Sosiologi Xii Penggalan 1: Perubahan Sosial Dan Dampaknya

Perubahan Sosial mempunyai makna yang luas dan meliputi banyak sekali segi kehidupan, mirip ekonomi, sosial, dan politik.

Karena itu perubahan sosial budaya yang terjadi didalam suatu masyarakat menyangkut nilai, pola perilaku, organisasi sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, serta segi kemasyarakatan lainnya.

Berikut ialah pandangan beberapa tokoh perihal perubahan sosial:

Selo Soemardjan
Menyatakan bahwa perubahan sosial ialah perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan sikap didalam kelompok-kelompok dalam masyarakat.

George Ritzer
Menyatakan bahwa perubahan sosial mengacu pada variasi-variasi hubungan antar individu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu.

William F. Ogburn
Menyatakan bahwa perubahan sosial menekankan pada kondisi teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial, mirip kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kuat terhadap pola pikir masyarakat.

Perubahan Sosial tidak lepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley Davis menyampaikan bahwa perubahan sosial merupakan belahan dari perubahan kebudayaan.

Perubahan dalam kebudayaan meliputi semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan dalam bentuk serta hukum organisasi sosial.

Sebagai contoh, perubahan pada bidang teknologi komunikasi dalam bentuk telegram menjadi telepon seluler (handphone).

Secara umum, kecenderungan masyarakat untuk berubah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
  1. Rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada.
  2. Timbulnya impian untuk mengadakan perbaikan.
  3. Kesadaran akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri sehingga berusaha untuk mengadakan perbaikan.
  4. Adanya perjuangan masyarakat untuk mengikuti keadaan dengan keperluan, keadaan, dan kondisi gres yang timbul sejalan dengan perubahan masyarakat.
  5. Banyaknya kesulitan yang dihadapi yang memungkinkan insan berusaha untuk mengatasinya.
  6. Sikap terbuka dari masyarakat untuk hal-hal baru, baik yang tiba dari dalam maupun dari luar masyarakat.
  7. Tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan adanya impian untuk meningkatkan taraf hidup.
  8. Sistem pendidikan yang menunjukkan nilai-nilai tertentu bagi insan untuk meraih masa depan yang lebih baik.


Teori siklus melihat perubahan sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Apa yang terjadi kini pada dasarnya mempunyai kesamaan atau kemiripan dengan apa yang terjadi sebelumnya.

Dalam pola perubahan ini tidak tampak batas-batas antara pola hidup primitif, tradisional, dan modern. Perubahan siklus merupakan perubahan yang ibarat spiral.

Pola perubahan ini sanggup digambarkan mirip skema berikut:

Didalam perubahan berdasarkan teori siklus, tidak ada batas yang terang antara pola hidup primitif, tradisional dan modern.

Arnold Toynbee melihat bahwa peradaban muncul pada beradaban primitif melalui proses perlawanan dan respons masyarakat terhadap kondisi yang merugikan mereka.

Peradaban tersebut meliputi kelahiran, pertumbuhan, kemandegan, dan disintegrasi lantaran pertempuran antara kelompok-kelompok yang memperdebatkan kekuasaan.

Sedangkan Pitirim A. Sorokin berpandangan bahwa semua peradaan besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Ketiga sistem kebudayaan tersebut ialah sebagai berikut:

1. Kebudayaan Ideasional (ideational culture)
Kebudayaan ini didasari oleh nilai atau perasaan dan kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supernatural)

2. Kebudayaan Idealistis (idealistic culture)
Kebudayaan ini berisi kepercayaan pada unsur adikodrati dan resionalitas berdasarkan fakta saling bergabung dalam membuat masyarakat yang ideal.

3. Kebudayaan Indrawi (sensational culture)
Dalam kebudayaan ini, hal yang sanggup diindra merupakan tolak ukur dalam kenyataan dan tujuan hidup.


Penganut teori ini percaya bahwa perubahan sanggup diarahkan ke arah titik tujuan tertentu, mirip perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kompleks.

Masyarakat tradisional memakai peralatan yang dibentuk dari materi seadanya melalui proses pembuatan secara manual.

Teknologi ini kemudian bermetamorfosis teknologi canggih yang pada pada dasarnya bertujuan memudahkan pekerjaan manusia.

Pola perubahan ini sanggup digambarkan mirip skema berikut:

Perubahan sosial berdasarkan pola linier, masyarakat berkembang dari semula primitif, tradisional, dan menjadi modern. Teori ini dilihat dari sudut pandang masyarakat modern.

