Kamu berniat melamar kerja menjadi guru di Pondok Modern? Sebaiknya baca goresan pena ini agar tidak menyesal.
Pada tangal 23 Desember 2019 Saya membaca pesan grup Whatsapp yang isinya Lowongan Mengajar di Pondok Modern. Di pamfletnya sih tertulis "semua mata pelajaran".
Karena kebetulan sedang menganggur, alhasil saya mencoba untuk menciptakan surat lamaran dan memfotokopy berkas-berkas yang diperlukan. Setelah lengkap, surat lamaran tersebut saya kirimkan melalui kantor pos.
Saya harap sih semoga lamaran tersebut dapat dibaca dan tidak pribadi menuju tong sampah. Saya kirimkan pada tanggal 26 Desember jam 11 siang. Selepas ngirim lamaran dan membayar biaya pengiriman sebesar Rp11.000 + parkir Rp2.000, alhasil saya pribadi pulang ke rumah untuk istirahat.
Aneh bin ajaib, sehari kemudian di jam 10.19 WIB saya pribadi ditelpon pihak pondok untuk tes.
Saya gres pernah mengalami kejadian menyerupai ini. Biasanya kalau kita mengirim lamaran, seminggu atau beberapa ahad gres dipanggil untuk wawancara, lha ini?
Mungkin ini Pondok lagi butuh pegawai banget apa ya? Pikirku.
Karena pikiran ini, makanya saya anggap remeh nih pondok. Tidak ada persiapan apapun untuk tes besok.
Lah paling-paling cuma formalitas tesnya. Pikirku.
Keesokan harinya, jam 5 pagi saya pribadi otw ke Pondok tersebut berbekal Google Maps. Hanya butuh 3 jam untuk tiba di lokasi tes. Sebenarnya sepanjang jalan saya terus berpikir betapa beratnya andai diterima kerja disana.
Karena jam kerjanya benar-benar waow. Di pondok tersebut, acara dimulai pukul 03.30 dan berakhir total pukul 21.00 WIB. Superr sekali untuk menguras tenaga dan bikin tambah kurus.
Akhirnya dengan perasaan ragu-ragu, saya terus memacu motor melewati kota demi kota.
Jam 08.00 alhasil tiba di lokasi. Saya tidak pribadi masuk ke pondok, melainkan beristirahat sejenak dan basuh muka di pombensin yang ada di sebelah gerbang Pondok.
Setelah merapikan penampilan, saya masuk ke minimarket untuk sekedar membeli air putih dan cemilan. Setengah jam hanya duduk di depan minimarket sambil merenungkan "apakah mau lanjut atau mundur?"
Aku terus berpikir menyerupai itu. Lagi-lagi hatiku terasa berat kalau diterima disini. Akhirnya sesudah merenung beberapa menit saya pun meringankan langkah untuk menuju gerbang pondok.
Setibanya disana, saya pribadi diarahkan oleh pak satpam untuk menuju ruangan PSDM. Ternyata di ruangan tersebut ada juga orang lain yang ikut mendaftar. Makara totalnya ada 3 orang pendaftar.
Aku pribadi masuk ke dalam ruangan tersebut dan berbincang-bincang dengan dua orang lainnya. Setelah berbasa-basi saya gres tahun kalau yang satu dari Brebes sedangkan satunya lagi dari Purworejo.
Beberapa menit kemudian ada seroang guru cewek yang mendatangi kita bertiga. Setelah itu kami berdua diminta untuk menuju ruang kepala sekolah, sedangkan yang satunya diminta tetap tinggal di ruangan tersebut. Ternyata penerima yang dari Purworejo kemarin sudah ikut tes tulis dan microteaching, sehingga hari ini ialah panggilan yang ke-2.
Lanjut..
Kami berdua menuju ke ruang kepala sekolah. Disana kami diminta duduk sebentar dan ditanya-tanya perihal hal-hal yang sifatnya basa-basi.
Ada satu hal yang membuatku aneh. Kesan pertamaku ialah "rekrutmen ini terkesan tidak siap" dan cenderung ala kadarnya. Saat kami sudah diruangan kepsek, dari pihak sekolah gres berniat mau mencari soal tes tertulis untuk kami.
Aneh kan?
Ini penerima sudah datang, tapi soal ujiannya gres dicari?
Setelah menunggu beberapa menit, kami diminta untuk memasuki ruang kelas. Aku dan satu penerima lainnya dipisah. Bagianku yaitu mengerjakan tes tertulis sedangkan temanku (Brebes) melakukan tes microteaching.
