Mentari pagi seakan enggan menyembul di bukit sana
Dengan malu-malu ia menampakkan wajah simpatinya padaku
Perlahan sinarnya menerobos di sela-sela pohon
Membawa kehangatan sebagai pelipur lara yang sedih
Kok ia menyerupai tau bagaimana perasaanku
Sejenak kubiarkan sinarnya menyapu wajahku
Hingga beberapa ketika lalu kurasakan kulitku mulai hangat
Kupindahkan posisi dudukku
Dan kuarahkan pandanganku pada secarik kertas di tanganku
Di sana,
Di dalam surat itu terdapat kata-kata yang dalam
Surat yang pernah ditujukan padaku oleh seseorang yang mencintaiku
Kurapatkan dan kuteguhkan hatiku
Dan perlahan mulai kubaca kembali
Sejenak kenangan usang kembali menyeruak
Semakin dalam membawa saya dalam lamunan dan kenangan
Kenangan akan saya dan dia
Kenangan yang telah saya sia-siakan
Hari demi hari
Tahun demi tahun
Penantiannya tak jua sirna
Hingga waktu pun merenggut itu darinya
Kini kusadari,
Memang saya yang salah
Karna keegoisan hati yang menabuh kesenangan hidup sesaat
Kembali kurasakan lambaian tangannya yang dulu meminta digenggam
Namun sarat akan kepedihan hati yang tercabik
Karna tak jua kugapai genggaman itu
Lalu saya tersadar,
Memang semua itu salahku.
Kini beliau ingin bersama yang lain
Karena lelah menunggu jawaban cintaku yang masih kekanakan
Haruskah saya memperjuangkannya kembali?
Haruskah saya merangkulnya kembali?
Aku tak tau lagi harus berbuat apa
Serasa duniaku gelap tanpa dia
Sepertu tanah gersang tak bertuan
Menunggu hari terakhir siraman air hujan
Yang tak terasa mengalir di pelupuk mataku
Kasih,
Maukah engkau kembali padaku?
Di Pembaringan Sepi
Andrew Geoffrey Malino
Minggu, 28 April 2013
Dengan malu-malu ia menampakkan wajah simpatinya padaku
Perlahan sinarnya menerobos di sela-sela pohon
Membawa kehangatan sebagai pelipur lara yang sedih
Kok ia menyerupai tau bagaimana perasaanku
Sejenak kubiarkan sinarnya menyapu wajahku
Hingga beberapa ketika lalu kurasakan kulitku mulai hangat
Kupindahkan posisi dudukku
Dan kuarahkan pandanganku pada secarik kertas di tanganku
Di sana,
Di dalam surat itu terdapat kata-kata yang dalam
Surat yang pernah ditujukan padaku oleh seseorang yang mencintaiku
Kurapatkan dan kuteguhkan hatiku
Dan perlahan mulai kubaca kembali
Sejenak kenangan usang kembali menyeruak
Semakin dalam membawa saya dalam lamunan dan kenangan
Kenangan akan saya dan dia
Kenangan yang telah saya sia-siakan
Hari demi hari
Tahun demi tahun
Penantiannya tak jua sirna
Hingga waktu pun merenggut itu darinya
Kini kusadari,
Memang saya yang salah
Karna keegoisan hati yang menabuh kesenangan hidup sesaat
Kembali kurasakan lambaian tangannya yang dulu meminta digenggam
Namun sarat akan kepedihan hati yang tercabik
Karna tak jua kugapai genggaman itu
Lalu saya tersadar,
Memang semua itu salahku.
Kini beliau ingin bersama yang lain
Karena lelah menunggu jawaban cintaku yang masih kekanakan
Haruskah saya memperjuangkannya kembali?
Haruskah saya merangkulnya kembali?
Aku tak tau lagi harus berbuat apa
Serasa duniaku gelap tanpa dia
Sepertu tanah gersang tak bertuan
Menunggu hari terakhir siraman air hujan
Yang tak terasa mengalir di pelupuk mataku
Kasih,
Maukah engkau kembali padaku?
Di Pembaringan Sepi
Andrew Geoffrey Malino
Minggu, 28 April 2013
0 Komentar untuk "Puisi Sedih: Kasih, Maukah Engkau Kembali Padaku?"