Sahabatku Menjadi Tumbal Pesugihan Perusahaan Ekspedisi

Tulisan ini berisi insiden faktual yang dialami oleh sahabatku, berjulukan Dian. Mungkin jikalau dibaca, susunan alurnya agak kacau dan membingungkan, lantaran memang saya tulis sesuai insiden aslinya.

Isinya sesuai fakta dan tidak dibuat-buat. Adapun nama dan tempatnya sengaja saya samarkan untuk melindungi privasi pihak-pihak yang ada di dalamnya.

#Dian
Aku mempunyai sahabat kecil berjulukan Ardian, atau sering dipanggil Dian. Dia bukan orang orisinil di desaku, melainkan berasal dari Kota Bandung.

21 tahun yang kemudian dia tiba ke kotaku (Pemalang) bersama ayahnya. Orang renta Dian bercerai sehabis beberapa tahun menikah di Kota Bandung.

Dian hidup bersama ayahnya, di Pemalang sedangkan adiknya (bernama Yanto) tinggal bersama ibunya di Kota Bandung. Kedua abang beradik ini berpisah selama bertahun-tahun dan hanya bertemu dikala lebaran.

Di sini (Pemalang), Dian dirawat oleh neneknya berjulukan Mbah Sopi. Ia dibesarkan dalam keadaan yang serba kekurangan dan penuh keprihatinan.

Dian tidak dirawat oleh ayahnya, lantaran ayahnya kini telah menikah lagi bersama perempuan lain dan telah mempunyai dua orang anak.

Jika saya mengingat masa kecil Dian, rasanya sungguh menyedihkan..

#Menikah di Usia Muda
Aku dan Dian sering menghabiskan masa-masa kecil bersama menyerupai layaknya bawah umur kecil lainnya. Kita sering bermain kelereng, rumah-rumahan, wayang, karet, hujan-hujanan, mandi bareng, dan semua serba bareng.

Dian termasuk anak yang berbakat terutama dalam suaranya. Diantara bawah umur seusiaku, bunyi Dian lah yang paling manis ketika adzan dan sholawatan di masjid. Oleh lantaran itu tidak heran kalau dia sering menjadi juara lomba adzan di desa.

Setelah lulus SMP, Aku dan Dian mengambil jalan hidup masing-masing.

Aku melanjutkan studi ke Sekolah Menengah kejuruan sedangkan Dian tetapkan untuk menikah dengan pujaan hatinya di kecamatan sebelah. Semenjak itu, saya jarang sekali bertemu dengannya. Paling-paling kita hanya bisa kumpul bareng dikala hari raya idul fitri.

#Pekerjaan Dian
Dengan bermodalkan ijazah SMP, Dian mencoba melamar pekerjaan sebagai supir di sebuah perusahaan ekspedisi pengiriman barang (kain benang). Ia pun diterima bekerja di perusahaan tersebut.

Adapun tugasnya yaitu mengirimkan barang dari Kota Bandung ke Kota Surabaya. Biasanya dalam satu bulan ia harus mengirimkan barang sebanyak 4 kali perjalanan.

Aku pernah bertanya perihal pekerjaanya sewaktu kita kumpul bareng. Katanya dia betah di perusahaan tersebut lantaran gajinya tidak mengecewakan besar dan cukup untuk menafkahi anak dan isterinya.
Bahkan Dian juga mengajak adiknya (Yanto) untuk ikut melamar kerja sebagai supir di perusahaan tersebut dan akibatnya diterima juga.

Yanto dan Dian kerja bareng di perusahaan tersebut.

#Yanto Kecelakaan
Bulan Agustus tahun 2018 saya menerima kabar jelek dari Yanto. Ia dikabarkan mengalami kecelakaan parah di tol Cipularang jawaban rem blong. Tulang kakinya retak dan harus disambung dengan gips.

Waktu itu saya tidak sempat menjenguknya lantaran jarak antara rumah dan lokasi kecelakaan sangat jauh serta biaya untuk kesana juga tidak ada. Akhirnya saya hanya bisa berdoa yang terbaik untuknya.