Bajigurrr saya benar-benar tidak memikirkan ini sebelumnya. Ternyata ada tes tertulisnya juga??
Saat ku buka, ternyata soal ujiannya ialah soal-soal UAS kelas 7. Karena tidak ada persiapan alhasil asal-asalan saja ku jawab.
Selepas mengerjakan tes tertulis, saya diminta untuk pribadi tes microteaching.
Tidak menyerupai apa yang ku bayangkan. Saya kira alasannya ialah ini pondok modern yang besar pastilah ada proyektornya. Ternyata tidak.
Aku hanya diberi spidol dan papan tulis. Mlogorr dahh.
"Bu, maternya apa ya?" Aku
"Bebas" Penguji
Bajigurr saya pribadi blank dikasih spidol doank. Karena biasanya saya selalu mengajar memakai laptop dengan banyak sekali macam animasi. Lha ini???
Akhirnya tanpa pembukaan dan penutupan, saya pribadi masuk ke bahan dan lupa urut-urutan microteaching. Dengan rasa malas saya menjelaskan materinya. Iya malas, alasannya ialah pengujinya juga terkesan males-malesan. Dari sikapnya saya sudah tahu kalau niscaya ditolak, makannya saya juga hanya sekedarnya saja tanpa perlu semangat.
Setelah 1,5 jam menjalani rangkaian tes, kami berdua diminta pulang dan menunggu panggilan berikutnya. Namun, kalau tidak ada panggilan berarti kira resmi DITOLAK!
Dann,,,, sesuai yang dibayangkan, ternyata 3 hari berlalu panggilan itu tidak ada. Artinya kita ditolak. Temanku yang dari Brebes juga sama-sama ditolak. Padahal nilai ujian tertulisnya 85, dan microteachingnya juga semangat.
Setelah ku renungkan ternyata tidak ada yang salah dalam kompetensi. Kita berdua ditolah kemungkinan alasannya ialah "penampilan yang tidak menarik". Aku terlalu kurus dan temanku terlalu gemuk. Intinya kita terlalu jelek. Udah itu aja.
Jadi, kesimpulannya kalau penampilanmu kurang menarik, mending mikir-mikir dulu kalau mau melamar di Pondok Modern ******
Pada tangal 23 Desember 2019 Saya membaca pesan grup Whatsapp yang isinya Lowongan Mengajar di Pondok Modern. Di pamfletnya sih tertulis "semua mata pelajaran".
Karena kebetulan sedang menganggur, alhasil saya mencoba untuk menciptakan surat lamaran dan memfotokopy berkas-berkas yang diperlukan. Setelah lengkap, surat lamaran tersebut saya kirimkan melalui kantor pos.
Saya harap sih semoga lamaran tersebut dapat dibaca dan tidak pribadi menuju tong sampah. Saya kirimkan pada tanggal 26 Desember jam 11 siang. Selepas ngirim lamaran dan membayar biaya pengiriman sebesar Rp11.000 + parkir Rp2.000, alhasil saya pribadi pulang ke rumah untuk istirahat.
Aneh bin ajaib, sehari kemudian di jam 10.19 WIB saya pribadi ditelpon pihak pondok untuk tes.
Saya gres pernah mengalami kejadian menyerupai ini. Biasanya kalau kita mengirim lamaran, seminggu atau beberapa ahad gres dipanggil untuk wawancara, lha ini?
Mungkin ini Pondok lagi butuh pegawai banget apa ya? Pikirku.
Karena pikiran ini, makanya saya anggap remeh nih pondok. Tidak ada persiapan apapun untuk tes besok.
Lah paling-paling cuma formalitas tesnya. Pikirku.
Keesokan harinya, jam 5 pagi saya pribadi otw ke Pondok tersebut berbekal Google Maps. Hanya butuh 3 jam untuk tiba di lokasi tes. Sebenarnya sepanjang jalan saya terus berpikir betapa beratnya andai diterima kerja disana.
Karena jam kerjanya benar-benar waow. Di pondok tersebut, acara dimulai pukul 03.30 dan berakhir total pukul 21.00 WIB. Superr sekali untuk menguras tenaga dan bikin tambah kurus.
Akhirnya dengan perasaan ragu-ragu, saya terus memacu motor melewati kota demi kota.
Jam 08.00 alhasil tiba di lokasi. Saya tidak pribadi masuk ke pondok, melainkan beristirahat sejenak dan basuh muka di pombensin yang ada di sebelah gerbang Pondok.
