Pasang-surut (Pasut) ialah gerakan naik turunnya muka maritim secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari.
Perhitungan matematis telah mengatakan bahwa gaya tarik bulan yang mensugesti pasang-surut kurang lebih 2,2 kali lebih berpengaruh daripada gaya tarik matahari (Nontji, 2002).
Karena adanya gaya tarik bulan yang kuat, maka penggalan bumi yang terdekat ke bulan akan tertarik membengkak hingga perairan di situ akan pasang.
Pada ketika yang sama, penggalan bola bumi di baliknya akan mengalami keadaan serupa yaitu pasang.
Sementara itu pada sisi lain yang tegal lurus terhadap poros bumi-bulan akan mengalami surut.
Posisi matahari, bulan dan bumi yang menimbulkan pasang purnama
Posisi matahari, bulan dan bumi yang menimbulkan pasang perbani
Bulan berputar mengelilingi bumi (sebagai jawaban rotasi bumi dan bukan dalam arti bulan ber-revolusi mengelilingi bumi) sekali dalam 24 jam 51 detik.
Jika seluruh permukaan bumi tertutup merata oleh air dan hanya bulan saja yang mensugesti (tidak gotong royong matahari) maka suatu lokasi di bumi akan mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari.
Namun, lantaran permukaan lautan sebagai dihalangi daratan benua, pulau, gunung bawah laut, palung yang sangat dalam, dan lain-lain maka keadaan pasang-surut yang ideal tersebut tidak akan terjadi.
Bahkan lantaran imbas kedudukan matahari dan bulan relatif terhadap bumi selalu berubah maka contoh pasang-surut di suatu tempat berbeda-beda.
Apabila bulan dan matahari berada kurang-lebih pada satu garis lurus dengan bumi ibarat pada ketika bulan muda atau bulan purnama, maka keduanya akan saling memperkuat.
Keadaan pasang yang demikian disebut pasang-surut purnama (spring tide) dengan tinggi air yang luar biasa dan melebihi pasang pada umumnya dan sebaliknya surut pun sangat rendah.
Tetapi kalau bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi maka gaya tarik keduanya akan saling meniadakan.
Keadaan pasang ini disebut pasang-surut perbani (neap tide) dengan pasang-surut kecil saja.
Orbit bulan dan orbit matahari terhadap bumi yang tidak benar-benar berbentuk lingkaran, dalam arti ellips, maka kadang kala bulan atau matahari dalam posisi yang terdekat dan/atau terjauh.
Jika bulan atau matahari berada pada jarak terdekat terhadap bumi maka pengaruhnya akan sangat besar.
Selain itu, faktor- faktor yang bersifat lokal ibarat topografi dasar laut, lebar teluk, dan lain-lain menjadikan contoh pasang-surut antara satu tempat dengan tempat lain berbeda-beda.
Dilihat dari polanya, pasang-surut sanggup dibedakan atas:
(1) contoh harian ganda,
(2) campuran, condong ke arah harian ganda,
(3) campuran, condong ke arah harian tunggal,
(4) harian tunggal.
Pada jenis harian ganda, tiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama ibarat di Selat Malaka hingga ke Laut Andaman.
Pada jenis tunggal hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setipa hari, contohnya terdapat di perairan sekitar Selat Karimata antara Sumatera dan Kalimantan.
Pasang-surut ini pengaruhnya mencapai lapisan perairan maritim yang dalam yaitu masih sanggup diukur hingga kedalaman 600 meter.
Pasang-surut memiliki arti penting bagi keselamatan pelayaran. Seorang nakoda kapal harus mengetahui dengan sempurna contoh pasang-surut di suatu dermaga pelabuhan.
Berapa ketinggian air pada ketika pasang sehingga kapalnya sanggup selamat dibawa masuk ke pelabuhan. Jika kisaran pasang-surutnya sangat besar maka kapal sanggup saja kandas atau menambrak dasar perairan.
Di perairan Indonesia, kisaran pasang-surut di Tanjung-priok ialah 1 meter, Ambon sekitar 2 meter, Bagan Siapi- api sekitar 4 meter, sedangkan yang tertinggi di muara Sungai Digul dan Selat Mudi yaitu mencapai 7 – 8 meter.