Beberapa bulan pasca kecelakaan, Yanto dibawa pulang ayahnya ke Desa ku. Waktu itu saya melihat kaki Yanto terbungkus kain dan diikat sambil jalan pincang sebelah. Namun badannya makin gemuk dan kelihatan sehat-sehat saja.

Aku ngobrol dengannya. Bertanya-tanya perihal kronologi kecelakaannya.

Menurut penuturannya,
Yanto bekerja menyerupai biasa yaitu mengirimkan barang dari Kota Bandung-Surabaya. Seperti biasa, sehabis mengirimkan barang dari Surabaya, ia eksklusif pulang ke Kota Bandung melalui jalan tol.

Ditengah perjalanan dia melihat ada sekelebat bayangan putih yang melintas didepan truknya. Ia tahu kalau bayangan itu ialah kuntilanak yang lewat, lantaran situasinya malam hari dan lingkungan kanan-kiri tol ialah hutan lebat.

Agar merinding, namun tetap santai lantaran ada kernet disampingnya. Mungkin kalau sendirian dia niscaya sudah kencing dicelana.

Akhirnya daripada ketakutan, ia pun melanjutkan perjalanannya dengan kecepatan normal 40-50 km/jam.

Baru melangkah beberapa meter dari lokasi tersebut, tiba-tiba...
Suasana menjadi gelap gulita

Lampu kendaraan beroda empat mati,
dan...

"Duaarrrrr!!!"

Ternyata truknya menabrak kolam truk lain didepannya.

Yanto dan kernetnya pun terjepit tubuh truk dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Namun ia sempat guyon bahwa sewaktu dalam kondisi tergencet ia masih bisa merokok sambil menunggu pertolongan datang.

Setelah berapa menit kemudian datanglah pertolongan dari pihak jasa marga dan dia dievakuasi ke rumah sakit terdekat.

Sepulang dari rumah sakit, Yanto dirawat di rumah ibu kandungnya di Kota Bandung. Anehnya selama masa perawatan di rumah, Ia selalu diganggu makhluk-makhluk tak kasat mata. Makhluk tersebut berwujud nenek renta yang sangat menyeramkan.

Nenek renta tersebut mempunyai rambut berantakan berwarna putih.
Matanya melotot sambil menjunjuk-nunjukkan jarinya ke muka Yanto.
Giginya hitam-hitam dan menjijikan
Kukunya panjang

Pokoknya parno dah kalau ketemu dengan makhluk ini.

Yanto tidak sedang menghayal atau mengigau, lantaran yang melihat si nenek tersebut bukan hanya dirinya, melainkan ibunya pun bisa melihatnya.

Ia diteror selama 40 malam tanpa henti. Teror demi teror terus dilancarkan oleh makhluk tersebut untuk menciptakan kondisi jiwanya semakin lemah. Sebab kalau kondisinya lemah maka ia sanggup dengan gampang diambil jiwanya untuk dijadikan tumbal.

Ibunya tidak tinggal membisu melihat situasi tersebut. Para tetangga dan sanak saudara setiap hari sehabis sholat magrib diminta untuk tahlilan bersama dan mendoakan kesembuhan yanto. Beberapa orang pandai pun didatangkan untuk mengatasi situasi mencekam ini.

Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah akibatnya dia bisa melewati masa-masa sulit tersebut. Yanto pun kini sudah sembuh total dan bisa bekerja menyerupai biasanya. Namun dia tidak kapok untuk bekerja di perusahaan tersebut.

#Giliran Dian Yang Celaka
Setahun kemudian, tepatnya tanggai 12 September 2019 ada info kecelakaan lagi. Kali ini bukan Yanto yang celaka, melainkan Dian, kakaknya.

Ibu   : "Nak, ada kabar buruk."
Aku : "Kabar apa mak?"
Ibu   : "Temenmu, Dian kecelakaa di jalan tol B*****"
Aku : "Beneran mak? Emak sanggup kabar dari siapa?"
Ibu   : "Iya bener, emak barusan sanggup kabar dari keluargannya Dian."
Aku  : "Astaghfirulah, terus kini keadaanya gimana mak?"
Ibu   : "Kata keluarganya sih dia dirawat di rumah sakit Batang, parah katanya."
Aku  : "Para tetangga mau jenguk kapan mak?"
Ibu    : "Tadi emak sudah rembugan sama pakdemu, katanya besok kita bareng-bareng kesana."

