Seperti ditunjukkan judul artikel ini saya akan mencoba untuk mengatakan peragaan ihwal budaya kerikil dari orang Ibrani Kuno yang mereka warisi dari Ibrahim, nenek moyang mereka, dan untuk memperlihatkan bahwa budaya kerikil ini telah dilembagakan di Mekkah oleh Patriarch Ibrahim dan anak laki-lakinya Ismail; di tanah Kanaan oleh Ishaq dan Yakub; di Moab dan daerah lainnya oleh keturunan Ibrahim yang lain.
Istilah "Budaya Batu"bukan dimaksudkan sebagai pemujaan terhadap kerikil yang yaitu penyembahan berhala; budaya kerikil ini saya fahami sebagai pemujaan kepada Tuhan pada suatu kerikil khusus yang telah diberkati untuk maksud tersebut. Pada masa itu ketika bangsa terpilih (Isarel)ini menjalani kehidupan sebagai nomad dan penggembala, mereka tidak mempunyai habitat yang tetap untuk mendirikan rumah yang khusus ditujukan untuk pemujaan Tuhan; biasanya mereka mendirikan sebuah kerikil di sekitar mana mereka biasa melaksanakan ritual haji, yaitu mengelilingi kerikil itu tujuh kali dalam bentuk bulat tarian (semacam tawaf- pent.). Kata haji mungkin angker pembaca yang beragama Nasrani dan mungkin mereka berkerut melihatnya lantaran bentuk Arabnya dan lantaran upacara ini telah menjadi ritual ummat Islam ketika ini. Kata haji yaitu persis sama dalam arti dan etimologi dengan kata yang sama dalam bahasa Ibrani dan Semit lainnya. Kata Ibrani "hagag" yaitu sama dengan hajaj dalam bahasa Arab, perbedaannya hanya terletak pada pengucapan abjad ketiga dari alfabet bahasa Semit "gamal" yang orang Arab mengucapkannya sebagai "j". Kitab Hukum Moses (Torah) mempergunakan kata hagag atau haghagh ini 1) kalau memerintahkan untuk melaksanakan upacara pameran ini.. Kata itu menunjukan untuk mengitari sebuah bangunan atau altar atau sebuah kerikil dengan cara berlari mengelilinginya dengan langkah teratur dan terlatih dengan tujuan melaksanakan perayaan agama dengan bergembira dan nyanyian (do'a). Di Timur ummat Nasrani masih mempraktekkan apa yang mereka sebut "higga" baik di hari-hari pesta atau perkawinan mereka. Dengan sendirinya kata ini tidak mempunyai kekerabatan apapun dengan pilgrimage atau upacara haji (ummat Islam), yang berasal dari kata bahasa Itali pellegrino, dan ini juga dari bahasa Latin peregrinus yang berarti "orang asing" (foreigner).
Selama dalam kunjungannya Ibrahim biasanya mendirikan sebuah altar untuk pemujaan dan korban pada beberapa daerah yang berbeda dan pada peristiwa-peristiwa tertentu. Ketika Yakub dalam perjalanan menuju Padan Aram dan melihat visi tangga yang indah itu dia mendirikan sebuah kerikil di situ, ke atas mana dia menuangkan minyak dan menyebutnya Bethel, yaitu Rumah Tuhan., dan dua puluh tahun kemudian dia mengunjungi kerikil itu kembali, ke atas mana dia menuangkan minyak dan "anggur asli", menyerupai tertulis dalam Genesis xxviii. 10 - 22; xxxv. Sebuah kerikil istimewa didirikan sebagai monumen oleh Yakub dan ayah mertuanya di atas setumpuk kerikil dan menyebutnya Gal'ead dalam bahasa Ibrani, dan Yaghar sahdutha by Laban dalam bahasa Aramia, yang berarti "sejumlah kesaksian". Namun nama yang pantas yang mereka berikan pada kerikil yang didirikan itu ialah "Mispa" (Genesis xxxi. 45 - 55), yang saya lebih bahagia untuk menuliskannya dalam bentuk sempurna bahasa Arabnya, Mispha, dan ini saya lakukan begitu untuk kepentingan pembaca yang beragama Islam.