Teori ini dikenal dengan teori perkembangan linier. Teori perkembangan dibagi menjadi dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi.

Penganut teori evolusi beropini bahwa masyarakat secara sedikit demi sedikit berkembang dari primitif, tradisional, menuju ke masyarakat modern yang kompleks dan maju.

Tokoh dari teori ini ialah Agus Comte, ia melihat bahwa masyarakat bergerak dalam tiga tahap perkembangan yaitu:
  1. Tahap teologis (theological stage), di mana masyarakat diarahkan oleh nilai-nilai spiritual.
  2. Tahap metafisik (methaphysical stage) merupakan tahap peralian dari kepercayaan terhadap unsur spiritual menuju prinsip-psinsip abnormal yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya
  3. Tahap positifis atau alamiah (positive stage) dimana masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.

Menurut Szarompka, gerakan sosial mempunyai beberapa komponen, yaitu sebagai berikut:
  1. Adanya kolektivitas orang yang bertindak bersama.
  2. Kolektivitasnya tersebar, tetapi derajatnya lebih rendah dibanding organisasi formal.
  3. Adanya tujuan bersama, yaitu perubahan dalam masyarakat.
  4. Tindakannya mempunyai derajat spontanitas yang tinggi, tidak melembaga dan bentuknya tidak konfesional.

Berikut ialah jenis-jenis gerakan sosial yang diklasifikasikan oleh David Aberle (Sunarto, 2004).

1. Alternative Movement
Gerakan ini bertujuan mengubah sebagian sikap seseorang

2. Redemptive Movement
Gerakan ini bertujuan untuk merubah menyeluru sikap seseorang

3. Reformative Movement
Gerakan ini bertujuan untuk merubah masyarakat dilihat dari ruang lingup dan segi-segi tertentu saja.

4. Transformative Movement
Gerakan ini bertujuan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh.


Teori modernisasi melihat bahwa perubahan negara-negara bodoh akan mengikuti jalan yang sama dengan negara industri di Barat.

Cara tersebut ialah melalui proses industrialisasi, sehingga negara bodoh menjadi negara berkembang.

Teori ini melihat bahwa negara bodoh mempunyai banyak kekurangan sehingga harus menanggulangi kekurangan yang dimiliki untuk mencapai tahap tinggal landa (take off).

Eva Etzioni-Halevy dan Amitai Etzioni melihat bahwa dalam masa perubahan atau transisi, sebuah negara akan mengalami revolusi demografi dengan ciri-ciri yaitu:

  1. Menurunnya angka maut dan kelahiran
  2. Menurunnya ukuran dan efek keluarga
  3. Terbukanya sistem stratifikasi
  4. Peralihan dari struktur feodal ke birokrasi
  5. Menurunnya efek agama
  6. Beralihnya fungsi pendidikan dari keluarga dan komunitas ke sistem pendiidkan formal
  7. Munculnya kebudayaan massa
  8. Munculnya perekonomian pasar dan industrialisasi


1. Faktor Internal
  • Bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk
  • Penemuan-penemuan baru
  • Pertentanga masyarakat (konflik sosial)
  • Terjadinya pemberontakan atau revolusi

2. Faktor dari Luar
  • Lingkungan fisik yang ada disekitar manusia
  • Peperangan
  • Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

1. Faktor Pendorong
  • Kontak dengan kebudayaan lain
  • Sistem pendidikan formal yang maju
  • Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginannya untuk maju
  • Toleransi
  • Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
  • Penduduk yang heterogen
  • Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
  • Orientasi ke masa depan
  • Adanya nilai bahwa insan harus berikhtiar untuk memperbaiki hisupnya

2. Faktor Penghambat
  • Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan yang terjadi di masyarakat lain yang sanggup memperkaya kebudayaan masyarakat tersebut.
  • Perkembangan IPTEK yang terlambat yang disebabkan oleh kehidupan masyarakay yang tertutup.
  • Sikap masyarakat yang masih mengagungkan tradisi lampau dan cenderung konservatif.
  • Adanya kepentingan yang sudah tertanam kuat (vased interest). Orang selalu mengidentifikasi diri dengan perjuangan dan jasa-jasanya.
  • Hambatan-hambatan yang ideologis.
  • Prasangka terhadap hal-hal yang gres atau gila artau sikap yang tertutup, terutama yang tiba dari barat.

Related : Sosiologi Xii Penggalan 1: Perubahan Sosial Dan Dampaknya

0 Komentar untuk "Sosiologi Xii Penggalan 1: Perubahan Sosial Dan Dampaknya"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)