannya. Makara objek sosiologi terdiri atas masyarakat dan nilai-nilai aturan yang sudah ada.

Apabila kita berbicara mengenai ilmu pengetahuan, apa yang terlintas dalam pikiranmu? Suatu mata pelajaran.

Memang tidak sanggup dipungkiri dari sekian banyak mata pelajaran yang kita pelajari di sekolah yaitu ilmu pengetahuan.

Ini berarti ilmu pengetahuan yang ada di dunia jumlahnya sangat banyak. Lantas, dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang berkembang, bagaimana kita mempelajarinya?

Para jago telah memikirkan semua itu, sehingga dibuatlah pengelompokan ilmu pengetahuan. Pengelompokan tersebut secara umum yaitu ilmu pengetahuan yang didasarkan atas objek atau bidang kajian dan didasarkan pada tujuan pengkajiannya.

Ilmu pengatahuan yang didasarkan atas objek atau bidang kajian antara lain, ilmu pengetahuan alam (natural sciences), ilmu pengetahuan sosial (social sciences), dan ilmu pengetahuan budaya (humanistics study).

Sementara Ilmu pengatahuan yang didasarkan pada tujuan pengkajiannya dikelompokkan menjadi ilmu murni (pure sciences) dan ilmu terapan (applied sciences).

Menurut Soerjono Soekanto, ilmu pengetahuan sanggup didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan memakai kekuatan pemikiran (logika), pengetahuan mana haruslah objektif, artinya selalu sanggup diperiksa dan diuji secara kritis oleh orang lain.

Jadi, tidak semua pengetahuan sanggup disebut sebagai ilmu, melainkan hanya pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan teruji kebenarannyalah yang disebut dengan ilmu pengetahuan.
Apakah sosiologi merupakan ilmu pengetahuan?

Sejak pertama dicetuskan istilah sosiologi, para aktivis sosiologi beranggapan bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan.

Namun apakah hal itu benar? Untuk mengetahuinya, mari kita lihat syarat-syarat sebuah ilmu pengetahuan. Menurut para ahli, syarat ilmu pengetahuan yaitu sebagai berikut:
a. Kumpulan pengetahuan (knowledge).
b. Tersusun secara sistematis.
c. Menggunakan pemikiran (logis dan rasional).
d. Terbuka terhadap kritik (objektif).

Apakah syarat-syarat di atas dimiliki oleh sosiologi? Mari kita telaah bersama-sama.

Sosiologi merupakan pengetahuan wacana fenomena masyarakat, mirip interaksi sosial, aturan-aturan dalam kehidupan masyarakat, pertikaian atau konflik, perubahan sosial, dan sebagainya. Sosiologi tersusun secara sistematis.

Artinya mempunyai sistematika tertentu dengan unsur-unsur yang merupakan suatu kebulatan.

Misalnya, pembahasan wacana interaksi sosial mempunyai kaitan dengan norma sosial lantaran interaksi sosial membutuhkan aturan-aturan tertentu.

Meskipun demikian, sistematika yang dimaksud dalam pembahasan sosiologi itu bersifat dinamis yang diadaptasi dengan perkembangan zaman.

Sosiologi merupakan hasil pemikiran yang biasanya bersumber dari fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat.

Pada cuilan sejarah perkembangan sosiologi sudah terlihat terperinci munculnya sosiologi sebagai hasil dari pemikiran para jago terhadap situasi dan kondisi masyarakat. Fenomena masyarakat itu dikaji oleh pikiran, bukan oleh perasaan.

Setiap kajian sosiologi, contohnya perubahan sosial, akan dimulai dengan pertanyaan mengapa terjadi perubahan dalam masyarakat? Siapa yang melaksanakan perubahan?

Faktor-faktor apa yang menimbulkan terjadinya perubahan? Dan sejumlah pertanyaan lain yang dijawab dengan memakai pikiran.

Pengetahuan sosiologi, sistematika sosiologi, dan pemikiran sosiologi sanggup ditelaah oleh masyarakat luas. Oleh lantaran itu, sosiologi dikatakan bersifat objektif.

Namun apabila terjadi perbedaan pandangan dalam suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, hal itu lantaran adanya perbedaan paradigma atau perbedaan sudut pandang.

Dan sosiologi tidak mempermasalahkan adanya perbedaan itu. Sosiologi telah memenuhi syarat-syarat ilmu mirip dikemukakan di atas.

Oleh lantaran itulah sosiologi sanggup disebut sebagai ilmu. Sosiologi sebagai ilmu berdiri sendiri yang objeknya masyarakat.

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan telah memenuhi syarat-syarat ilmu tersebut. Oleh lantaran itu, sosiologi sanggup disebut sebagai ilmu.