Mispha ini kemudian menjadi daerah pemujaan yang sangat penting, dan pusat dari pertemuan nasional dalam sejarah bangsa Israel. Di sinilah Naphthah, seorang pendekar Yahudi, bersumpah "di hadapah Tuhan" dan setelah mengalahkan bangsa Ammonit, dia diceriterakan sebagai telah mengorbankan anak wanita satu-satunya sebagai korban bakaran (Hakim-Hakim xi). Di Mispha itulah bahwa empat ratus ribu orang bersenjata dari sebelas suku bangsa Israel berkumpul dan "bersumpah di hadapan Tuhan" untuk memusnahkan suku bangsa Benjamin untuk kejahatan yang dibenci yang telah dilakukan oleh seorang bangsa Benjamin dari Geba' dan berhasil (Hakim-Hakim xx. xxi.). Nabi Samuel mengundang semua orang ke Mispha di mana mereka "bersumpah di hadapan Tuhan" untuk menghancurkan semua patung dan gambar mereka, dan kemudian diselamatkan dari tangan orang Filistin (1 Samuel vii). Di sinilah orang berkumpul dan Saul dinobatkan jadi Raja atas orang Israel (1 Samuel x). Dengan singkat, setiap duduk masalah nasional yang penting diputuskan di Mispha atau di Bethel. Tampaknya kuil ini dibangun di atas daerah yang tinggi atau daerah yang ditinggikan, sering disebut Ramoth, yang berarti "tempat yang tinggi". Bahkan setelah Kuil Suleiman yang indah dibangun, Mispha tetap sangat dihormati. tetapi menyerupai halnya Ka 'aba di Mekkah, Mispha ini sering diisi dengan patung dan gambar-gambar. Sesudah penghancuran Jeruzalem dan Kuil oleh orang Kaldea, Mispha itu masih tetap mempunyai sifat sucinya hingga masa kaum Makabi selama pemerintah Raja Antiochus. 2)
Sekarang apa arti kata Mispa itu? Biasanya kata itu diterjemahkan sebagai "menara pengawas". Kata ini termasuk kata benda dalam bahasa Semit - Asma Zarf - yang mengambil nama mereka dari benda yang dibungkus atau dicakupnya. Mispa yaitu daerah atau bangunan yang mengambil namanya dari sapha, kata bahasa kuno untuk "batu". Kata biasa untuk kerikil dalam bahasa Ibrani ialah "iben", dan dalam bahasa Arab "hajar". Dalam bahasa Syria kerikil yaitu "kipa".Tetapi safa atau sapha sepertinya menjadi bahasa yang umum bagi mereka semua untuk suatu obyek atau langsung tertentu bila itu dianggapnya sebagai "batu". Dari hal ini maka Mispa berarti lokal atau daerah di mana sapha atau kerikil itu terletak dan terpasang. Akan kita lihat kapan nama Mispa ini untuk pertama kalinya diberikan kepada kerikil yang didirikan di atas tumpukan balok batu, di situ tidak ada bangunan yang mengitarinya. Itu yaitu spot atau daerah di mana sapha itu terletak, dan itu disebut Mispa.
Sebelum menerangkan arti dari kata benda sapha saya ingin meminta kesabaran para pembaca yang tidak mengenal bahasa Ibrani. Bahasa Arab tidak mempunyai bunyi abjad " p " dalam alfabetnya sebagaimana juga dalam bahasa Ibrani dan bahasa Semit lainnya, di mana abjad " p ", menyerupai halnya " g ", kadang-kadang lunak dan diucapkan menyerupai " f " atau " ph ". Dalam bahasa Inggris sebagai aturan, kata-kata dalam bahasa Semit atau Yunani yang berisi bunyi " f " ditransliterasikan (dipindah hurufkan) dan ditulis dengan sisipan " ph " dan bukan " f ", misalnya: Seraph, Mustapha, dan Philosophy. Sesuai dengan aturan inilah saya lebih menyukai menulis kata sapha daripada safa.
