Pada dikala kita menonton video melalui internet atau kita menonton IPTV , kadang kala kita mendapat kualitas video yang kurang menyenangkan, menyerupai contohnya gerakan bibir dan bunyi tidak sepadan, gambar tiba-tiba membeku (freeze) atau terlihat kotak-kotak.
Kualitas video, berdasarkan buku dari Wes Simpson and Howard Greenfield yang berjudul "IPTV and Internet Video : Expanding the Reach of Television Broadcasting", dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
- Audio/Video Synchronization
- Source Image Quality
- Macroblocking
- Sound Quality
- Resolution
- Internet Protocol Artifacts(bit error, packet loss, packet jitter)
- Signal Availability
Audio/Video Synchronization
Didalam kehidupan sehari-hari, kalau seseorang berbicara maka gerakan bibirnya sepadan dengan kata-kata yang diucapkannya. Jika kita menonton jadwal televisi/IPTV atau video melalui internet, kadang terjadi gerakan bibir yang tidak sepadan dengan bunyi yang dikeluarkan. Hal ini akhir dari “Loss of audio/video synchronization” atau dikatakan “lip sync”
Perbedaan “clock” antara transmitter dan receiver pada link video merupakan salah satu penyebab terjadinya “lips sync” ini.
Video dilewatkan melalui jaringan IP yang asynchronous, sehingga sulit untuk memperlihatkan jaminan tidak terjadi “loss of audio/video synchronization. Solusinya yaitu menyediakan jaringan dengan bandwidth yang memadai. Jaringan tidak ada botllenect yang sanggup menjadikan delay atau problem dalam urutan paket. Walaupun beberapa receiver IP (termasuk STB dan PC) sanggup dikonfigurasi untuk buffer packet yang besar sehingga sanggup memperbaiki variasi delay dan urutan paket yang salah. Namun, hal ini menjadikan imbas delay untuk signal yang mengalir melalui perangkat , dan menambah ‘channel change time’ untuk buffer mengisi content baru. Kedua imbas ini harus dibatasi semaksimal mungkin.
Source Image Quality
Jika signal ‘source’ mempunyai noise maka sanggup mempengaruhi encoder MPEG. Jika ini terjadi, encoder dan decoder bekerja lebih berat.
Untuk meningkatkan kualitas gambar, sanggup dilakukan dengan :
- Service provider berafiliasi dengan content provider, semoga content provider menyediakan gambar ‘source’ dengan kualitas yang manis
- Video link dengan kualitas tinggi, dengan sedikit kompresi atau tanpa kompresi.
- Perangkat untuk mengurangi noise (noise reduction) sanggup dipakai untuk membersihkan noise signal video
Macroblocking
Ketika images dikompresi memakai MPEG atau teknologi kompresi berbasis block yang lain, gambar dipecah kedalam group pixel sebelum dimulai operasi kompresi.
Pada MPEG-2, pixel dikelompokkan kedalam macroblock yang sisinya berukuran 16 pixel . Batas antara macroblocks yang berdekatan pada layar video sanggup sangat terlihat oleh mata kalau ada perubahan mendadak dalam warna atau kecerahan antara blok yang berdekatan. Hal ini sanggup terjadi kalau gambar telah dikompresi berlebihan; yaitu, tidak ada cukup bit dalam ajaran MPEG yang secara akurat mereproduksi gambar sumber di setiap blok Ketika batas ini muncul, kualitas gambar yang dirasakan untuk penonton turun secara signifikan, dan perlu langkah-langkah diambil untuk mencegah hal ini.
Macroblocking lebih sanggup diperhatikan dalam adegan dengan banyak gerak, dengan gradasi warna halus atau adegan di mana tingkat cahaya secara keseluruhan bergerak lebih tinggi atau lebih rendah (yaitu, memudar menjadi hitam), ketika setiap piksel pada layar secara bersamaan mengubah intensitas
Ketika macroblocking mencapai keadaan ekstrim, masing-masing empat Blok image 8 x 8 dalam sebuah macroblock sanggup direpresentasikan sebagai satu warna (juga disebut pixelation), yang masih pantas bagi penonton
Untuk menjaga macroblocking, provider video perlu meyakinkan bahwa bit rate video stream cukup tinggi untuk mengatasi gerakan dan level detail pada gambar asli. Sebagai tambahan, beberapa stream MPEG memakai error correction untuk menjaga bit error yang disebabkan macroblocking.
Jika durasi kesalahan terjadi lebih usang di jalur antara encoder dan decoder, maka beberapa data yang diharapkan untuk merekonstruksi gambar menjadi hilang atau rusak. Jika hal ini terjadi, decoder tidak sanggup untuk menciptakan ulang gambar dengan benar, dan untuk blok data kemungkinan rusak. Untuk pemirsa, loss data ini sering tampak sebagai satu atau beberapa macroblock dengan resolusi yang jelek. Problem ini sanggup diperbaiki dengan mengeliminasi error didalam jalur data atau dengan menguranginya sehingga error correction menjadi efektif
Sound Quality
Kualitas audio mempunyai dampak yang significant pada penonton. Penonton akan menilai kualitas gambar pada sinyal video lebih tinggi ketika kualitas audio yang ditingkatkan tanpa perubahan apapun pada gambar yang ditampilkan.
Dalam beberapa hal, pengiriman audio lebih rumit dari video. Telinga jauh lebih sulit untuk ditipu daripada mata, bahkan signal pendek audio (kurang dari 10 milidetik) akan terlihat/mrnarik perhatian. Sebaliknya, loss dari frame video 33-milidetik sanggup disembunyikan dengan menduplikasi frame sebelumnya sehingga sebagian penonton tidak akan pernah melihat interupsi
Untungnya, sinyal audio terkompresi biasanya membutuhkan bandwidth jauh lebih sedikit daripadasinyal video terkompresi. Hal ini memungkinkan untuk menambahkan koreksi kesalahan ke signal audio tanpa mempunyai dampak yang signifikan pada bandwidth keseluruhan
Resolution
Resolusi gambar video mengacu pada jumlah piksel yang ada. Gambar dengan jumlah pixel yang lebih tinggi mempunyai resolusi yang lebih tinggi (kecuali gambar telah terdegradasi dalam beberapa cara lain).
Internet Protocol Artifacts
Dijelaskan di potongan dua.
Signal Availability
Availability diukur dengan durasi interupsi signal dibagi panjang total yang dikirim. Contoh : jadwal 100 menit, tidak sanggup dilihat dalam waktu enam detik, maka availability signal yaitu : 99,9 %.
Untuk kepuasan pelanggan, IPTV dibutuhkan availability yang tinggi. Beberapa sistem dibangun memperlihatkan availability 99,99% untuk setiap pemirsa dan 99,999% untuk core (router, feeder) network.
Referensi
Wes Simpson and Howard Greenfield, IPTV and Internet Video : Expanding the Reach of Television Broadcasting, 2nd edition, Focal Press, Oxford, UK, 2009.
0 Komentar untuk "Faktor Yang Mensugesti Kualitas Video (Bagian 1)"