Sebagai ilmu, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri di mana objeknya yaitu masyarakat.

Menurut Harry M. Johnson dalam bukunya Sosiology: A Systemic Introduction (1967), setiap ilmu mempunyai karakteristik yang khas.

Begitu juga sosiologi, karakteristik (ciri-ciri) keilmuan sosiologi sebagai berikut:
  • Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi itu mendasarkan diri pada observasi dan penalaran, bukan atas dasar wahyu atau hasil spekulasi.
  • Sosiologi bersifat teoritis, artinya sosiologi berusaha memberi ikhtisar (summary) yang memperlihatkan korelasi pernyataan atau proporsi-proporsi secara logis.
  • Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibangun atas dasar teori yang sudah ada. Teori-teori gres yang lebih besar dan luas, intinya merupakan penyempurnaan teori-teori yang sudah ada.
  • Sosiologi bersifat nonetis, artinya sosiologi bukan fatwa wacana tata susila. 

Para sosiolog tidak membicarakan apakah suatu tingkah laris sosial itu baik atau buruk.

Tugas seorang sosiolog yaitu mengungkap atau menunjukan tindakan sosial sebagai fakta sosial.
Selain itu, apabila dilihat dari sifat hakikatnya, sosiologi mempunyai beberapa karakteristik.

Dimana karakteristik-karakteristik tersebut bisa menentukan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi tersebut. Sifat hakikat sosiologi sebagai berikut:

  • Sosiologi merupakan ilmu sosial bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
  • Sosiologi bersifat kategoris dan bukan normatif, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi bakir balig cukup akal ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya.
  • Sosiologi merupakan ilmu murni dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan.

Tahukah kalian apa korelasi antara sosiologi dengan tanda-tanda sosial? Kalian niscaya bertanya-tanya apa itu tanda-tanda sosial?

Sebelum kita membahas mengenai tanda-tanda sosial, terlebih dahulu kita akan membahas mengenai apa yang dipelajari oleh ilmu sosiologi.

Apa yang dipelajari sosiologi terhadap sifat-sifat insan yaitu pola-pola korelasi dalam masyarakat dan mencari pengertian-pengertian umum secara rasional dan empiris.

Oleh lantaran itu, sosiologi umumnya mempelajari gejala-gejala atau fenomena masyarakat dan kebudayaannya yang normal atau teratur.

Dengan kata lain tanda-tanda sosial merupakan segala sesuatu yang dibentuk maupun dilakukan oleh insan dalam lingkungan kehidupannya.

Sebagai kumpulan makhluk yang dinamis, masyarakat cenderung untuk melaksanakan perubahan sehingga tidak selamanya gejala-gejala itu tetap dalam keadaan yang normal.

Gejala-gejala tersebut dikenal sebagai realitas sosial budaya di masyarakat.

Realitas sosial budaya yaitu isi dasar sosiologi, yaitu kenyataan kehidupan sosial, berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai apa sajakah bentuk-bentuk realitas sosial dalam sosiologi.

Manusia di dunia ini merupakan cuilan dari masyarakat tertentu, bisakah kalian menjelaskan pengertian masyarakat?

Jika belum maka akan dijelaskan mengenai pengertian masyarakat.

Masyarakat yaitu sekumpulan insan yang saling bergaul atau saling berinteraksi secara tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.

Literatur lain memperlihatkan pengertian wacana masyarakat sebagai sistem sosial, yaitu sebagai organisme yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung lantaran mempunyai fungsinya masing-masing dalam keseluruhan.

Bagian-bagian yang dimaksud, berdasarkan Emile Durkheim merupakan suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.

Pengertian lain wacana masyarakat, juga dikemukakan Paul B. Horton.

Menurutnya masyarakat yaitu sekumpulan insan yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan yang sama dan melaksanakan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu.

Pada cuilan lain, Horton mengemukakan bahwa masyarakat yaitu suatu organisasi insan yang saling bekerjasama satu dengan lainnya.

Berikut ini dijelaskan ciri-ciri dari konsep wacana masyarakat.
  1. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
  2. Bercampur atau bergaul dalam waktu cukup lama. Berkumpulnya insan akan menimbulkan manusia-manusia baru. Sebagai akhir hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur korelasi antar manusia.
  3. Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
  4. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan lantaran mereka merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.
  5. Melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya.


Negara dan bangsa merupakan salah satu rujukan bentuk kelompok sosial yang mempunyai jumlah anggota terbesar.

Kelompok sosial atau organisasi sosial merupakan pokok perhatian utama sosiologi bakir balig cukup akal ini. Setiap individu yaitu anggota masyarakat dalam suatu organisasi sosial.