Perhitungan matematis telah mengatakan bahwa gaya tarik bulan yang mensugesti pasang-surut kurang lebih 2,2 kali lebih berpengaruh daripada gaya tarik matahari (Nontji, 2002).
Karena adanya gaya tarik bulan yang kuat, maka penggalan bumi yang terdekat ke bulan akan tertarik membengkak hingga perairan di situ akan pasang.
Pada ketika yang sama, penggalan bola bumi di baliknya akan mengalami keadaan serupa yaitu pasang.
Sementara itu pada sisi lain yang tegal lurus terhadap poros bumi-bulan akan mengalami surut.
Bulan berputar mengelilingi bumi (sebagai jawaban rotasi bumi dan bukan dalam arti bulan ber-revolusi mengelilingi bumi) sekali dalam 24 jam 51 detik.
Jika seluruh permukaan bumi tertutup merata oleh air dan hanya bulan saja yang mensugesti (tidak gotong royong matahari) maka suatu lokasi di bumi akan mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari.
Namun, lantaran permukaan lautan sebagai dihalangi daratan benua, pulau, gunung bawah laut, palung yang sangat dalam, dan lain-lain maka keadaan pasang-surut yang ideal tersebut tidak akan terjadi.
Bahkan lantaran imbas kedudukan matahari dan bulan relatif terhadap bumi selalu berubah maka contoh pasang-surut di suatu tempat berbeda-beda.
Apabila bulan dan matahari berada kurang-lebih pada satu garis lurus dengan bumi ibarat pada ketika bulan muda atau bulan purnama, maka keduanya akan saling memperkuat.
Keadaan pasang yang demikian disebut pasang-surut purnama (spring tide) dengan tinggi air yang luar biasa dan melebihi pasang pada umumnya dan sebaliknya surut pun sangat rendah.
Tetapi kalau bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi maka gaya tarik keduanya akan saling meniadakan.
Keadaan pasang ini disebut pasang-surut perbani (neap tide) dengan pasang-surut kecil saja.
Orbit bulan dan orbit matahari terhadap bumi yang tidak benar-benar berbentuk lingkaran, dalam arti ellips, maka kadang kala bulan atau matahari dalam posisi yang terdekat dan/atau terjauh.
Jika bulan atau matahari berada pada jarak terdekat terhadap bumi maka pengaruhnya akan sangat besar.
Selain itu, faktor- faktor yang bersifat lokal ibarat topografi dasar laut, lebar teluk, dan lain-lain menjadikan contoh pasang-surut antara satu tempat dengan tempat lain berbeda-beda.
Dilihat dari polanya, pasang-surut sanggup dibedakan atas:
(1) contoh harian ganda,
(2) campuran, condong ke arah harian ganda,
(3) campuran, condong ke arah harian tunggal,
(4) harian tunggal.
Pada jenis harian ganda, tiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama ibarat di Selat Malaka hingga ke Laut Andaman.
Pada jenis tunggal hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setipa hari, contohnya terdapat di perairan sekitar Selat Karimata antara Sumatera dan Kalimantan.
Pasang-surut ini pengaruhnya mencapai lapisan perairan maritim yang dalam yaitu masih sanggup diukur hingga kedalaman 600 meter.
Pasang-surut memiliki arti penting bagi keselamatan pelayaran. Seorang nakoda kapal harus mengetahui dengan sempurna contoh pasang-surut di suatu dermaga pelabuhan.
Berapa ketinggian air pada ketika pasang sehingga kapalnya sanggup selamat dibawa masuk ke pelabuhan. Jika kisaran pasang-surutnya sangat besar maka kapal sanggup saja kandas atau menambrak dasar perairan.
Di perairan Indonesia, kisaran pasang-surut di Tanjung-priok ialah 1 meter, Ambon sekitar 2 meter, Bagan Siapi- api sekitar 4 meter, sedangkan yang tertinggi di muara Sungai Digul dan Selat Mudi yaitu mencapai 7 – 8 meter.
Sumber:
Djakaria, M. Nur. dan Ahmad Yani. 2009. Handout Mata Kuliah Kosmografi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Djakaria, M. Nur. dan Ahmad Yani. 2009. Handout Mata Kuliah Kosmografi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
0 Komentar untuk "Pasang Surut"