image |
Cerita ini dimulai di bulan Mei tahun 2012, ketika saya gres saja selesai dengan perjangan Ujian Nasional SMK.
Saya bukan siswa Sekolah Menengan Atas Negeri yang memang disiapkan untuk masuk dunia kampus, melainkan siswa Sekolah Menengah kejuruan Swasta yang tujuannya sesudah lulus yaitu bekerja di pabrik.
Awalnya saya bersekolah di Sekolah Menengah kejuruan alasannya ingin bekerja sesudah lulus. Namun, sesudah tahu bahwa masa kontrak di PT hanya hingga pada usia 24 tahun, karenanya saya ambil keputusan untuk mencoba peruntungan daftar kuliah.
Kampus negeri.
Saya pilih negeri alasannya biayanya lebih murah jikalau dibandingkan kuliah di swasta.
Oke fix, saya pilih negeri, tepatnya kampus Unnes.
Untuk bisa masuk ke Unnes, ada tiga jalur yang bisa ditempuh, yaitu melalui Jalur Undangan (SNMPTN), Jalur tes nasional (SBMPTN), dan jalur berdikari (SPMU).
Akhirnya saya mencoba jalur yang pertama, yaitu melalui Jalur Undangan. Saya tanya teman-teman dari sma lain bagaimana caranya agar bisa ikut jalur undangan. Apa saja syarat-syaratnya dan bagaimana prosedurnya?
Setelah mendapat gosip yang cukup, karenanya saya coba. Pertama saya hubungi guru BK di sekolah dan menjelaskan keinginan saya untuk ikut seleksi PTN.
Saya harap bisa ikut.
Ternyata keinginan saya tidak terwujud. Rasanya sulit bagi sekolah swasta apalagi SMK, untuk bisa mengikuti jalur seleksi undangan. Ada syarat-syarat njelimet yang harus dipenuhi sekolah. Intinya saya tidak bisa ikut lewat jalur undangan.
Kecewa.
Saya tidak berputus asa dan mencoba untuk jalur yang kedua, yaitu SBMPTN. Untuk ikut jalur ini, tidak peduli dari Sekolah Menengan Atas atau SMK, baik negeri maupun swasta semua bisa ikut. Asalkan kita bisa mengerjakan soalnya dengan benar dan point yang tinggi maka kita bisa lolos.
Supaya bisa mendapat nilai yang tinggi di SBMPTN, saya meminjam buku latihan soal-soal SBMPTN dari Sekolah Menengan Atas lain. Setelah itu saya copy seluruh halamannya dan dipakai untuk berguru dirumah secara mandiri.
Saya tidak daftar les khusus SBMPTN, alasannya orang renta tak ada biaya yang cukup untuk itu.
Tiap hari saya selalu mencoba latihan soal-soal tes yang ada di fotocopian secara otodidak. Beberapa menit membaca, kepala terasa pusing dan semakin bingung.
Materi tes ternyata sangat berbeda denga apa yang saya pelajari di SMK.
Jauuuh berbeda!
Saya ingin mengambil jurusan geografi, sehingga hanya fokus berguru perihal soal-soal IPS. Sering kali buku yang saya baca tersebut ku banting alasannya saking kesalnya dengan soal matematikanya.
Brakk!!!!
Suara buku terbanting di lantai.
Kesal rasanya.
Ibu yang melihatku marah-marah sambil membanting buku hanya bisa mendoakan ku dan berusaha memotivasi agar tidak menyerah.
Ku buka lagi buku tersebut, ku baca...sejam kemudian kubanting lagi.
Ku baca lagi, dan ku banting lagi. Terus menyerupai itu hingga berbulan-bulan.
Rasanya ingin nyerah!
#Motivasi Dendam!
Ada satu bencana yang hingga ketika ini belum bisa ku lupakan.
Pada pertengahan bulan Juni, saya mencoba tiba ke sekolah untuk sekedar mencari info terbaru perihal sekolah dan kumpul bareng teman-teman sekelas.
Ada sekitar 20an sahabat yang duduk-duduk sambil ngobrol santai di depan sekolah. Topik yang kita bicarakan paling hanya lowongan pekerjaan, cewek, dongeng horor dan topik gak penting lainnya.
Ditengah obrolan, ada salah seorang sahabat yang tanya apa rencana sesudah lulus SMK?
Aku pun jawab: "Mau kuliah di Unnes."
Mendengar jawabanku, salah seorang sahabat berjulukan Eko pribadi membalas.
"Apa? kau mau kuliah di negeri?? Ngimpi!": Kata Eko
Mendengar omongan Eko, semua yang ada disitu pribadi tertawa terbahak-bahak.
Lanjut lagi,
"Eh, kalau sampe kau ketrima di Unnes, tak cium bokongmu. Hahahaha...": Kata Eko.
Seketika ucapan eko disambut tawa oleh teman-teman lain. Mereka menertawaiku dengan sangat menyebalkan.
Aku pun pribadi meninggalkan mereka semua dengan perasaan jengkel. Dalam hati saya berkata "Aku harus keterima di Unnes!"
Kejadian ini menciptakan semangatku naik 1000% dari sebelumnya.