Keesokan harinya ibu, kakak, dan para tetangga berangkat bareng untuk menjenguk keadaan Dian. Ternyata gres ku sadari rasana kurang pandai sekali waktu itu saya untuk tidak ikut menjenguknya.
Karena pikirku sudah ada abang dan ibu yang mewakiliki dari pihak keluargaku.

Sore harinya, ibu dan abang pulang.
Aku  : "Mak, gimana keadaan Dian?"
Ibu    : "Kasihan sekali nak, ibu gak tega melihatnya."
Aku  : "Lah kenapa mak?"
Ibu    : "Kaki kanannya remuk parah. Ia juga sempat ngobrol dengan kita"
Aku  : "Ada kemungkinan sembuh mak?"
Ibu    : "Semoga sih bisa, soalnya doyan makan juga, ya kayak orang sehat lah"
Aku  : "Moga-moga cepet pulih mak."

Mendengar kisah ibu, abang dan para tetangga yang ikut menjenguk, tampaknya Dian bisa sembuh total sama menyerupai adiknya waktu itu.

Semoga saja.

Dian dirawat di rumah sakit Batang selama tujuh hari.

Karena dirasa sudah lebih baik kondisinya, akibatnya pada hari ke-8 dia dibawa pulang ke rumah mertuanya.

Waktu itu dari pihak keluarga Mbah Sopi menganggap bahwa Dian bener-benar bisa pulih  dan  tidak ada yang perlu dicemaskan lagi karna sudah dirawat dengan baik oleh mertua dan isterinya.

Namun,
Hari 2 hari sehabis dirawat di rumah mertuanya ternyata apa yang kami harapkan tidak terjadi.

Kami menerima kabar kalau kedaan Dian makin parah.
Ada hal-hal mistis terjadi selama dia dirawat di rumah mertuanya.

Ini benar-benar diluar logika.

Mengetahui hal tersebut dari pihak kami kemudian tetapkan untuk merawat dian di rumah neneknya saja. Karena disini niscaya Dian lebih diurusi.

Selepas isya, Pakdhe tiba kerumah ku.
Pakdhe : "Assalamualaikum..."
Kakak  : "Waalaikumsalam.."
Pakdhe : "Begini mas, maksud kedatangan saya kesini untuk minta tolong ke mas."
Kakak  : "Minta tolong apa Pakde?"
Pakdhe : "Saya mau sewa kendaraan beroda empat untuk menjemput Dian untuk dirawat ke sini saja."
Kakak  : "Lah kenapa Pakdhe? Bukannya dian sudah dirawat istrinya?"
Pakdhe : "Keadaan Dian makin parah."
Kakak  : "Yasudah Pakdhe, besok saya siapkan mobilnya jam 8."
Pakdhe : "Terimakasih mas."

23 September 2019
Keesokan harinya, kakak, pakdhe, dan ayahnya Dian berangkat menuju rumah mertuanya Dian. Kesan pertama yang dilihat abang waktu itu ialah Dian benar-benar sangat memprihatinkan.

Keadaanya sangat berbeda dibandingkan sewaktu di rumah sakit. Ia yang waktu itu segar kini menyerupai mayat hidup. Tubuhnya kurus kering dan kulitnya menghitam.
Hanya bisa meneteskan air mata kalau melihat kondisinya.

Tak butuh waktu lama, mereka bertiga kemudian membawa pulang Dian untuk dirawat di rumah. Sesampainya dirumah, hanya isak tangis yang terdengar dari keluarga dan para tetangga yang melihatnya. Mereka semua tak tega melihat kondisi Dian yang begitu parah.

Waktu itu saya tiba dan melihat kondisinya. Dian memang benar-benar kurus menyerupai tanpa daging. Ia lemas lunglai tak bertenanga meskipun bisa sedikit bicara.  Aku bertanya kenapa kok keadaanya menjadi separah ini sehabis dirawat di rumah mertuanya?

Akhirnya dia bercerita...
Sebelum kecelakaan terjadi, dia melihat sesosok bayangan putih yang melintas didepan truknya. Seketika itu pandangannya gelap gulita.