Ketika Jesus Kristus mengatakan nama panggilan kepada pengikut pertamanya Shim'on (Simon) dengan gelar yang berarti "Petros" (Peter), pastilah dalam benak dia tersirat sapha yang kuno dan suci yang telah usang hilang! Tetapi, sayang! kita tidak sanggup dengan niscaya menguraikan kata yang sempurna yang dia nyatakan dalam bahasanya sendiri. Dalam bahasa Yunani kata Petros dalam masalah maskulin - Petra dalam masalah feminin - yaitu begitu tidak klasikal dan tidak berbau Yunani, yang orang menjadi sangat heran bahwa gereja mengadopsi kata itu. Pernahkah Jesus atau orang Yahudi lainnya bermimpi untuk memanggil nelayan Bar Yona, Petros? Pastilah tidak. Versi bahasa Syria ialah Pshitta seringkali menimbulkan bentuk bahasa Yunani ini dengan Kipha (Kipa). Dan kenyataan baku bahwa bahkan teks bahasa Yunani telah melestarikan nama orisinil "Kephas," yang versi bahasa Inggris mereproduksinya dalam bentuk "Cephas", memperlihatkan bahwa Kristus berbicara dalam bahasa Aramia dan memberi nama panggilan "Kipha" kepada pengikut utamanya.
Versi usang bahasa Arab untuk Perjanjian Lama seringkali menulis nama St Peter dengan "Sham'un' as-Sapha"; yaitu "Simon the Stone". Kata-kata Kristus: "Thou art Peter", dsb. padanan (ekivalen) dalam versi bahasa Arab ialah "Antas-Sapha" (Matius xvi. 18; Yohanes i. 42, dsb.).
Karena itu bila Simon itu yaitu Sapha, gereja yang akan dibangun di atasnya tentulah menjadi Mispha. Bahwa Nasrani harus membandingkan Simon dengan Sapha dan Gereja dengan Mispha yaitu sangat istimewa; namun bila tiba saatnya saya membuka tabir misteri yang tersembunyi dalam kesamaan ini dan kebijakan yang terkait dalam Sapha, maka haruslah diterima sebagai suatu kebenaran yang asing dari kehebatan Nabi Muhammad atas gelarnya yang mulia: MUSTAPHA !
Dari apa yang telah diungkapkan di atas, harapan untuk tahu kita dengan sendirinya akan menimbulkan kita untuk bertanya ihwal hal-hal berikut:
Mengapa ummat Islam dan Nasrani Unitarian keturunan Nabi Ibrahim menentukan kerikil untuk melaksanakan upacara keagamaan pada atau sekitar kerikil itu ?
Mengapa kerikil istimewa ini disebut Sapha?
Apa yang akan dituju oleh si penulis? Dan seterusnya - mungkin beberapa pertanyaan lainnya Batu itu telah dipilih sebagai sebuah benda yang paling sesuai ke atas mana seseorang yang patuh pada agamanya meletakkan korbannya, menuangkan minyak murni dan anggurnya 3) dan melaksanakan upacara keagamaannya di sekitar kerikil itu. Lebih daripada itu, kerikil ini didirikan untuk memperingati ikrar dan janji-janji tertentu yang telah dibentuk oleh seorang Nabi atau orang yang lurus dalam agamanya kepada Penciptanya, dan wahyu yang diterima dari Tuhan. Dengan begitu, kerikil itu yaitu monumen suci untuk mengabadikan kenangan dan karakter suci dari insiden keagamaan yang besar. Untuk maksud tersebut, kiranya tidak ada benda lain yang melebihi batu. Bukan saja kerikil itu berpengaruh dan tahan usang yang menciptakan kerikil itu lebih sesuai untuk maksud tersebut, tetapi juga kesahajaannya, kemurahannya, tidak bernilainya pada suatu daerah sunyi akan menjamin terhindar dari perhatian orang yang tamak atau yang membenci untuk mencuri atau membinasakannya. Seperti telah diketahui dengan baik, Hukum Musa (Taurat) melarang dengan keras untuk memotong atau memahat batu-batu altar. Batu yang disebut Sapha mutlak dibiarkan tetap dalam keadaan aslinya: tidak ada gambar-gambar, inskripsi, atau gesekan yang dicetak di atasnya, semoga salah satu daripadanya tidak akan dipuja di masa mendatang oleh orang-orang yang bodoh. Emas, besi, perak atau metal lainnya tidak sanggup memenuhi semua mutu yang diharapkan oleh sebuah kerikil yang sederhana. Karena itu akan dimengerti bahwa benda yang paling murni, paling tahan lama, sanggup diterima dan paling kondusif untuk sebuah monumen agama dan suci tidak sanggup lain kecuali batu.