#Fix Pilih SPMU
Meskipun semangatku naik, saya membatalkan niat untuk ikut seleksi jalur kedua, atau SBMPTN.
Aku tahu kemampuanku. Rasanya agak tidak mungkin bisa mengerjakan soal-soal tersebut.
Aku memutuskan untuk ikut jalur yang ketiga saja, yaitu jalur berdikari atau SPMU. Pada jalur ini, penyelenggara tes yaitu kampus Unnes sendiri, bukan secara nasional.
Hal yang membuatku yakin bisa lolos pada jalur ini yaitu soal-soal yang diujikan pada jalur SBMPTN menyerupai soal olimpiade, sedangkan kalau SPMU menyerupai soal ujian nasional yang relatif lebih mudah.
Selain itu, pada soal SPMU tidak terjadi pengurangan point apabila kita salah menjawab soal, sedangkan kalau di SBMPTN kita bisa di point -1 (min satu) apabila salah menjawab.
#Berangkat Tes
Pada pertengahan Agustus 2012 ketika sedang masuk bulan ramadhan, saya berangkat ke Semarang untuk menjalani tes SPMU tertulis.
Ini perjalanan yang sangat berkesan alasannya sebelumnya saya belum pernah pergi sendirian ke luar kota. Apalagi ini kota besar.
Aku berangkat ke Semarang sehari sebelum pelaksanaan tes. Perjalanan yang begitu jauh dan melelahkan ku tempuh dengan motor butut warisan kakakku.
Sesampainya di Semarang, saya pribadi bergegas mencari lokasi tes yang tertera di kartu ujian. Waktu itu tempat tesku bukan di Kampus Unnnes, melainkan di Sekolah Menengan Atas dekat Unnes.
Aku tiba di lokasi tes sekitar pukul 22.00 WIB.
Malam hari, sendirian dan gundah mau nginap dimana, alasannya tak ada saudara satupun di kota ini.
Akhirnya alasannya bingung, saya masuk ke Sekolah Menengan Atas Sultan Agung tempat lokasi tes SPMU. Meskipun malam, namun tampaknya lampu ruangan kelas sengaja dinyalakan alasannya banyak calong-calon mahasiswa lain yang tiba kesitu.
Saat ku perhatikan, kebanyakan calon mahasiswa lain tiba bersama orang tuanya. Mereka membawa kendaraan beroda empat dan sudah memesan penginapan.
Lah aku??
Semakin malam, suasana sekolah semakin sepi. Yang kulihat hanya ada tiga anak yang masih bertahan di sekolah. Aku tak tahu apakah mereka juga bernasib sepertiku?
Pukul 24.00 WIB
Pak satpam yang dari tadi hanya duduk di pos satpam mulai berjalan menghampiriku.
Satpam : "Mas, kok ndak pulang? Inikan sudah malam"
Aku : "Iya pak, ini lagi gundah mau pulang kemana."
Satpam : "Belum sanggup kos? Kalau nyari kini ya susah mas sudah malam."
Aku : "Iya pak, soalnya saya juga gres tiba dari Pemalang tadi jam 10 malem."
Satpam : "Tidur di musholah saja mas, itu juga ada temennya 2 orang dari Pati."
Aku : "Beneran pak? terimakasih banyak."
Akhirnya saya bermalam di musholah sekolah.
Di dalam musholah kulihat ada dua anak yang sedang tiduran. Setelah berkenalan, kita dongeng ngalor ngidul perihal tempat masing-masing. Kita pribadi akrab.
Pukul 05.00 WIB
Aku tebangun alasannya mendengar adzan subuh dan segera mengambil air wudhu dan sholat subuh. Suasana masih sepi.
Pukul 06.00 WIB
Para penerima tes mulai berdatangan. Rata-rata mereka tiba dalam keadaan fresh alasannya sudah mandi dan cukup tidur. Berpakaian rapi ala anak kota.
Sedangkan aku....GAK MANDI!
Hahaha.. bodo amat dah penampilan berantakan, yang penting sudah gosok gigi.
#Soal Tes
Kriiiingggg....tanda bel masuk
Aku pun ikut masuk dengan membawa kartu tes yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Lembar demi lembar soal ujian ku buka, ternyata....
GAK ADA SATU PUN SOAL YANG AKU PAHAM
Aku melihat penerima lain sangat serius mengerjakan soal didepannya. Sedangkan saya sangat santai alasannya saking binungnya mau jawab apa.
Akhirnya sesudah berdoa sejenak, ku lingkari tanggapan pada lembar jawab entah benar atau tidak yang penting ku isi semua.
Dua jam kemudian ujian kelar.
Pasrah.
#Pengumuman
Beberapa ahad kemudian sesudah pelaksanaan tes, saya memantau situs SPMU sesuai kegiatan yang ada. Sengaja malam itu tidur larut malam alasannya menunggu pengumuman keluar pukul 00.01.
Tepat tengah malam, pengumumanpun bisa ku buka.
Jreeeenggggg!!!
Aku ketrima!!
Yesss yesss yesss karenanya bisa jadi mahasiswa juga!
Itulah sepenggal pengalamanku mengikuti seleksi SPMU Unnes.
0 Komentar untuk "Pengalamanku Ikut Seleksi Spmu Unnes"