Tadaa!! Sudah datang di gerbang Gn. Tangkuban Parahu |
Alhamdulillah usai sudah touring goes sepeda yang bikin kecapekan sabtu kemaren, dibilang kurang bakir ya memang dengan jarak 73 km satu kali jalan antara tempat kost hingga pintu masuk tangkuban bekerjsama sanggup ditempuh pakai kendaraan bermotor namun ini berlawanan sob pakai sepeda mempunyai kepuasan tersendiri meskipun ongkosnya lebih mahal #banyak makan di jalan hehe.
Perbatasan Indramayu-Subang |
Kami berempat Aziz (ketua), Adoel, Hasan dan Admin (pemula) pada hari Sabtu kemaren jalan dengan menaiki sepeda masing-masing. Ingat sepeda mesti sudah service, cek rem, gear/gigi manis dan ban bagus. Admin aja sebab niat ingin menaklukan jalanan Subang hingga pinjam sepeda ke kawan haha. #sepeda sendiri gak masuk kualifikasi.
Start permulaan pada pkl 09.00 wib pagi kami berdoa di titik nol goes (kostan kami/pondok kami). Kami tidak lupa memakai kostum sama warna hijau #go green ceritanya. Pakai seragam biar kami sanggup saling berkomunikasi di saat perjalanan.
Berikut rute kami tempuh.
Gantar-Situraja-Bantarwaru
Jalanan masih datar-datar saja belum ada tanjakan atau turunan, kami memasuki perkampungan dan melalui waduk situraja Haurgeulis yang sedang kering. Kami sengaja melalui jalan pintas sarkamal situraja biar perjalanan lebih cepat dibanding mesti melalui Haurgeulis atau Bantarhuni.
Bantarwaru-Kota Subang
Jalur ini jalur yang panjang namun jalanan tidak mengecewakan mulus dan datar. Masuk hutan namun sudah banyak rumah warga. Kami pertama kali break di area gapura perbatasan Subang Indramayu. Kami disini istirahat makan lontong dan gorengan yang kawan kami bawa.
Matahari terik menghasilkan kami istirahat di wilayah ini. Setelah itu kami teruskan kembali perjalanan yang masih panjang kami.
Kota Subang - Cijambe Subang
Kami istirahat kembali di kota Subang sebelum memasuki tanjakan pertama di kota. Teman kami memperbaiki rem di bengkel, sayang harganya mahal kawan kami tidak jadi memperbaiki sepeda dan cuma mengisi minyak rem saja kena 35ribu. #lumayan. Kami makan di warung terdekat mengisi perut biar tidak kumat di saat perjalanan berikut.
Kami teruskan menaiki tanjakan kota Subang yang tidak mengecewakan bercucuran air keringat. Kami eksklusif tuntun sepeda kami #gak kuat. Kami istirahat kembali di taman Selamat Datang di Kota Subang dan kami berfoto-foto di taman ini. Selain kami banyak pula orang lain yang berfoto disini.
Pegal nyaris hilang, kami teruskan kembali dengan tantangan di depan yang tidak mengecewakan berat tanjakan demi tanjakan mesti kami lewati. Saat itu sehabis melalui tanjakan kami niscaya berhenti. Kami berbelanja air aq*a untuk persediaan apabila ada warung kami beli kuliner untuk mengganjal perut sebab setiap tanjakan menghasilkan perut kami haus dan lapar haha. Kami disini diuji nyali kita. Dalam benak kami di saat ditanjakan teringin kami pulang kembali, kesempatan dan tertekan bercampur aduk di hati kami. Disini nyali kami diuji. Untung kawan kami saling mendukung tuk meraih tujuan mesti pantang menyerah# salah sendiri admin tidak latihan sepeda sebelumnya. Setiap tanjakan kami niscaya menuntun sepeda bukan sebab kasihan terhadap sepeda namun sebab kaki kami tidak mempunyai dampak mengayuh di tanjakan.
Setelah berkecamuk dengan perasaan yang campur aduk risau duka dan nyaris mendekati keputusasaan. Kami mendapati rest area berjulukan " coel ponyo" di jalan cijambe. Kami eksklusif mengambil piring dan menegaskan suguhan yang kami suka. Disini kita bebas menegaskan makanan, untuk bayarnya sih nanti sehabis selesai makan. Kami tinggal menyebutkan lauk apa yang sudah di makan ke kasir. Sebetulnya sanggup curang sih, makan banyak lauk dan nanti di saat pembayaran di kasir cuma ngaku makan lauk beberapa saja, namun kami tidak demikian #biar perjalanan kami tanpa hambatan dan berkah.