Patung perunggu Jupiter disembah oleh Pontifex Maximus Roma yang kafir, diambil dari Pantheon dan dicor kembali menjadi gambar St Peter atas perintah Souvereign Pointiff Kristen; sesungguhnyalah kebijakan yang terangkum dalam Sapha mengagumkan dan berharga bagi semua mereka yang tidak menyembah obyek apapun di samping Tuhan.
Juga harus diingat, bukan saja Sapha yang didirikan itu sebagai monumen suci, tetapi demikian juga daerah yang khusus dan sirkuit di mana Sapha itu terletak. Dan untuk alasan inilah bahwa upacara haji bagi Muslim, menyerupai halnya higga bagi orang Yahudi, dilakukan di sekitar bangunan di mana Batu Suci itu terletak. Adalah suatu kenyataan yang diketahui bahwa orang Karamati yang mengambil Batu Hitam dari Ka'aba dan menyimpannya di negerinya sendiri selama dua puluh tahun, diwajibkan untuk membawa dan meletakkannya kembali pada tempatnya semula lantaran mereka tidak sanggup menarik jamaah haji dari Mekkah. Kalau saja kerikil itu emas atau obyek lain yang bernilai, pastilah sudah tidak ada lagi paling kurang selama lima ribu tahun; atau kalau seandainya kerikil itu mempunyai pahatan atau gesekan atau gambar, pastilah Nabi Muhammad saw sendiri sudah membinasakannya.
Mengenai arti atau lebih baik banyak arti dari Sapha, sudah saya tunjukkan bahwa itu menunjuk pada banyak sekali mutu yang dimiliki kerikil itu.
Kata itu terdiri atas abjad hidup "sadi" (shad) dan "pi" berakhir dengan bunyi "hi" keduanya sebagai kata kerja dan kata benda. Dalam bentuk "qal" itu berarti "mensucikan" "memperhatikan, menatap dari kejauhan, dan memilih". Kata itu juga mempunyai arti "bersikap tegas dan mantap"; dalam paradigma pi'el (?) yang yaitu kausatif, itu berarti "membuat pilihan, menimbulkan untuk memilih," dan sebagainya.
Seseorang yang memandang dari sebuah menara disebut Sophi (2 Raja-Raja ix. 17, dst). Di zaman dulu sebelum kuil Suleiman dibangun, Nabi atau "Orang (nya) Tuhan" disebut Roi atau Hozi yang berarti "penglihat" (1 Samuel ix. 9). Tentu saja para sarjana Ibrani sangat mengenal dengan kata Msaphpi, atau lebih baik Msappi, yang merupakan kesamaan dalam ortografi bahasa Arab musaphphi, yang berarti: "seorang yang berusaha untuk menentukan yang murni, mantap dan tegas," dsb. Pengawas di Menara Yisrael menyerupai tersebut di atas, memandang dan mengawasi dengan tajam dari kejauhan untuk membedakan sekelompok orang yang tiba menuju kota. Dia melihat utusan pertama dari Raja yang tiba dan bergabung dengan kelompok itu tetapi tidak kembali. Hal yang sama terjadi dengan utusan kedua dan ketiga. Barulah kemudian bahwa Sophi itu sanggup mengenali Ketua dari kelompok itu sebagai Jehu. Nah, apa gerangan kegiatan dan kerja pengawas atau pengamat ini? Pekerjaannya ialah mengawasi dengan tajam dari kejauhan untuk mengenali satu di antara yang lainnya dengan tujuan untuk mengetahui identitas dan gerakannya, bila saja mungkin, dan kemudian memberi tahukan kepada Raja. Jika anda bertanya: Apa kegiatan dan pekerjaan Sophi dari Mispha yang seorang diri itu? Jawaban berikut ini niscaya tidak akan memuaskan seorang penyelidik yang mempunyai harapan tahu yang besar: "…dia biasa mengawasi dari minaret Misppha (Mispa) semoga sanggup mengenali identitas orang yang tiba di padang pasir, atau dia biasa mengawasi kemungkinan