Tiba-tiba...

Bruk!!!

Truknya telah menabrak kolam truk lain yang ada didepannya. Kejadian ini sama persis dengan yang pernah dialami adiknya setahun yang lalu.

Sesaat sehabis mengalami tabrakan, Dian merasa seolah-olah ruh nya terangkat ke atas dan dia dengan terperinci melihat tubuhnya sedang terjepit truk.

"Aku niscaya mati."Kata Dian.

Namun sesaat kemudian Ia sempat mengucapkan syahadat dan mengingat Allah.

"Ashadu allaa illaa haillallaahh......."Ucap Dian.

Tiba-tiba ssstttttt......Ruhnya kembali lagi ke tubuhnya.

Matanya terbuka, dia sadar kalau dirinya masih hidup. Dengan sekuat tenaga ia berusaha keluar dari truk dan mencari pertolongan.

Ia kesakitan lantaran tercepit body truk yang rengsok, tetapi sehabis beberapa usang kemudian ia bisa keluar dan berbaring di jalanan sambil menunggu pertolongan datang.

Seminggu sehabis pulang dari rumah sakit, Dian dibawah pulang dan dirawat di rumah mertuanya. Namun dia dan keluarganya sering mengalami insiden ganjil. Katanya setiap jam 11 malam Ia selalu didatangi sosok-sosok gila menyerupai orang renta dengan muka menyeramkan, makhuk tinggi besar bertaring, dan sosok-sosok lain yang menakutkan. Makhluk-makhluk tersebut ingin membawanya menuju ke alam lain.

Mereka terus mengganggu Dian dan keluarganya sepanjang malam dan akan berhenti ketika menjelang subuh. Akhirnya Dian, Istrinya, dan Ibu mertuanya ikut jatuh sakit lantaran menghadapi situasi tersebut.

Dian tidak berhalusinasi belaka, lantaran yang melihat perwujudan makhluk tersebut bukan hanya dia, melainkan istri dan ibu mertuanya juga melihatnya. Makhluk itu benar-benar ada dan menerornya.

Karena saking takutnya, Dian hingga tidak bisa tidur selama tiga hari berturut-turut. Hingga akibatnya dia tidak doyan makan sedikitpun. Itulah yang menimbulkan keadaanya makin bertambah buruk. Pernah

Pernah juga suatu malam ketika ia sedang sendiri, tiba-tiba saya tubuhnya dibanting dari tempat tidur dengan keras. Padahal kalau kita lihat, rasanya tidak mungkin ia bisa bergerak sendiri dari tempat tidur dengan kondisinya yang demikian.

Untuk bisa duduk saja, ia perlu pinjaman dari orang lain, apalagi untuk turun dari tempat tidur. Oleh lantaran itu, saya bekesimpulan kalau jatuhnya Dian dari tempat tidur memang lantaran dibanting oleh makhluk-makhluk tersebut.

Mertuanya tidak tinggal diam. Mereka sempat mengundang beberapa orang pandai ke rumahnya, namun tidak ada satupun yang bisa menanganinya. Karena makhluk yang mengganggu Dian bukanlah makhluk  sembarangan. Ia bukan jin biasa, melainkan Jin kiriman orang lain.

Waktu itu saya hanya berpikir mungkin saja makhluk yang mengganggu Dian ini ialah makluk yang ada di jalan tol. Mereka mungkin tidak terima atas kelakuan Dian selama mengemudi di tol sehingga membuatnya kecelakaan dan mengganggunya hingga di rumah.

17.45 WIB
Dian berteriak-teriak ketakutan sambil menangis. Orang-orang disekitarnya juga ikut mencicipi takut. Kami berusaha untuk membaca doa sebisanya dan berusaha mengusir makhluk halus yang mendatangi Dian meskipun tak ada satupun dari kami yang bisa melihatnya. Kalau dilihat dari ekspresinya Dian memang benar-benar sedang diganggu. Sesaat kemudian dia tenang.