Setelah makan kami menikmati es kelapa muda, sangat lezat menyerupai bercapek-capek dulu bersenang-senang kemudian. Kami menikmati panorama kolam yang berada di bawah rest area ini. Kami disini tidak mengecewakan usang istirahat hingga ada kawan kami yang tertidur.
Cijambe Subang - Ciater
Tantangan selanjutnya kian beringas. Membuat kami nangis-nangis. Tanjakan-tanjakan sudah berada di depan mata, kami cuma sanggup mengayuh sepeda apabila ada jalanan yang datar beberapa kilo saja dan di saat tanjakan kami mesti menginjak aspal dan menuntun sepeda kembali.
Dalam hati, kami eksklusif teringat rasa kangen di kasur empuk tidur dengan nyenyak, apabila sudah beristri niscaya kangen istri ingin cepat-cepat pulang dari pada mesti menuntun sepeda di tanjakan. Kangen semua pokoknya.
Pukul 7 malam kami datang di Ciater, langit pada malam itu gelap dan mengalir air hujan membasahi sepeda dan tubuh kami. Kami menepi di warung pinggir jalan yang sedang tutup. Kami berhenti sejenak disana dan merenung menyesali penderitaan kami di saat ini.
Daripada kami menanti hujan reda yang tak kunjung reda reda kami bersepakat lebih baik kami jalan mencari penginapan murah di area ciater. Dengan baju berair bercampur air keringat dan air hujan kami tetap melanjutkan perjalanan menuju penginapan terdekat. Saat itu pun jalan yang kami tempuh itu jalanan yang menanjak pula.
Kami mendapati penginapan di jalan ciater lama, jalan yang sudah bukan jalan utama pemandian sari ater. Kami bermalam di penginapan berjulukan "Lucky Sagita" di jalan ciater lama. Kami berempat mendapat kamar dengan kepraktisan 1 kamar mandi dalam dan 2 kasur double bed. Kaprikornus satu kasur sanggup ditiduri dua orang #hati-hati ya haha. Lumayan murah satu kamar tersebut cuma 200ribu saja tanpa AC atau TV, gak penting tidak ada AC dan TV yang penting sanggup tidur nyenyak.
Ciater - Pintu Masuk tangkuban
Pukul 8 pagi kami bersiap-siap, berkemas barang-barang, baju yang kemaren kehujanan kami pakai kembali walau sudah bacin macam rupa ya itulah demi kekompakan memakai kaos seragam. Kami liat GPS jarak ciater tangkuban cuma sekitar 5 km dan full tanjakan.
Kami menyerupai biasa di saat tanjakan, sepeda kami tuntun dan di saat jalan datar atau menurun sedikit kami manfaatkan dengan menaiki sepeda dan mengayuh sekencang-kencangnya. Istirahat sejenak sehabis melalui tanjakan. Saat kami capek, hanyak tinggal berjarak 1,5 kilo lagi ke pintu tangkuban, kami istirahat dan kami melipir ke warung pinggir jalan tuk makan mie rebus sayuran dan nasi. #makan lagi makan lagi.
Selesai makan, kami menuntun sepeda selama 1,5 km, tidak mengecewakan kaki kami apabila diajak jalan masih sanggup dekat dibanding mesti naik sepeda di tanjakan. Tiba di pintu gerbang eksklusif terngiang lagu "We are the Champion" kesannya kami sanggup hingga juga di gerbang tangkuban perahu, kami foto-foto apalagi dulu disini. Kami hingga di gerbang pukul 12.00 siang
Sayang di saat itu hari Minggu, tiket masuk sepeda 10ribu dan 1 orang tiket 30ribu jadi total 40ribu. Kami batal naik ke atas sebab dirasa mahal menurut kawan kami.
Akhirnya kami tidak hingga atas dan kami di saat itu eksklusif meluncur kembali pulang. Yang paling penting kami sudah mengabadikan momen di gerbang dan kaki kami pun belum pasti sanggup naik keatas dengan sepeda yang berjarak kurang lebih 5 km yang niscaya sepeda tidak terpakai sebab didominasi tanjakan tanjakan. Kami bersyukur dengan niat saja kami sudah sanggup sampai, apa lagi dengan antisipasi matang # apabila goes lagi kesini kami mikir-mikir lagi haha.
Saat perjalanan pulang, kami sudah tidak mengeluh, sebab didominasi turunan-turunan yang memanjakan kaki kita untuk tidak mengayuh. Tetapi di saat itu admin mengalami peristiwa kecik yang tidak mengecewakan fatal apabila tidak ada sumbangan semesta# inget AADC2. Kami datang di pondok kami pukul 17.00 wib
Bersambung....
Istirahat di jembatan Tol Cipali |
0 Komentar untuk "Touring Goes Sepeda Indramayu - Tangkuban Perahu"