Halo gan, kali ini saya mau membuatkan pengalaman horor yang pernah saya alami ketika kuliah lapangan (KKL) di Gunung Kelud, Jawa Timur.
Pengalaman ini terjadi pada tahun 2014.
Waktu itu saya masih menjadi mahasiswa semester empat di jurusan geografi.
Di dalam kurikulum pendidikan gografi, ada yang namanya matakuliah KKL. KKL yaitu mata kuliah yang dilaksanakan di luar kelas atau di lapangan.
KKL ini hampir menyerupai dengan kegiatan Studi Wisata di Sekolah Menengan Atas namun dalam pelaksanaanya, dalam kegiatan KKL lebih banyak penelitiannya dibandingkan wisatanya.
Di dalam KKL tersebut, kita akan praktik eksklusif ke lapangan untuk menerapkan teori-teori yang dipelajari selama di kelas.
Misalnya kita mempraktekkan cara mengukur suhu udara, mengidentifikasi jenis tanaman dan batuan, wawancara dengan warga, dan sebagainya.
Karena kita mahasiswa geografi, maka objek yang dipilih dalam KKL yaitu objek-objek alami, contohnya gunung, pantai, hutan, danau.
Jika kalian kuliah di jurusan hukum, mungkin saja objek KKL nya yaitu pengadilan. Jika kuliah di sejarah, mungkin objek KKL nya di situs kerajaan-kerasaan masa kemudian atau museum sejarah.
#Desa Sugih Waras
Beberapa bulan sebelum kegiatan KKL dilangsungkan, kami dari panitia KKL yang terdiri dari beberapa orang mahasiswa, mengadakan rapat pemilihan lokasi pelaksanaan KKL.
Sesuai akad antara mahasiswa dan dengan persetujuan dosen-dosen pengampu, akibatnya kita pilih KKL di Desa Sugiwaras, Jawa Timur yang terletak di kaki Gunung Kelud.
Alasan utama kenapa kita menentukan Gunung Kelud sebagai objek studi KKL, lantaran pada ketika itu sedang terjadi erupsi Gunung Kelud sehingga akan sangat pas apabila dikaji atau diteliti.
Adapun fokus utama penelitan kita disana yaitu untuk mengetahui pengaruh letusan Gunung Kelud terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Dampak Erupsi Gunung Kelud Tahun 2014 (sumber) |
Bulan Mei 2014 rombongan mahasiswa KKL berangkat dari Kampus Unnes menuju ke Desa Sugihwaras dengan menggunakan 4 armada bus besar. Adapun jumlah rombongan sekitar 160an mahasiswa dan 8 dosen.
Perjalanan dari Semarang ke Gunung Kelud berjalan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
Ini gres pertama kalinya saya melaksanakan perjalanan ke jauh ke Jawa Timur. Sebenarnya ingin rasanya menikmati pemandangan sepanjang jalan, akan tetapi situasi tidak memungkinkan.
Saya bertugas sebagai panitia seksi pendidikan atau Sie Didik. Tugas ini cukup menciptakan kepala cenut-cenut lantaran harus memikirkan jalannya kegiatan penelitian, pembuatan laporan, proses diskusi, menyiapkan petalatan penelitian, dan sebagainya.
Pusing?
Gak doyan makan selama kegiatan?
Iya, jelas. Tapi tak apa lah berjuang demi teman-teman.
#Tiba Di Lokasi Penelitian
Setibanya di desa Sugihwaras, kami disambut oleh Pak Kades beserta seluruh perangkat desa dengan antusias dan penuh keramahan.
Pak Kades memperlihatkan sambutan singkat, memperkenalkan perangkat desa, dan menjelaskan kondisi desa serta keadaan masyarakatnya.
Setelah upacara penyambutan, rombongan mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 8-10 orang mahasiswa.
Setiap rombongan menempati satu homestay atau daerah penginapan. Penginapan tersebut bukanlah hotel atau wisma, melainkan rumah penduduk yang disewakan selama beberapa hari untuk ditempati mahasiswa.
Homestay yang bersih, pemilik rumah yang ramah, desa yang sejuk.. menciptakan kita nyaman berada disini.
Kita nyaman disini...
#Masalah Parkir Bus
Setelah para mahasiswa menempati homestay masing-masing, ternyata ada sedikit permasalahan. Bus yang kami tumpangi berukuran besar sehingga jikalau diparkir di jalan utama desa, maka akan mengganggu kegiatan masyarakat.