Kami bertanya bergotong-royong apa yang terjadi?
Kata dian, sewaktu dia berteriak-teriak Ia melihat ada sesosok nenek renta menyeramkan. Ia berkata dalam bahasa sunda yang artinya "aku akan membawa enam temanku untuk menjemputmu!". Sosok nenek tersebut berkata sambil menunjuk-nunjuk dirinya dengan muka menyeramkan.

Dari insiden ini saya semakin yakin kalau Dian bukan diganggu oleh makhluk biasa, tetapi dia diganggu oleh makhluk peliharaan. Ia akan dijadikan tumbal pesugihan.

19.30 WIB
Aku dan para tetangga berkumpul di rumah orang renta Dian untuk begadang menjaganya. Kami berjaga-jaga kalau-kalau nanti malam terjadi serangan dari makhluk gaib.

Dian ditempatkan di ruang tamu dan tidur di kasur tanpa dipan untuk mencegah biar tidak dibanting lagi oleh makhluk  halus.

Disitu saya melihat kondisi Dian  makin parah.

Ia merasa kepanasan menyerupai terbakar. Ia selalu minta dikipasin supaya tidak merasa panas. Ia selalu minta minum-minuman yang dingin, namun sehabis meminum sesuatu dia selalu memuntahkannya.

Setiap kali ia makan sesuatu niscaya beberapa detik kemudian ia akan muntah. Begitu juga ketika ia minum. Kondisi ini menimbulkan perutnya benar-benar dalam keadaan kosong. Seharusnya ia segera dirujuk ke rumah sakit, akan tetapi saya ragu ia bisa bertahan hidup.

Aku sempat mengobrol dengannya dan memijat-mijat tangannya. Dalam hati kecil saya menangis mengingat masa-masa indah yang pernah kita lalui bersama.

Ia sempat tertidur namun paling usang hanya lima menit, sehabis itu ia bangun. Tidur lagi lima menit bangkit lagi, terus menyerupai itu berulang-ulang.

Aku tak tega melihatnya..

22.15 WIB
Sewaktu kami sedang menjaganya tiba-tiba ia berteriak-teriak ketakutan sambil menangis. Ia menunjuk-nunjung ke arah atap.
Dian            : "Pak itu... itu di atas!"
Bapak Dian : "Nyebut nak, nyebut...."
Dian            : "Takut pak!"

Melihat kondisi tersebut kita segera berusaha mengusirnya dengan semampunya. Ada yang seolah-olah memukul ke arah atap, ada yang membaca ayat kursi, ada yang menyebut asma Allah, dan saya berusaha membaca ayat Al Quran. Suasanya menjadi riuh.
Beberapa menit kemudian Dian damai kembali.

Akhirnya dari pihak keluargannya berusaha memanggil orang pandai di desa kami namanya Pak T.
Setelah dia tiba dan membacakan doa-doa, akibatnya Dian terlihat lebih damai menyerupai sedia kala. Pak T ikut begadang bersama kami hingga pukul 01.00 WIB. Kami sempat ngobrol ngalor ngidul bersama Pak T perihal makluk-makhluk goib di tanah Jawa.

HARI KE-12
02.30 WIB
Aku lihat masih banyak tetangga yang ikut begadang dan sehabis melihat kondisi Dian yang agak baikan, dalam artian tidak berteriak-teriak ketakutan, saya tetapkan pulang ke rumah untuk beristirahat. Akupun pulang dan tidur.

07.00 WIB
Aku menerima kabar kalau kondisi Dian semakin parah. Sepertinya gejala janjkematian mulai muncul. Kata tantenya, Dian tiba-tiba minta wudlu dan secara lantang membaca ayal Al Quran. Ia juga minta dibersihkan badannya. Kondisi ini menjadikan tangis bagi orang-orang disekitarnya.

08.00 WIB
Dian dirujuk ke rumah sakit memakai kendaraan beroda empat desa. Waktu itu saya ikut mengantarnya. Aku melihat kondisinya sudah tidak berdaya. Ia lebih lemah dari kemarin, dan tampaknya inilah hari terakhir saya bisa bicara dengannya. Aku hanya bisa berdoa yang terbaik untuknya.