Organisasi sosial yaitu cara-cara sikap anggota masyarakat yang terorganisasi secara sosial.

Dalam organisasi sosial terdapat tindakan yang saling terkait dan tertata melalui acara sosial, susunan kerja suatu masyarakat, dan aspek kolaborasi yang menggerakkan tingkah laris para individu pada tujuan sosial dan ekonomi tertentu.

Dengan demikian, dalam organisasi sosial terdapat unsur-unsur, mirip kelompok dan perkumpulan, lembaga-lembaga sosial, peranan-peranan, dan kelas-kelas sosial.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa kelompok merupakan himpunan dari beberapa orang individu yang satu sama lain saling bekerjasama secara teratur, saling memperhatikan, dan secara sadar adanya manfaat bersama.

Sebagai ciri yang fundamental dari kelompok yaitu dengan adanya sesuatu hal yang dianggap milik bersama.

Kenyataannya dalam kehidupan masyarakat, kita sanggup menemukan majemuk jenis kelompok sosial, mulai dari keluarga, masyarakat desa, masyarakat kota, hingga bangsa dan lainnya.

Dalam organisasi sosial atau kelompok sosial, juga dikenal adanya forum sosial.

Di dalam sosiologi yang dimaksud dengan forum sosial (institusi sosial) yaitu suatu sistem yang memperlihatkan bahwa peranan sosial dan norma-norma saling berkaitan yang telah disusun guna mencapai suatu tujuan atau kegiatan dan oleh masyarakat dianggap penting.

Jadi, forum yaitu proses-proses yang tersusun untuk melaksanakan banyak sekali kegiatan tertentu, contohnya forum agama.

Lembaga agama tersebut bukan sekelompok orang, melainkan suatu sistem gagasan, kepercayaan, praktik, dan hubungan.

Lembaga sekolah bukan sekelompok siswa, melainkan mendidik para anggota suatu kelompok dan melestarikan warisan budaya dalam kehidupan suatu masyarakat.

Lembaga perkawinan berfungsi kontrol terhadap pola korelasi seks dan melahirkan generasi baru.


Apakah interaksi sosial itu? Amatilah gambar di samping. Apa yang dilakukan sekelompok orang itu? Setiap hari kita sering melakukannya.

Pernahkah kau berbincang dengan temanmu atau mengikuti suatu pertandingan atau kompetisi? Ketika kau melaksanakan semua itu, berarti kau telah melaksanakan interaksi sosial.

Lantas, apa itu interaksi sosial?

Pada dasarnya, interaksi sosial yaitu korelasi timbal balik antara individu dan individu, antara individu dan kelompok individu, dan korelasi timbal balik antara kelompok individu dengan kelompok individu yang lain.

Di sisi lain interaksi sosial sanggup diartikan suatu bentuk acara individu dalam memenuhi kebutuhannya.

Dalam interaksi sosial senantiasa berpedoman pada sistem tata nilai yang berlaku dalam masyarakat yang biasa disebut norma dan nilai sosial


Secara umum, tidak ada masyarakat yang bersifat statis (tetap). Dihadapkan pada salah satu kebutuhan primer saja, contohnya kebutu han untuk makan, maka insan harus bekerja.

Dinamika sosial merupakan telaah terhadap adanya perubahan-perubahan dalam realitas sosial yang saling bekerjasama satu dengan lainnya.

Beberapa konsep yang bekerjasama dengan dinamika sosial yaitu sebagai berikut:

a. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial atau gerak sosial didefinisikan sebagai perpindahan orang atau kelompok dari strata sosial ke strata yang lain dan dari satu lapisan ke lapisan sosial lain.

Dengan kata lain, seseorang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain, baik menjadi lebih tinggi atau menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah kiprah tanpa mengalami perubahan kedudukan.

Dengan demikian, perpindahan ini mempunyai dua arah, yaitu ke arah atas (mobilitas vertikal naik) dan ke arah bawah (mobilitas vertikal turun).

b. Penyimpangan Sosial
Baik dalam proses maupun hasil dari perubahan, tidak selamanya sesuai dengan hal yang diinginkan masyarakat atau terjadi penyimpangan.

Penyimpangan sosial merupakan sikap yang oleh sejumlah besar orang  yang sikap tersebut dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.

c. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial atau disebut pula “pengawasan sosial” yaitu segenap cara dan proses yang ditempuh oleh masyarakat sehingga para anggotanya sanggup bertindak sesuai dengan impian masyarakat itu sendiri.

Sikap dan sikap tiap individu bisa diselaraskan dengan sikap sosial atau janji yang ada dalam masyarakat.