adanya bahaya." Bila demikian, sifat keagamaan serta suci dari Misppha itu akan hilang, dan mungkin lebih akan berfungsi sebagai menara pengawas militer. Tetapi duduk masalah Sophi dari Mispha berlainan sekali. Asal mulanya Mispha hanyalah sebuah kuil sederhana pada suatu daerah tinggi yang terpisah di Gal'ead di mana Sophi dengan keluarganya atau pembantu-pembantunya biasa bertempat tinggal. Setelah penaklukan dan pendudukan tanah Kanaan oleh Israel, jumlah Mispha itu meningkat dan segera saja Mispha itu menjadi pusat keagamaan yang besar dan berubah menjadi forum pelajaran dan konfraternitas. Tampaknya pusat-pusat itu menjadi menyerupai Mevlevi, Bektashi, Neqshbendi dan konfraternitas lainnya yang ada pada orang Islam, masing-masing ada di bawah Sheik dan Murshidnya sendiri. Mereka mempunyai sekolah-sekolah yang ada di bawah naungan Mispha di mana diajarkan Hukum Musa, agama,sastra Ibrani dan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya. Namun di atas kegiatan pendidikan ini, Sophi yaitu kepala tertinggi dari mayarakat pemula yang biasa dia beri perintah dan bimbing ihwal agama yang esoterik dan gaib yang kita ketahui disebut Sophia. Sesungguhnyalah apa yang kita sebut kini dengan sufi pada waktu itu disebut nbiyim atau "prophets" (nabi), dan apa yang dalam Islam disebut takkas, zikr atau permintaan do'a, mereka sebut dengan "prophesying" (nubuah). Pada zaman Nabi Samuel yang juga sebagai kepala negara dan forum Mispha, para pengikut dan pemula itu menjadi sangat banyak; dan ketika Saul diminyaki (upacara keagamaan) dan dimahkotai sebagai raja, dia ikut zikr atau kegiatan keagamaan menyeru do'a bersama dengan para pemula dan diumumkan dimana-mana: "Perhatikanlah, Saul juga ada di antara para Nabi." Dan ungkapan ini menjadi peribahasa; lantaran dia juga ikut "prohesying" dengan kelompok para nabi itu (1Samuel x. 9-13). Persufian di antara orang-orang Ibrani berlanjut terus menjadi konfraternitas keagamaan yang esoterik di bawah kekuasaan Nabi waktu itu hingga wafatnya raja Suleiman. Sesudah kerajaan pecah menjadi dua bagian, ternyata perpecahan besar terjadi juga di antara para sufi. Di zaman Nabi Ilyas kira-kira 900 tahun sebelum Isa, dikatakan kepada kita bahwa dia yaitu satu-satunya Nabi yang sejati yang masih tertinggal dan bahwa semua yang lainnya telah tewas terbunuh; dan ada delapan ratus lima puluh nabi Baal dan Ishra yang ikut "makan di meja Ratu Izabel" (1 Raja-Raja xviii. 19). Namun hanya beberapa tahun kemudian, pengikut Nabi Ilyas dan penggantinya Nabi Elisha, telah disambut di Bethel dan Jericho oleh puluhan "anak-anak Nabi" yang meramalkan kenaikan nabi Ilyas dalam waktu erat (2 Raja-raja ii.)
Apapun posisi bergotong-royong para Sufi Ibrani setelah terjadinya perpecahan besar agama dan bangsa, satu hal yaitu pasti, yaitu bahwa pengetahun sejati ihwal Tuhan dan ilmu pengetahuan agama yang esoterik tetap terpelihara hingga kedatangan Jesus Kristus, yang membangun masyarakat pemulanya di dalam "kalangan dalam agama" (Inner Religion) atas Simon the Sapha, dan bahwa para Sophi sejati atau para pengawas, penglihat atau pengamat dari Mispha Nasrani melestarikan pengetahuan itu dan mengawasinya hingga kedatangan Pilihan Allah, Nabi Muhammad al-Mustapha - atau Mustaphi dalam bahasa Ibrani!