19.00 WIB
Dian menjalani operasi. Setelah beberapa jam dioperasi, dia tidak dibawah ke ruang rawat inap melainkan dibawa ke ruang ICU. Sebuah ruang tanpa harapan. Ia kritis dan tidak sadarkan diri selepas operasi. Aku yang mendengar kabar ini semakin yakin kalau ini ialah saat-saat terakhir kehidupan sahabatku.

Sebelum operasi dilakukan, Budhe memanggil orang pandai untuk menghalau makhluk pesugihan yang kemungkinan akan mengganggu jalannya operasi Dian.

Kata orang pandai tersebut, memang benar ada enam makhluk pesugihan yang akan mengganggu Dian. Salah satunya berwujud buto ijo dengan perawakan besar, bermata lebar, dan sangat menyeramkan.

Makhluk-makhluk tersebut berdiri di sekitar kamar tempat Dian terbaring lemas. Mereka benar-benar menginginkan nyawa Dian.

Melihat situasi ini, orang pandai tersebut berusaha menangkap makhluk-makhluk itu dan memasukannya ke dalam botol.

"Ada lima yang tertanggkap, tetapi yang satu lagi amat sulit", Kata Orang Pintar.

(Kemungkinan, satu makhluk inilah yang nantinya merenggut nyawa Dian sehabis dilakukan operasi, pikirku)

21.00 WIB
Aku dan Arul berinisiatif untuk mengaji di rumah Dian. Kita berdua berusahan mendoakan kesembuhannya. Kurang lebih satu setengah jam kami membaca surah Yasiin berulang-ulang.

22.30 WIB
Ada abnormalitas yang terjadi. Tepat di samping rumah orang renta Dian ada sebuah sangkar ayam yang berisi sekitar 20 ekor ayam. Tiba-tiba saya mendengar bunyi ayam yang sangat gaduh. Semua ayam tersebut berkokok seolah-olah melihat sesuatu yang sangat menyeramkan. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Aku dan temanku hanya bisa menduga-duga ada apa gerangan? gejala apa ini?

22.50 WIB
Aku tetapkan pulang ke rumah untuk beristirahat. Ditengah jalan saya bertemu dengan Pakdhenya Dian yang sedang berjualan mie ayam di pinggir jalan. Aku sempat mengobrol dengannya perihal perkembangan kondisi Dian. Katanya Dian masih belum sadarkan diri semenjak operasi dilakukan, ia masih dalam keadaan koma.

Ada hal yang gres ku ketahui perihal kecelakaan Dian dari penuturan Pakdhennya.
Menurut Pakdhenya, sebelum Dian mengalami kecelakaan, ia sempat menemui hal-hal ganjil di perjalanan.

Waktu itu dia sedang menyetir dini hari menyerupai biasanya di jalan tol. Tiba-tiba ada sosok putih yang lewat didepannya, menyerupai mirip selendang. Ia menabrak sosok tersebut. Setelah menabraknya, ia kemudian berhenti di warung makan untuk beristirahat. Keesokan harinya ia menyidik kondisi truknya yang tadi malam seolah-olah menabrak sosok putih. Ternyata tidak ada bekas penyok atau darah di truknya.

Namun, pada penggalan atas kepala truk, ada aneka macam abu yang menutupi hampir seluruh penggalan kepala truk. Bahkah abu tersebut sangat tebal dan sulit dibersihkan. Ini benar-benar aneh. Padahal kalau abu biasa tidaklah setebal itu.

(Aku berpikir, insiden ini menyerupai mirip yang penah dialami Yanto, adik kandung Dian).

Selesai membersihkan abu yang ada di tubuh truk, Dian kemudian melanjutkan perjalanan ekspedisinya mengirimkan barang ke Kota Bandung. Dari pagi, siang, hingga malam dia masih dijalanan. Menjelang dini hari ia melihat sesosok putih-putih lagi dan tiba-tiba pandangannya menjadi gelap, menyerupai mirip yang pernah dialami Yanto.

Sesaat kemudian... brukkk!!!

Setelah membuka mata, ternyata ia mendapati dirinya menabrak penggalan belakang truk didepannya. Ia mengalami goresan parah hingga menciptakan kepala truk menjadi seperti gepeng. Dengan sekuat tenanga ia berusaha untuk keluar dari tubuh truk yang telah rengsok tersebut. Ia berusaha mencari bantuan.