Hal ini dikarenakan lebar jalanan utama di desa ini agak sempit, apalagi jikalau ditambah dengan tubuh bus.
Jalan desa |
Ini foto museumnya.
Museum Teater Gunung Kelud (sumber) |
Jarak antara lokasi parkir tersebut dengan balai desa kita kira-kira 3 km.
Lokasi parkir atau museum tersebut jauh dari permukiman penduduk lantaran terletak di erat puncak gunung. Disana ramai jikalau siang hari lantaran banyak wisatawan yang datang, akan tetapi keadaanya menjadi sunyi sepi ketika malam tiba.
Empat armada bus menuju daerah parkir.
Dan dilema parkir selesai.
Parkir bus menutupi jalanan desa |
Kegiatan malam pertama di desa Sugihwaras yaitu berkumpul di Balai Desa bersama tokoh masyarakat untuk mendengarkan klarifikasi ia ihwal hal-hal yang berkaitan dengan gunung kelud dan masyarakat sekitar gunung.
Aku yang waktu itu dalam kondisi lelah hanya sedikit mendengarkan dan banyak tiduran di tengah-tengah acara. Entah apa yang dijelaskan saya lupa.
Satu jam....
Dua jam....
Dan program malam selesai....
Selesai program malam, rekan-rekan mahasiswa berbondong-bondong menuju homestay masing-masing untuk beristirahat menyiapkan segala sesuatunya untuk kegiatan esok hari.
Namun, saya dan beberapa orang panitia KKL masih berkumpul di balai desa untuk merencanakan kegiatan penelitan besok.
Saat kami sedang berbincang-bincang di Balai Desa, salah seorang sahabat kami tiba dan melaporkan suatu kejadian.
"Lapor pak ketua, ini saya lihat bus kita kok turun lagi dan parkir di depan balaidesa, padahal kan kita sudah menyuruh mereka untuk parkir di puncak?": Tanya Edho.
"Halah gimana sih sopirnya (nada emosi)"Kata Ketua
Ketua panitia kemudian segera menemui sopir bus dengan perasaan jengkel lantaran tidak mereka tidak memenuhi seruan panitia.
"Pak, gimana sih tadi kan sudah saya suruh untuk parkir di puncak, kenapa turun lagi ke bawah? Kan ganggu!"Kata Ketua Panitia.
Para sopir hanya membisu saja dengan tampang kecut dan muka ketakutan.
Aku yang waktu itu ikut menemani Pak Ketua yang lagi marah-marah, jadi gundah dengan ekspresi pak sopir.
Aku membisu sejenak.
Dari dalam bus terdengar lantunan ayat-ayat Al Alquran yang di stel melaui audio bus.
Kami heran dan bertanya-tanya sebetulnya apa yang terjadi??
Beberapa menit kemudian.... barulah para supir bus bercerita.
Berikut ini penuturan mereka:
Setibanya kita di Desa Sugihwaras, para sopir segera menuju lokasi puncak Gunung Kelud tepatnya di Objek Museum Gunung Kelud sesuai isyarat panitia. Mereka berkumpul disana dan berbincang-bincang menyerupai biasa.
Tak ada yang aneh.
Ketika sudah semakin malam dan cuaca dingin semakin menusuk tulang, salah seorang supir ada yang kebelet kencing. Sebut saja Bejo.
Bejo mencari lokasi kencing di sekitar gedung museum yang gelap dan isinya semak-semak. Disitu dia kencing dengan enaknya. Setelah selesai, dia gres sadar jikalau di lokasi tersebut ada beberapa makam. Namun lantaran Bejo itu orangnya agak ndablek, dia dingin saja dan gabung kembali ke teman-temannya.
Beberapa menit kemudian, Bejo mulai melihat penampakan pocong, kuntilanak dan bawah umur kecil di sekitar lokasi. Awalnya hanya bejo yang melihatnya, kemudian supir yang lain juga ikut melihatnya.
Meskipun ada beberapa orang supir di daerah tersebut, namun lantaran suasana gelap dan terkesan menakutkan disertai penampakan-penampakan yang mengerikan akibatnya supir-supir tersebut ketakutan.
Karena saking takutnya akibatnya mereka tetapkan untuk masuk kedalam bus, menyetel MP3 Al Alquran dan kabur dari daerah tersebut secepatnya.
