Mekkah dahulunya merupakan tempat yang tidak berpenghuni, hanya lautan padang pasir berbatu nan tandus, belum ada kehidupan sama sekali. Baru pada masa Nabi Ibrahim yang mengantarkan istrinya yang berjulukan Siti Hajar menurut wahyu dari Allah harus membawa Hajar ke tempat itu.
Setelah Siti Hajar tinggal di tempat Mekkah itu dan melahirkan seorang anak yang kelak menjadi seorang Nabi berjulukan Ismail di tambah dengan kedatangan rombongan suku Jurhum yang berasal dari sebuah suku dari negeri Saba yang negerinya sudah hancur maka kehidupan gres dimulai.
Sejarah awal masyarakat Mekkah menyembah patung
Sejak pertama kalinya kepercayaan masyarakat Mekkah menganut kepercayaan Tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim kemudian dilanjutkan oleh Ismail putranya. Setelah Nabi Ismail meninggal maka masa kenabian sempat terputus yang menyebabkan masyarakat Mekkah berpindah keyakinan.
Kepindahan kepercayaan masyarakat Mekkah dari ketauhidan dimulai dari salah seorang pembesar yang berasal dari suku Kuza'ah berjulukan Amir bin Lubai, ia pergi ke negeri Syam (Negeri Syiria Sekarang) ia menyaksikan penduduk kota Syam melaksanakan penyembahan pada patung.
Ketika ia pulang ke Mekkah sambil membawa patung yang dinamakan Hubal. Dia mengajarkan tata cara menyembah patung tersebut kepada masyarakat Mekkah waktu itu. Patung Hubal diletakkan di Ka'bah sebagai patung pemimpin dari patung Latta, Uzza dan Manat.
Dari semenjak itulah masyarakat Mekkah meyakini bahwa patung-patung tersebut merupakan pelantara untuk mendekatkan diri mereka pada tuhannya. Masyarakat Mekkah kemudian menciptakan banyak patung hingga hingga berjumlah 360 buah patung mengelilingi bangunan Ka'bah.
Ketika demam isu Haji tiba, para pendatang bertanya kenapa harus menyembah berhala? Mereka menjawab, itu sebagai pelantara untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Saat mereka pulang kedaerah asalnya masing-masing kemudian mereka mempraktekan tata cara penyembahan berhala itu di daerahnya.
Setelah berlangsung sekian lama, maka jadilah tempat Mekkah waktu itu menjadi sentra penyembahan pada patung-patung di tempat Jazirah Arabia.
Asal mula penyembahan terhadap patung
Sebuah Hadits riwayat Imam Bukhari membuktikan bahwa :
Patung-patung yang ada pada zaman Nabi Nuh As, merupakan patung-patung yang di sembah pula dikalangan bangsa Arab sehabis itu. Adapun Wudd yaitu berhala yang disembah oleh suku Kaib di Daumatul Jandal. Suwa yaitu sesembahan Hudzail, Yaghuts sesembahan suku Murad, kemudian berpindah ke bani Ghatibdi, di lereng bukit yang terletak di kota Saba.
Kemudian patung Ya'uq yaitu sesembahan suku Hamdan, Nasr sesembahan suku Himyar dan keluarga Dzi Kila. sebenarnya nama -nama patung tersebut merupakan orang-orang saleh pada zaman Nabi Nuh Alaihissalam.
Ketika orang-orang saleh itu wafat, kemudian Syetan membisikan kepada kaum yang saleh waktu itu biar dibuatkan patung-patung mereka dan di simpan di tempat-tempat pertemuan dan diberi nama sesuai nama mereka. Pada dikala kaum yang saleh masih ada patung-patung tersebut tidak di sembah.
Kemudian pada dikala kaum yang saleh itu mati dan ilmunya telah hilang, maka barulah penyembahan terhadap patung-patung tersebut dimulai oleh penduduk masyarakat dikalangan mereka.
Saat mendekati kedatangan Islam kembali, ada beberapa orang Mekkah berusaha melepaskan diri dari penyembahan terhadap patung dan mereka mengembangkan kembali ajaran-ajaran yang pernah dibawa oleh Nabi Ibrahim serta Ismail Alaihissalam, mereka yaitu :
1. Waraqah bin Naufa
2. Umayyah bin Salt
3. Qus Saidah
4. Usman bin Khuwairis
5. Abdullah bin Jahsy dan
6. Zainal bin Umar
Mereka merupakan termasuk orang-orang yang menentang terhadap praktek penyembahan pada patung-patung di Mekkah, namun mereka meninggal pada dikala Islam kembali hadir dibawa bersama Nabi Muhammad Saw.
Masyarakat Mekkah dikala itu dikatakan telah kembali kepada zaman kejahiliyahan atau zaman kebodohan, istilah jahiliyah disematkan kepada mereka bukan berarti mereka yaitu kaum yang ndeso tidak dapat baca tulis tak berilmu, malahan masyarakat Mekkah dikala itu sudah mahir dalam ilmu sastra.
Berikut ini hal-hal yang mendorong masyarakat Mekkah meninggalkan pedoman Tauhid yang di bawa oleh nabi Ibrahim dan nabi Ismail:
1. Penghormatan atau pengagungan yang berlebihan terhadap leluhur atau kepala suku mereka yang telah berjasa dikaumnya
2. Ketakutan yang timbul disebabkan adanya rasa takut dari peristiwa kekuatan alam yang akan menimpa mereka, dan berusaha mencari kekuatan lain dari luar ketuhanan
3. Kebutuhan terhadap Tuhan ketika mereka membutuhkan, dan berharap dewa selalu bersama mereka
Masyarakat Mekkah dikala itu dikatakan telah kembali kepada zaman kejahiliyahan atau zaman kebodohan, istilah jahiliyah disematkan kepada mereka bukan berarti mereka yaitu kaum yang ndeso tidak dapat baca tulis tak berilmu, malahan masyarakat Mekkah dikala itu sudah mahir dalam ilmu sastra.
Berikut ini hal-hal yang mendorong masyarakat Mekkah meninggalkan pedoman Tauhid yang di bawa oleh nabi Ibrahim dan nabi Ismail:
1. Penghormatan atau pengagungan yang berlebihan terhadap leluhur atau kepala suku mereka yang telah berjasa dikaumnya
2. Ketakutan yang timbul disebabkan adanya rasa takut dari peristiwa kekuatan alam yang akan menimpa mereka, dan berusaha mencari kekuatan lain dari luar ketuhanan
3. Kebutuhan terhadap Tuhan ketika mereka membutuhkan, dan berharap dewa selalu bersama mereka
Selain menyembah patung, masyarakat arab waktu itu juga menyembah Malaikat yang di anggapnya sebagai putri Tuhan. Kemudian selain itu mereka juga menyembah Jin, Ruh dan Hantu. Biasanya mereka mengadakan sesajian berupa sesajen dan berharap mereka terhindar dari bala bencana.
Demikianlah pembahasan mengenai Kondisi Kepercayaan Masyarakat Mekkah Sebelum Islam, semoga ada nasihat dan manfaatnya.
Wallaahu a'lam
0 Komentar untuk "Kepercayaan Masyarakat Mekkah Sebelum Islam"