Itu fakta yang gres saya ketahui dari kisah Pakdenya. Dari ceritanya tersebut saya semakin yakin kalau perusahaan tempatnya bekerja telah menjadikan dirinya sebagai tumbal pesugihan.
Namun, bukti ini belum cukup kuat.

23.05 WIB
Ketika sedang asik mengobrok dengan Pakdenya Dian, tiba-tiba ada kabar kalau Dian telah meninggal dunia. Seketika itu saya mendengar bunyi tangis keras dari orang-orang disekitar rumahnya Dian.

23.50 WIB 
Aku bersama para tetangga mempersiapkan segala sesuatu yang diharapkan untuk acara pemakaman. Dan mayat pun tiba di rumah duka.

HARI KE-13
09.00 WIB
Ibu kandung Dian beserta keluarga besarnya dari Bandung tiba di rumah duka. Melihat tubuh anaknya terbujur kaku, ibunya pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar, ia hanya bisa menangis terisak-isak. Kami yang melihat suasanya tersebut ikut meneteskan air mata kesedihan murung yang dalam atas kepergian Dian selamanya.

14.00 WIB
Jenazah sahabatku akibatnya dimakamkan di tempat pemakaman umum di desa. Hal yang menciptakan ku heran ialah selama seminggu sehabis kematiannya para tetangga merasa merinding setiap kali malam datang. Aku juga merasa demikian. Padahal biasanya kalau ada tetangga yang meninggal rasanya biasa saja dan tak ada rasa takut atau merinding. Tetapi kali ini suasanya terasa mencekam di sekitar rumahnya Dian. Menurut penuturan orang pintar, lelembut atau makhluk halus yang menyerang Dian masih ada selama beberapa hari sehabis meninggalnya Dian.

Semoga semua itu tidak benar. Dan semoga Dian tidak mejadi tumbal pesugihan bosnya. Semoga arwahnya damai di sisi Nya. Amin...

Selamat jalan sahabatku.



Hari Ke-15
Tiga hari sehabis pemakaman Dian, Yanto mampir ke rumah Mbah Sopi sehabis melaksanakan pengiriman barang dari Surabaya. Sebenarnya Yanto ingin sekali melihat eksklusif mayat kakaknya, namun apa daya waktu itu dia sedang di luar kota.

Baru hari ini dia bisa tiba di desa ku.

Kepulangan Yanto ke sini membuka perkara ini sejelas-jelasnya. Semua dugaanku benar adanya.

Aku     : "To, kau pulang kapan?"
Yanto  : "Ini barusan mas, tadi jam 11 malem."
Aku     : "Truk yang kau kendarai kok gres To?"
Yanto  : "Biasalah mas, kalo habis kecelakaan ya bos niscaya beli truk baru."
Aku     : "Hah? maksudnya gimana To?"
Yanto   : "Begini mas........"

Yanto kemudian bercerita panjang lebar perihal semuanya.

Beginilah kronologi lengkapnya.

Beberapa bulan sebelum insiden kecelakaan yang menimpa kakaknya, ternyata ada hal-hal ganjil yang terjadi padanya.

Kata Yanto, Kakaknya itu merupakan karyawan yang paling disayangi oleh bosnya. Ia sering diberikan uang bonus yang banyak. Ia juga diberikan mess gres beserta perabotan lengkap.

Pokoknya ia benar-benar dimanjakan.

Sebenarnya ibu mertua Dian dan Ibu kandungnya sudah curiga akan hal ini. Ibu Dian curiga kalau-kalau Dian akan dijadikan tumbal pesugihan oleh bosnya. Namun meskipun sudah diperingatkan oleh ibunya, Dian tetap saja bekerja menyerupai biasa dan tidak menaruh rasa curiga pada perlakukan bosnya.

Beberapa minggu sebelum kecelakaan, Dian sempat diajak bosnya ke kawasan Jawa Timur.

(Yanto tidak menyebutkan tempatnya, namun berdasarkan dugaanku, Dian diajak ke gunung kawi).

Dian diajak ke suatu tempat pesugihan. Dian juga tahu kalau tahun ini akan ada tumbal pesugihan dari bosnya tersebut.