Mereka menentukan untu parkir di depan Balai desa lantaran disana ada banyak orang dan erat permukiman warga.
Nah, dari dongeng tersebut, akibatnya kami dari Panitian KKL paham dan memaklumi para sopir yang tidak mematuhi seruan kami. Aku pun juga ikut merinding mendengar dongeng mereka dan segera menuju homestay untuk berkumpul dengan anggota kelompokku.
#Keesokan Harinya
Keesokan harinya dongeng tersebut eksklusif menyebar dari ekspresi ke mulut. Ada yang percaya ada juga yang tidak.
Jam 7 pagi seluruh mahasiswa dikumpulkan di balai desa untuk brefing ihwal pelaksanaan penelitian. Acara di hari ini yaitu mengumpulkan data ihwal pengaruh sosial yang dialami masyarakat melalui wawancara.
Dari panitia KKL menjelaskan teknis lapangan yang dilakukan untuk pengumpulan datanya, siapa saja yang diwawancara, instrumen, waktu pelaksanaan, dan seterusnya.
Ditengah-tengah klarifikasi yang dilakukan oleh panitia, salah seorang sahabat kami bertanya ihwal kronologi tragedi tadi malam ihwal teror yang dialami sopir. Aku pun menjelaskan kejadiannya.
Setelah selesai menjelaskan, temanku di belakang juga ikutan dongeng horor.
Dia bercerita jikalau anggota kelompoknya juga mengalami hal mistis selama di homestay.
Kejadian mistis tersebut terutama dialami oleh mahasiswi yang sedang menstruasi. Dimalam hari ketika waktunya tidur, salah seorang dari mereka mendengar suara-suara asing di dapur homestay.
Mulai dari bunyi tangis, wanita cekikikan dan hawa yang mencekam.
Dihomestay yang lain juga ada mahasiswi yang melihat bawah umur kecil berlarian di dapur ketika tengah malam.
Ada juga yang melihat penampakan mengerikan, bagi mahasiswi yang tingkat kepekaanya tinggi.
Entahlah, mungkin mereka semua diganggu lantaran sedang dalam keadaan tidak suci, dan mungkin para setan yang ada disitu hanya pengen kenalan saja.
Alhamdulillah selama kami di desa tersebut tidak ada mahasiswa yang mengalami kerasukan. Kami baik-baik saja.
#Wawancara Warga
Setelah pembekalan di balai desa, kita eksklusif membentuk kelompok-kelompok kecil dan berpencar untuk melaksanakan kegiatan wawancara dengan warga desa.
Kita sudah dibekali instrumen yang detail dan rempong yang telah dibentuk oleh panitian sesuai dengan seruan dari dosen pembimbing.
Kebanyakan isi pertanyaan dalam instrumen berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang telah terdampak erupsi kelud.
Kami hanya mengambil sampel beberapa warga untuk tiap dusunnya. Jadi, tidak semua warga desa diwawancarai. Meskipun hanya sampel doank, tetapi rasanya melelahkan juga.
Kurang lebih 4 jam kita berjalan keliling desa untuk melaksanakan kegiatan wawancara.
Setelah kegiatan wawancara selesai, kita kembali lagi ke balai desa untuk melaksanakan pengolahan data hasil penelitian. Dan pada malam harinya dilanjutkan dengan kegiatan diskusi hasil penelitian.
#Pulang
Dua hari penelitian di desa Sugihwaras, pengambilan data, diskusi, dan akibatnya kegiatan penelitanpun selesai. Kami pun pulang menuju Semarang.
Awal perjalanan pulang, semula berjalan lancar. Kita pulang dengan empat bus yang sama.
Namun, ada beberapa mahasiswa yang melanggar aturan panitia tetang daerah duduk.
Sebenarnya setiap mahasiswa sudah ditentukan di bus mana mereka duduk. Misalnya Toni duduk di bus 4, Jono di bus 3, dan seterusnya. Namun lantaran alasan beranekaragam Toni yang seharusnya duduk di bus 4 malahan pindah ke bus 3.
Akibatnya salah satu bus ada yang penuh sesak denagan mahasiswa dan ada juga yang dua baris di kursi belakang kosong.
Dan....inilah horor berikutnya
Di dalam bus |
Dari keempat bus tersebut, yang paling apes yaitu bus 2. Entah kenapa bus tersebut mengalami sial berkali-kali.
