Tembang Macapat Gambuh Dan Maknanya



Tembang macapat Gambuh merupakan salah satu tembang yang berisi perihal banyak sekali fatwa kepada generasi muda, khususnya mengenai bagaimana menjalin hubungan antara insan satu dengan yang lainnya.
Beberapa kalangan ada yang memaknai kata Gambuh sebagai sebuah kecocokan, sepaham dan sikap bijaksana. Sikap bijaksana berarti sanggup menempatkan sesuatu pada tempatnya, sesuai porsinya, dan bisa bersikap adil.
Nasihat-nasihat mengenai pentingnya membangun rasa persaudaraan, toleransi dan kebersamaan sebagai makhluk sosial banyak tergambar dari tembang-tembang macapat Gambuh. Salah satunya terdapat dalam Serat Wulangreh pupuh III karya Sri Susuhunan

Tembangnya :

Sekar gambuh ping catur,
(Tembang gambuh keempat)
Kang cinatur polah kang kalantur,
(Yang dibicarakan tentang sikap yang kebablasan)
Tanpa tutur katula-tula katali,
(Tanpa pesan tersirat terjerat penderitaan)
Kadaluwarsa kapatuh,
(Terlanjur menjadi kebiasaan)
Kapatuh pan dadi awon.
(Kebiasaan bisa berakibat buruk)
———————————-
Aja nganti kabanjur,
(Jangan hingga terlanjur)
Barang polah ingkang nora jujur,
(Bertingkah polah yang tidak jujur)
Yen kebanjur sayekti kojur tan becik,
(Jika telanjur tentu akan celaka dan tidak baik)
Becik ngupayaa iku,
(Lebih baik berusahalah)
Pitutur ingkang sayektos.
([menngikuti] fatwa yang sejati)
—————————————
Tutur bener puniku,
(Ucapan yang benar itu)
Sayektine apantes tiniru,
(Sejatnya pantas untuk diikuti)
Nadyan metu saking wong sudra papeki,
(Meskipun keluar dari orang yang rendah derajatnya)
Lamun becik nggone muruk,
(Jika baik dalam mengajarkan)
Iku pantes sira anggo.
(Itu pantas kamu pakai)
————————————–
Ana pocapanipun,
(Ada sebuah ungkapan)
Adiguna adigang adigung,
(Adiguna, adigang, adigung)
Pan adigang kidang adigung pan esthi,
(Seperti Adigang-nya kijang, adigung-nya gajah)
Adiguna ula iku,
(Adiguna-nya ular)
Telu pisan mati sampyoh.
(Ketiganya mati bersama dengan sia-sia)
Si kidang ambegipun,
(Si kijang mempunyai watak)
Angandelaken kebat lumpatipun,
(Menyombongkan kecepatannya melompat/berlari)
Pan si gajah angandelken gung ainggil
(Si gajah menyombongkan tubuhnya yang tinggi besar)
Ula ngandelaken iku,
(Ular menyombongkan)
Mandine kalamun nyakot.
(Keampuhannya dengan menggigit)
———————————
Iku upamanipun,
(Itu sebuah perumpamaan)
Aja ngandelaken sira iku,
(Jangan menyombongkan diri)
Suteng nata iya sapa kumawani,
(Seorang raja siapa yang berani)
Iku ambeke wong digang,
(Itu perilaku yang adigang)
Ing wasana dadi asor.
(Yang hasilnya bisa merendahkan)
—————————–
Adiguna puniku,
(Watak adiguna adalah)
Ngandelaken kapinteranipun,
(Menyombongakan kepandaiannya)
Samubarang kabisan dipundheweki,
(Seolah semua bisa dilakukan sendiri)
Sapa bisa kaya ingsun,
(Siapa yang bisa menyerupai aku)
Togging prana nora enjoh.
(ujung-ujungnya tak bisa apa-apa)
——————————-
Ambek adigung iku,
(Watak orang adigung adalah)
Angungasaken ing kasuranipun,
(Menyombongkan keperkasaannya)
Para tantang candhala anyenyampahi,
(Semua ditantang sabung dan disepelekan)
Tinemenan nora pecus,
(Jika benar dihadapi, dia tak berdaya)
Satemah dadi geguyon.
(Akhirnya hanya jadi materi tertawaan)
—————————–
Ing wong urip puniku
(Dalam kehidupan manusia)
Aja nganggo ambek kang tetelu,
(Jangan sampai mempunyai akhlak ketiga tadi)
Anganggowa rereh ririh ngati-ati,
(Milikilah sifat sabar, cermat, dan berhati-hati)
Den kawangwang barang laku,
(Selalu introspeksi pada tingkah laku)
Kang waskitha solahing wong.
(Pandailah membaca perilaku orang lain)

referensi:  Pakubuwana IV, Raja Surakarta


Related : Tembang Macapat Gambuh Dan Maknanya

0 Komentar untuk "Tembang Macapat Gambuh Dan Maknanya"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)