Dewasa ini, perkembangan teater di Indonesia sangat beragam. Namun ciri utamanya adalah penyesuaian diri dengan keadaan atau situasi terkini. Bahkan teater daerah pun mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan keadaan ini. Perubahan manajemen ke arah modern harus dilakukan begitu pula dengan pilihan tampilan artistik. Tidak jarang teater daerah menggunakan instrumen musik elektronik dalam pementasannya atau bahkan memasukkan dan menggabungkan unsur-unsur modern dalam pementasannya.
Di Yogyakarta muncul Wayang Hip-hop yang menggabungkan seni wayang dengan musik hip-hop. Di Jawa Tengah lahir Wayang Kampung Sebelah yang menghadirkan realitas kehidupan sehari-hari. Semangat ketidakrelaan jika wayang ini mengalami stagnasi atau kemandegan membuat para seniman mencoba merekonstruksi pertunjukan wayang dalam perspektif artistik yang berbeda-beda, misalnya, Slamet Gundono dengan pertunjukan Wayang Suket yang teatrikal dan Mujar Sangkerta dengan Wayang Milehnium Wae yang penuh nuansa rupa dengan boneka wayang berukuran besar dan tersaji menggunakan model happening art.
Pembaharuan teater daerah tidak hanya terjadi pada seni wayang,namun juga seni yang lain. Di Medan upaya untuk kembali menggairahkan kehidupan Opera Batak dilakukan sedemikian rupa. Di Yogyakarta seniman dan beberapa institusi terus berusaha untuk melanggengkan kesenian ketoprak dengan berbagai macam konsep dan tawaran pertunjukan yang baru. Di Surakarta dan Jakarta kejayaan Wayang Wong coba lagi dimunculkan dan bahkan mereka memiliki jadwal pemanggungan yang bisa dikatakan tetap. Di Jawa Timur banyak kelompok ludruk yang mulai menerapkan manajemen modern dalam keberlangsungan hidupnya. Hampir di setiap propinsi di Indonesia yang memiliki kesenian teater daerah berusaha membangkitkan kembali kesenian tersebut dan menempatkannya dalam posisi yang seharusnya.
Pada wilayah seni teater modern perkembangan yang terjadi justru semakin menarik dewasa ini. Pesona teater modern dengan berbagai macam atribut yang terkesan intelek dan penuh nuansa pemikiran bukan menjadi satu-satunya pilihan ekspresi. Banyak muncul teater-teater yang mencoba menggali atau membangkitkan lagi semangat teater kerakyatan. Rasa rindu akan tontonan yang lebih memasyarakat mungkin menjadi salah satu pemicunya. Kedekatan hubungan emosional antara pemain dan penonton yang selama ini sering terjauhkan dalam pertunjukan teater modern kembali dimunculkan. Dan efek yang dihasilkannya pun cukup berhasil. Penonton seolah kembali dibawa ke masa lalu.
Kerinduan akan teks-teks teater lama juga sering dimunculkan namun dengan interpretasi dan pendekatan yang baru. Hasilnya memang terkadang sangat mengagumkan, karya lama itu menjadi terlihat baru dan lain. Hal ini seperti yang dilakukan oleh seniman teater daerah yang mencoba memberi semangat baru pada seni-seni lama. Di samping itu seni teater terapan yang lebih menggunakan teater sebagai media pembelajaran juga mulai muncul. Teater semacam ini tidak menampilkan pertunjukan sebagai sebuah karya seni mandiri yang harus diapresiasi sebagamana biasanya. Akan tetapi pentas yang ditampilkan merupakan bagian dari pembelajaran atau memiliki tujuan pembelajaran tertentu yang harus disampaikan kepada penonton. Pementasan teater adalah media penyampai.
Pada akhirnya seni teater Indonesia kontemporer memiliki banyak ragam pilihan ekspresi dan memberikan kebebasan bagi senimannya untuk menentukan bentuk ekspresi yang akan ditampilkan. Yang sangat menarik dari kondisi ini adalah gairah kesenian menjadi semakin kuat dan sekat-sekat yang biasanya menjadi penghalang untuk berekspresi semisal konvensi menjadi lumer. Semua dikembalikan pada kehendak artistik seniman teater yang ingin melahirkan karya seni baru.
Pementasan Wayang Hip-Hop |
Pembaharuan teater daerah tidak hanya terjadi pada seni wayang,namun juga seni yang lain. Di Medan upaya untuk kembali menggairahkan kehidupan Opera Batak dilakukan sedemikian rupa. Di Yogyakarta seniman dan beberapa institusi terus berusaha untuk melanggengkan kesenian ketoprak dengan berbagai macam konsep dan tawaran pertunjukan yang baru. Di Surakarta dan Jakarta kejayaan Wayang Wong coba lagi dimunculkan dan bahkan mereka memiliki jadwal pemanggungan yang bisa dikatakan tetap. Di Jawa Timur banyak kelompok ludruk yang mulai menerapkan manajemen modern dalam keberlangsungan hidupnya. Hampir di setiap propinsi di Indonesia yang memiliki kesenian teater daerah berusaha membangkitkan kembali kesenian tersebut dan menempatkannya dalam posisi yang seharusnya.
Pada wilayah seni teater modern perkembangan yang terjadi justru semakin menarik dewasa ini. Pesona teater modern dengan berbagai macam atribut yang terkesan intelek dan penuh nuansa pemikiran bukan menjadi satu-satunya pilihan ekspresi. Banyak muncul teater-teater yang mencoba menggali atau membangkitkan lagi semangat teater kerakyatan. Rasa rindu akan tontonan yang lebih memasyarakat mungkin menjadi salah satu pemicunya. Kedekatan hubungan emosional antara pemain dan penonton yang selama ini sering terjauhkan dalam pertunjukan teater modern kembali dimunculkan. Dan efek yang dihasilkannya pun cukup berhasil. Penonton seolah kembali dibawa ke masa lalu.
Kerinduan akan teks-teks teater lama juga sering dimunculkan namun dengan interpretasi dan pendekatan yang baru. Hasilnya memang terkadang sangat mengagumkan, karya lama itu menjadi terlihat baru dan lain. Hal ini seperti yang dilakukan oleh seniman teater daerah yang mencoba memberi semangat baru pada seni-seni lama. Di samping itu seni teater terapan yang lebih menggunakan teater sebagai media pembelajaran juga mulai muncul. Teater semacam ini tidak menampilkan pertunjukan sebagai sebuah karya seni mandiri yang harus diapresiasi sebagamana biasanya. Akan tetapi pentas yang ditampilkan merupakan bagian dari pembelajaran atau memiliki tujuan pembelajaran tertentu yang harus disampaikan kepada penonton. Pementasan teater adalah media penyampai.
Teater sebagai media pembelajaran |
0 Komentar untuk "Teater Indonesia Kontemporer Yang Beragam"