Seperti saya katakan di atas, Alkitab menyebut banyak nama para nabi yang terkait dengan Mispha; namun kita harus benar-benar mengerti bahwa sebagaimana dengan terang Al Qur'an menyatakannya: "Tuhan Yang Paling Mengetahui siapa yang akan Dia angkat menjadi UtusanNya" bahwa Dia tidak mengatakan hadiah ramalan kepada seseorang dengan lantaran untuk kemuliaannya, kekayaannya, atau bahkan kealimannya, namun semata -mata hanya untuk kesenanganNya (keridhoanNya- pen.). Keyakinan dan semua kegiatan keagamaan, meditasi, latihan spiritual, doa, puasa, dan ilmu pengetahuan suci mungkin menimbulkan timbulnya seorang gres menjadi murshid atau pembimbing spiritual, atau hingga pada tingkat santo (orang suci), tetapi tidak akan pernah hingga pada tingkat nabi; lantaran kenabian bukanlah dicapai dengan melalui upaya, tetapi yaitu sebuah pertolongan Tuhan. Bahkan di antara para Nabi hanya ada beberapa saja yang yaitu Utusan (Rasul) yang diberi kitab suci khusus dan diperintahkan untuk memberi petunjuk dan peringatan kepada ummat tertentu atau dengan misi khusus. Karena itu istilah "nabi" menyerupai dipergunakan dalam Kitab Suci orang Ibrani seringkali yaitu bermakna ganda (lebih dari satu).
Saya juga harus mencatat dalam kekerabatan ini bahwa mungkin sebagian besar dari materi Alkitab yaitu karya atau produksi dari Mispha-Mispha ini sebelum Penangkapan Babilon atau bahkan mungkin sebelumnya, tetapi kemudian direvisi oleh tangan-tangan yang tidak diketahui siapa punya hingga menjadi dalam bentuknya menyerupai kita kenal sekarang.
Nah kini tinggal beberapa kata lagi untuk dikatakan ihwal Sufiisme orang Muslim dan kata bahasa Yunani "Sophia" (kebijakan atau cinta akan kebijakan); dan suatu perbincangan ihwal dua sistim pengetahuan tinggi ini terletak di luar ruang lingkup artikel ini. Dalam pengertian luas, filosofi yaitu suatu studi atau ilmu pengetahuan ihwal prinsip utama ihwal "ada"; dengan perkataan lain filosofi itu melampaui batas dari fisik ke studi ihwal "ada yang murni". dan meninggalkan studi ihwal lantaran musabab atau aturan dari apa yang terjadi atau dilihat di dalam alam sebagai sedang mencoba untuk menggapai metafisik yang bekerjasama dengan keyakinan, etika dan aturan yang kini dikenal sebagai aspek spiritual dari peradaban, sedang fisik itu dianggap sebagai aspek materi dari peradaban. Karenanya sulit sekali untuk menemukan kebenaran.
Perbedaan antara kata bahasa Yunani "Sophia" dan Sufi Muslim ialah bahwa orang Yunani itu telah mencampur adukkan bidang materialistik dan spiritual dan pada ketika yang bersamaan mereka gagal untuk mendapatkan wahyu menyerupai diakui oleh filosof utama mereka Aristotle dan Socrates bahwa bekerjasama dengan metafisik tanpa adanya wahyu dari Sang Pencipta menyerupai menyeberangi samudera di atas sebatang kayu! Sedang Sufi orang Muslim yang beruntung mengkonsentrasikan diri dalam bidang etika dan mengikuti jejak Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya dalam mendisiplinkan hati seseorang dan diri sendiri dalam berlayar untuk menggapai Kumpulan Tinggi Para Malaikat dan sebagainya.
Sufiisme orang Muslim yaitu kontemplasi ihwal karya Allah dan CiptaanNya dan diri sendiri, dan menghindarkan diri dari kontemplasi ihwal Allah Sendiri, lantaran insan itu dibentuk dari lingkungannya, dan selekas dia akan mempergunakan panca inderanya untuk melukiskan Allah, maka akan menjadi sangat berbahaya menyerupai halnya terjadi dengan orang Mesir ketika mereka melukiskan Sphinx yang mempunyai kepala, cakar, tubuh, dsb.