Sosialisasi merupakan suatu proses pergaulan seseorang terhadap banyak orang di dalam masyarakat.

Proses ini berlangsung pada setiap orang seumur hidupnya mulai dari lahir hingga meninggalnya.

Melalui proses ini, seseorang akan memperoleh pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai, dan norma-norma yang akan membekali individu tersebut dalam pergaulannya.

Bermain, mencar ilmu di sekolah, bergaul dengan teman-teman, membaca koran, menonton TV, merupakan contoh-contoh acara kita dalam sosialisasi.

Ketika kita bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya dalam masyarakat, berarti kita telah berhasil melaksanakan proses sosialisasi dengan masyarakat sekitar.


Dalam interaksi sosial senantiasa berpedoman pada nilai dan norma. Apa itu nilai dan norma? Adakah sebagian dari kalian mengetahuinya?

Cobalah kemukakan di depan kelas!

Pada hakikatnya, nilai yaitu segala sesuatu yang dianggap baik dan benar oleh suatu kelompok masyarakat. Oleh karenanya nilai digunakan sebagai pedoman tingkah laku.

Sedangkan norma merupakan perwujudan faktual dari nilai sosial.

Norma dibentuk supaya warga masyarakat melaksanakan nilai-nilai yang ada. Oleh lantaran itu, dalam norma terdapat sanksi-sanksi bagi pelanggarnya.

Pada hakikatnya hukuman merupakan alat untuk menekan atau memaksa warga masyarakat mematuhi nilai-nilai yang telah disepakati.

Secara garis besar terdapat empat macam norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, yaitu norma agama, adat/kebiasaan, kesusilaan/kesopanan, dan hukum

Sosiologi dan Sosiolog banyak memperlihatkan peranan dalam pembangunan bangsa. Bagaimana kiprah sosiolog dan sosiologi bagi masyarakat?

Setiap masyarakat akan berusaha untuk mempertahankan identitas budayanya. Apabila terjadi proses perubahan budaya yang tidak sesuai dengan identitas budaya dan sosialnya maka akan menimbulkan masalah sosial.

Masyarakat mempunyai ciri khas, sistem, moral istiadat, norma yang berbeda-beda dan kompleks.

Dengan demikiam masalah sosial yang setiap masyarakat berbeda-beda pula. Masalah sosial yaitu adanya ketidaksesuaian unsur-unsur yang ada dalam mesyarakat.

Sebagai rujukan masalah-masalah sosial yang terdapat di masyarakat adalah: kemiskinan (masyarakat yang miskin ilmu, miskin pengetahuan, miskin keterampilan, miskin pekerjaan), kejahatan, prilaku menyimpang, masalah kependudukan, masalah pelanggaran nilai dan norma masyarakat

Apabila setiap masalah sosial yang terjadi di masyarakat tidak sanggup diselesaikan maka akan mengancam keutuhan masyarakat tersebut yang pada alhasil akan mengancam kepentingan bangsa dan negara. Masalah sosial akan menimbulkan konflik dan ketidakteraturan sosial.

Dalam negara yang sedang membangun sosiologi bermanfaat untuk kepentingan pembangunan negara.

Proses pembangunan negara ditujukan untuk memperlihatkan kesejahteraan lahir dan batin masya-rakat, menjaga keutuhan atau integrasi bangsa. Penelitian sosiologi memperlihatkan dukungan kepada masyarakat dalam memecahkan masalah-masa-lah sosial sebagai metode-metode preventif dan metode represif.

Adapun fungsi dari sosiologi sanggup dijelaskan sebagai berikut:
a.       Untuk pembangunan. Sosiologi berfungsi untuk memperlihatkan data sosial yang diharapkan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembangunan. Pada tahan perencanaan yang dibutuhkan ialah klarifikasi mengenai kebutuhan sosial. Pada tahap pelaksanaan, yang harus dicermati ialah kekuatan sosial masyarakat serta proses perubahan sosial. Dan pada tahap penilaian, yang harus dilakukan yaitu analisis terhadap dampak pembangunan.
b.      Untuk penelitian. Dengan adanya penelitian, akan didapat suatu planning penyelesaian masalah sosial yang baik. Di negara yang sedang berkembang kiprah sosiologi sangat dibutuhkan. Dari data yang dihasilkan melalui penelitian sosiologis, para pengambil keputusan sanggup menyusun planning penyelesaian suatu permasalahan sosial.
Sebagai jago ilmu kemasyarakatan, para sosiolog sangat berperan dalam membangun masyarakat terutama di tempat yang sedang berkembang. Bentuk dari kiprah sosiolog yaitu sebagai berikut:

a. Sosiolog sebagai jago riset
Seperti ilmuan lainnya, seorang sosiolog berfokus pada pengumpulan dan penggunaan data. Proses tersebut dilakukan melalui riset ilmiah dengan tujuan untuk mencari data kehidupan masyarakat yang memuat pola-pola, kecenderungan, dan kemungkinan yang paling mungkin terjadi. Semua hal tersebut kemudian sosiolog dalam membuat prediksi yang didasarkan pada fakta-fakta mengenai realita sosial yang ada dan berkemabang dalam masyarakat.