Pertama, bus menyenggol rambu-rambu jalan sehingga menjadikan potongan spion bus rusak.
Kedua, bus apes lagi lantaran tiba-tiba mogok.
Ketiga, bus menyenggol kendaraan beroda empat pribadi yang dikemudikan oleh ibu-ibu.
Itu semua mungkin hal wajar.
Tetapi,....
Ketika masih dalam perjalanan pulang dan jam sudah memperlihatkan pukul 7 malam, ada tragedi ganjil yang terjadi.
Didalam iring-iringan, bus 2 berjalan terlalu lambat padahal yang berada di posisi paling depan yaitu bus 2 sehingga akibatnya menciptakan bus-bus dibelakangnya menjadi terganggu, termasuk bus yang ku tumpangi yaitu bus 4.
Karena saking lambatnya, akibatnya bus 1 menyalip duluan.
Urutan bus sekarang menjadi Bus 1, 2, 3, dan 4
Sesaat kemudian bus 3 menyalip bus 2 dan bus 1 di depannya.
Kini urutan busnya menjadi bus 3, 1, dan 2.
Nah, sopir busku tidak mau kalah. Kini giliran bus 4 yang menyalip seluruh bus. Aku yang duduk di kursi paling belakang teriak-teriak sambil memberi semangat pak sopir untuk menyalip. Ternyata diikuti oleh teman-teman yang lain.
Suasana jadi rame...
Satu.....dua....tiiiigaaaa... ayooo pak sopirr kita salip
Heee aaaa heeee aaaa
Sambil diiringi tepuk tangan oleh seluruh penumpang bus 4. Kita tertawa bangga didalam bus.
Kita salip bus 2, dan berhasil...
Aku melihat ke arah dalam bus, teman-teman mahasiswa sedang terlelap, beberapa diantara mereka ada yang sedang main hp.
Bus 1....disalip...
Aku melihat ke arah dalam bus
Ilustasi |
Mahasiswa yang ada di dalam bus terlihat sangat gelisah dan sebagian mahasiswi ada yang menangis ketakutan.
Apa yang terjadi??
Semua berjalan sabil lalu...
Jam 10 malam kita berhenti di rest area untuk membeli buah tangan selama beberapa menit. Disitu rasa ingin tau yang sedari tadi ku pendam harus ku luapkan.
Aku mendekati salah seorang mahasiswa yang ikut rombongan di bus 1.
Aku: "Yun, tadi beberapa jam yang kemudian saya lihat busmu kok kayak rame banget, kenapa ya?".
Yuni: "Owh, yang itu. Begini ceritanya....."
Dia menjelaskan tragedi beberapa jam kemudian di busnya.
Kira-kira begini:
Beberapa jam yang lalu, bus 2 berjalan terlalu pelan sehingga menciptakan bus 1 ingin menyalip.
Ketika menyalip bus 2, teman-teman mahasiswi yang ada di dalam bus 1 melihat ke arah bus 1.
Beberapa diantara mereka melihat kursi paling belakang dari bus 2 tidak diisi mahasiswa. Melainkan diisi oleh pocong yang menggunakan kain putih.
Pada potongan atap bus 2 juga terdapat pocong yang duduk menatap ke arah bus 1.
Gara-gara melihat penampakan tersebut, beberapa mahasiswi berteriak histeris dan menangis ketakutan, sedangkan mahasiswa yang lain berusaha menenangkannya.
Nah, itulah sebabnya tadi bus 1 kelihatan sangat gaduh.
Menurutku, mungkin saja makhluk-makhluk tersebut mengikuti sopir truk yang pernah diganggu sewaktu kencing sembarangan di puncak Gunung Kelud. Selain diteror, bus nya juga dibentuk apes melulu.
Itu hanya dugaanku. Kalau kebenarannya Wallahua'lam.
Pelajaran yang sanggup kita ambil dari pengalaman kali ini yaitu "JANGAN KENCING SEMBARANGAN".
Kita harus menjaga perilaku dan perbuatan semoga tidak melaksanakan hal-hal asing di daerah yang baru. Apalagi daerah tersebut populer angker.
Sekian dongeng pengalaman kali ini. Terimakasih....
0 Komentar untuk "Teror Pocong Dikala Kkl Geografi Di Gunung Kelud"