Setelah merapikan penampilan, saya masuk ke minimarket untuk sekedar membeli air putih dan cemilan. Setengah jam hanya duduk di depan minimarket sambil merenungkan "apakah mau lanjut atau mundur?"
Aku terus berpikir menyerupai itu. Lagi-lagi hatiku terasa berat kalau diterima disini. Akhirnya sesudah merenung beberapa menit saya pun meringankan langkah untuk menuju gerbang pondok.
Setibanya disana, saya pribadi diarahkan oleh pak satpam untuk menuju ruangan PSDM. Ternyata di ruangan tersebut ada juga orang lain yang ikut mendaftar. Makara totalnya ada 3 orang pendaftar.
Aku pribadi masuk ke dalam ruangan tersebut dan berbincang-bincang dengan dua orang lainnya. Setelah berbasa-basi saya gres tahun kalau yang satu dari Brebes sedangkan satunya lagi dari Purworejo.
Beberapa menit kemudian ada seroang guru cewek yang mendatangi kita bertiga. Setelah itu kami berdua diminta untuk menuju ruang kepala sekolah, sedangkan yang satunya diminta tetap tinggal di ruangan tersebut. Ternyata penerima yang dari Purworejo kemarin sudah ikut tes tulis dan microteaching, sehingga hari ini ialah panggilan yang ke-2.
Lanjut..
Kami berdua menuju ke ruang kepala sekolah. Disana kami diminta duduk sebentar dan ditanya-tanya perihal hal-hal yang sifatnya basa-basi.
Ada satu hal yang membuatku aneh. Kesan pertamaku ialah "rekrutmen ini terkesan tidak siap" dan cenderung ala kadarnya. Saat kami sudah diruangan kepsek, dari pihak sekolah gres berniat mau mencari soal tes tertulis untuk kami.
Aneh kan?
Ini penerima sudah datang, tapi soal ujiannya gres dicari?
Setelah menunggu beberapa menit, kami diminta untuk memasuki ruang kelas. Aku dan satu penerima lainnya dipisah. Bagianku yaitu mengerjakan tes tertulis sedangkan temanku (Brebes) melakukan tes microteaching.
Bajigurrr saya benar-benar tidak memikirkan ini sebelumnya. Ternyata ada tes tertulisnya juga??
Saat ku buka, ternyata soal ujiannya ialah soal-soal UAS kelas 7. Karena tidak ada persiapan alhasil asal-asalan saja ku jawab.
Selepas mengerjakan tes tertulis, saya diminta untuk pribadi tes microteaching.
Tidak menyerupai apa yang ku bayangkan. Saya kira alasannya ialah ini pondok modern yang besar pastilah ada proyektornya. Ternyata tidak.
Aku hanya diberi spidol dan papan tulis. Mlogorr dahh.
"Bu, maternya apa ya?" Aku
"Bebas" Penguji
Bajigurr saya pribadi blank dikasih spidol doank. Karena biasanya saya selalu mengajar memakai laptop dengan banyak sekali macam animasi. Lha ini???
Akhirnya tanpa pembukaan dan penutupan, saya pribadi masuk ke bahan dan lupa urut-urutan microteaching. Dengan rasa malas saya menjelaskan materinya. Iya malas, alasannya ialah pengujinya juga terkesan males-malesan. Dari sikapnya saya sudah tahu kalau niscaya ditolak, makannya saya juga hanya sekedarnya saja tanpa perlu semangat.
Setelah 1,5 jam menjalani rangkaian tes, kami berdua diminta pulang dan menunggu panggilan berikutnya. Namun, kalau tidak ada panggilan berarti kira resmi DITOLAK!
Dann,,,, sesuai yang dibayangkan, ternyata 3 hari berlalu panggilan itu tidak ada. Artinya kita ditolak. Temanku yang dari Brebes juga sama-sama ditolak. Padahal nilai ujian tertulisnya 85, dan microteachingnya juga semangat.
Setelah ku renungkan ternyata tidak ada yang salah dalam kompetensi. Kita berdua ditolah kemungkinan alasannya ialah "penampilan yang tidak menarik". Aku terlalu kurus dan temanku terlalu gemuk. Intinya kita terlalu jelek. Udah itu aja.
Jadi, kesimpulannya kalau penampilanmu kurang menarik, mending mikir-mikir dulu kalau mau melamar di Pondok Modern ******
0 Komentar untuk "Pengalaman Melamar Kerja Di Pondok Modern"