b. Sosiolog sebagai konsultan kebijakan
Hasil dari riset ilmiah yang dilakukan oleh para sosiolog intinya mengahsilkan sebuah presiksi kondisi sosial. Presiksi sosial tersebut kemudian sanggup dijadikan dasar dalam merancang dan tetapkan kebijakan. Sehingga, dalam pembuatan kebijakan efek atau dampak yang ditimbulkan baik itu positif maupun negatif sanggup lebih awal diketahui.

c. Sosiolog sebagai praktisi
Beberapa sosiolog terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan masyarakat. Mereka memperlihatkan saran-saran, baik dalam penyelesaian banyak sekali masalah korelasi masyarakat, korelasi antar karyawan, masalah moral, maupun korelasi antar kelompok dalam organisasi. Dalam konteks tersebut, sosiolog berperan sebagai ilmuan terapan yang memakai pengetahuan ilmiahnya untuk mencari nilai-nilai tertentu, mirip efisiensi kerja, evektifitas program, atau kegiatan kemasyarakatan.

d. Sosiolog sebagai guru atau pendidik
Mengajar merupakan kegiatan yang sanggup digeluti oleh seorang sosiolog. Sebagai pendidik, sosiolog berperan dalam mengajarkan dan menyebarkan sosiologi sebagai ilmu di banyak sekali bidang dengan memperlihatkan contoh-contoh yang terdapat di masyarakat.
Sesungguhnya, studi sosiologi sangat penting bagi kita sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat. Mengapa? Sosiologi mempelajari banyak sekali korelasi yang dilakukan insan sebagai anggota masyarakat. Agar korelasi itu berjalan dengan baik, tertib, lancar, dan bisa mencapai tujuan yang diinginkan, maka dalam hidup bermasyarakat tersebut insan membuat banyak sekali norma, nilai, dan tradisi sebagai pengatur sekaligus pedoman bagi anggota masyarakat dalam bersikap dan bertingkah laku. Namun demikian tidak jarang muncul perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, sehingga melahirkan sikap menyimpang dan konflik di antara anggota masyarakat.

Uraian yang telah kita bahas bersama memperlihatkan bahwa sosiologi intinya berbicara mengenai kita serta masyarakat di mana kita hidup dan melaksanakan interaksi.

Manfaat apa yang sanggup kau petik dan rasakan dengan mempelajari sosiologi? Berikut ini disebutkan beberapa manfaat mempelajari sosiologi.

a.  Dengan mempelajari sosiologi, kita akan sanggup melihat dengan lebih terperinci siapa diri kita, baik sebagai pribadi maupun (dan terutama) sebagai anggota kelompok atau masyarakat.

b. Sosiologi membantu kita untuk bisa mengkaji tempat kita dalam masyarakat, serta sanggup melihat ‘dunia’ atau ‘budaya’ lain yang belum kita ketahui sebelumnya.

c.  Sosiologi membantu kita mendapat pengetahuan wacana banyak sekali bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, baik antarindividu, antarkelompok, maupun antarindividu dan kelompok.

d. Sosiologi membantu mengontrol dan mengendalikan tindakan dan sikap sosial tiap anggota masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

e. Dengan dukungan sosiologi, kita akan semakin memahami norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat lain, serta memahami perbedaan-perbedaan yang ada. Tanpa hal itu perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat akan menjadi alasan untuk timbulnya konflik di antara anggota masyarakat.

f.  Akhirnya, bagi kita sebagai generasi penerus bangsa, mempelajari sosiologi membuat kita lebih tanggap, kritis, dan rasional menghadapi gejala-gejala sosial dalam masyarakat yang bakir balig cukup akal ini semakin kompleks, serta bisa mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita hadapi sehari-hari.

Related : Sosiologi X Kepingan 1: Fungsi Sosiologi Dalam Mengenali Tanda-Tanda Sosial Di Masyarakat

0 Komentar untuk "Sosiologi X Kepingan 1: Fungsi Sosiologi Dalam Mengenali Tanda-Tanda Sosial Di Masyarakat"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)