Tips Kondusif Menyeberang Di Perlintasan Kereta Api

Ada sejumlah perkara kecelakaan kendaraan beroda empat dan sepeda motor dengan kereta api yang sanggup dipetik sebagai pelajaran bagi anda (para pengemudi) untuk berhati-hati ketika melintas di perlintasan kereta api. Kita tentu tidak ingin nyawa kita terbuang sia-sia sebab teledor tidak mengindahkan peraturan yang ada di perlintasan kereta api.

Dalam kesempatan kali ini aku akan membuatkan kepada anda perihal tips kondusif menyeberang di perlintasan kereta api, dengan tujuan semoga kita terhindar dari kecelakaan di perlintasan kereta api.

Pertama, ketika palang pintu perlintasan ditutup, akan lebih baik kita tetap sabar menunggu hingga kereta melintas. Tidak mungkin masinis menghentikan laju kereta secara mendadak, meski di depan ada kendaraan mogok.

Kedua, jikalau melewati perlintasan kereta api tanpa palang pintu, pastikan kendaraan kita berhenti tidak lebih dari 4,5 meter dari sisi terluar rel. Pada jarak tersebut kita akan menerima penguasaan bidang pandang secara memadai.

Ketiga, jikalau memang mesin kendaraan beroda empat kita mati ketika di atas rel, kita sanggup melaksanakan upaya darurat dengan cara menetralkan posisi gigi mobil. Selanjutnya kendaraan beroda empat di dorong semoga menjauh dari lintasan kereta api. Langkah ini dimaksudkan untuk menghindari medan magnet di rel kereta api yang memicu kecelakaan.

Keempat, jikalau kereta api sudah melintasi pintu atau sudah dirasa kondusif untuk menyeberang, kita harus selalu bersikap waspada. Misalnya ketika melewati rel, usahakan melintasi dengan posisi arah kendaraan tegak lurus dengan rel.

Kelima, ketika kita melewati perlintasan kereta api yang posisi relnya lebih tinggi dari jalan dan atau kondisi rel basah, kita harus berhati-hati untuk menghindari risiko roda tersangkut atau selip. Jika roda kendaraan tersangkut rel, pengendara sepeda motor sanggup terjatuh.

Demikian tips kondusif menyeberang di perlintasan kereta api yang mungkin sanggup anda aplikasikan dalam kehidupan anda, semoga bermanfaat.

Referensi: Suara Merdeka (15/12/2012)