(aku benar-benar kaget mendengarnya!)

Dian juga sempat bercerita pada adiknya.

Dian    : "To, saya kemarin diajak bos nih."
Yanto  : "Kemana?"
Dian    : "Biasalah, hobinya bos."
Yanto   : "Kesana?"
Dian    : "Iya. Kira-kira tahun ini siapa yah yang ditumbalkan?"
Yanto   : "Mungkin karyawan yang nakal."

Dari percakapan tersebut, bisa saya simpulkan kalau Dian sudah tahu persis kalau bos nya tersebut merupakan pemuja setan. Dan dia juga tahu kalau tahun ini akan ada karyawan yang ditumbalkan.

Namun Dian tak menyangka kalau dirinya lah yang bakalan jadi tumbal. Soalnya dia mengira bosnya tersebut nrimo menyayanginya. Dian mengira kalau dia ialah karyawan yang paling baik dan rajin sehingga paling disayang bos.

Padahal bergotong-royong perhatian bosnya tersebut ada  maunya. Seperti kaya pepatah "ada udang dibalik batu".

Semua sudah jelas.

Dian ialah tumbal pesugihan bosnya.

Sebelum mengetahui hal ini, bergotong-royong saya sangat benci dengan bosnya. Tega-teganya dia mengorbankan sahabatku. Namun, sehabis mengetahui fakta ini, saya hanya menyesalkan perilaku Dian.  Kenapa dia tidak segera resign ketika sudah tahu kalau bosnya ialah pemuja setan.

Dian,... nasibmu malang sekali.

Mungkin di alam sana kau sedang bekerja menjadi budak setan. Semoga saja tidak.

Aku harap begitu.

Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu.

Selamat jalan kawanku...


#UPDATE
Semenjak pemakamannya, suasana sekitar rumah mbah Sopi (tempat Dian meninggal) menjadi sangat horor.

Rumah mbah Sopi terletak sempurna di belakang rumahku.

Setiap malam dikala saya mau ke toilet, entah mengapa rasanya merinding, seolah-olah ada makhluk tak kasat mata yang mengawasiku.

Mungkin saya agak parno apa yah? (Pikirku).

Sehari, dua hari, tiga hari, saya selalu merinding setiap mau ke toilet. Akhirnya saya pun kisah ke budhe yang kebetulan rumahnya berjarak 15 meter dari rumah mbah Sopi.

Apa respon budhe??

Tak ku duga, ternyata budhe juga mencicipi hal yang sama. Bahkan seluruh keluarga budhe juga merasa merinding setiap mau ke toilet di malam hari.

Bahkan semua tetangga ku juga mencicipi hal yang sama.

Ini gila 🤔

Akhirnya saya pun ingin tau dan nyoba tanya-tanya ke padheku yang kebetulan punya kemampuan supranatural.

Kata Padhe, rumah mbah sopi masih dijaga oleh jin rewangan bosnya Dian. Bentuk jin tersebut menyerupai raksasa menyeramkan berwarna merah dengan mata sangat besar dan rambut acak-acakan.

Itulah yang menimbulkan aura di sekitar rumah mbah sopi terkesan horor.

Awalnya saya ragu dengan kisah Padhe. Namun selang beberapa hari ada insiden dimana anak tetangga ku berjulukan Ria (12 tahun) menangis histeris di malam hari lantaran melihat sosok hantu di atas rumah mbah Sopi.

Saat ku tanya, Ria menjelaskan ciri-ciri hantu tersebut persis menyerupai yang pernah Padhe jelaskan padaku.

Dari sinilah saya gres yakin kalau jin tersebut masih bersarang di rumah mbah Sopi hingga 40 hari.

Setelah genap 40 hari peringatan meninggalnya Dian, barulah sosok tersebut kembali ke majikannya.

Benar saja, pasca malam ke-40, aura mistis di rumah mbah sopi sudah tak terasa lagi.

Related : Sahabatku Menjadi Tumbal Pesugihan Perusahaan Ekspedisi

0 Komentar untuk "Sahabatku Menjadi Tumbal Pesugihan Perusahaan Ekspedisi"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)