Keunggulan Sophia Islam daripada filosofi Yunani yaitu pernyataan (manifestasi) dari obyek yang dilihat. Dan dengan niscaya Sophia Islam itu lebih unggul daripada selibasi dalam agama Nasrani dan religiositas (monastik) dalam ketidak pekaannya terhadap kesadaran dan kepercayaan orang lain. Seorang Sufi Muslim selalu mengatakan hormat terhadap agama lain, menertawakan gagasan "heresy" dan mencela semua pengejaran dan penindasan (persecution and oppression). Sebagian besar orang suci (santo) Nasrani yaitu kalau bukan persekutor maka dia yaitu orang yang terkena persekusi lantaran "heresy", dan mereka populer lantaran ketidak toleransian mereka. Sayang , tetapi itulah kebenarannya.
Juga bermanfaat untuk dicatat bahwa dalam kurun awal Islam, para Sufi Muslim disebut dengan "Zahid" atau "Zohad" dan pada ketika itu mereka tidak mempunyai metodologi, tetapi mereka mempunyai fraternitas atau komunitas kepercayaan dan jurisprudensi yang lengkap bagi mazhabnya. Mereka berkonsentrasi pada etika dan pemikiran. Generasi berikutnya menciptakan metodologi pelajaran untuk para pemula, menengah (intermediate) dan yang sudah lanjut (the advanced) menurut Al Qur'an dan Hadith Nabi (Prophetic Quotations). Jelas sekali bahwa rektisi setiap hari atas Al Qur'an, penghafalan Asma'al-Husna dan do'a bagi Nabi Muhammad saw bersama dengan permohonan ampun kepada Allah dan sholat tahajud, puasa di siang hari yaitu beberapa dari karakteristik yang penting. Pada pihak lain, para Sufi Muslim yang otentik menolak setiap anggota yang tidak jujur dan nrimo yang gagal untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad. Harus diakui, banyak orang kurang pintar telah termakan, dengan berpikir bahwa masalah ketidak tulusan itu yaitu mewakili Sufiisme Muslim. Mereka tidak sanggup mengerti bahwa Ihsan yang yaitu sepertiga dari agama menyerupai ditunjukkan dalam tanggapan Nabi Muhammad saw atas pertanyaan: "Apakah Islam itu?", "Apakah Iman itu?" dan "Apakah Ihsan itu?", ketika Nabi Muhammad saw bersabda bahwa orang yang bertanya itu ialah malaikat Jibril, dan bahwa dia tiba untuk mengajar agama kepadamu. Demikian juga, Islam itu dilayani oleh empat mazhab jurisprudensi (fikh), sedang Iman oleh mazhab kepercayaan menyerupai Salaf dan Ashariah, dan tentu saja Sufi dilayani oleh Ihsan. Bila seseorang mencurigai hal ini, biarlah dia menyebutkan pakar-pakar Ihsan, lantaran bila anda pergi ke Pengadilan Islam yang termasuk dalam seksi Islam, atau pergi ke mazhab Kepercayaan dan mengaku bahwa ada iri hati dan dengki dalam hatinya dsb. sebagai penyakit dari jiwa, kedua mazhab itu akan mengakui bahwa mereka tidak mempunyai sangkut paut dengan aspek itu dan akan merujuknya kepada andal ibadah, atau seorang Sufi, Sheik.
Sebagai catatan kedua saya ingin menambahkan bahwa para pengarang Muslim selalu menuliskan kata bahasa Yunani "philosophy" dalam bentuk falsafah dengan abjad "sin" dan bukan abjad "shad" atau "thad" yang yaitu satu dari huruf-huruf yang membentuk kata dalam bahasa Ibrani dan Arab Sapha dan Sophi. Saya kira bentuk ini dimasukkan ke dalam literatur bahasa Arab oleh penterjemah dari Asiria yang dahulu termasuk dalam sekte Nestorian. Orang Turki menuliskan Santo Sofia dari Istambul dengan abjad shad, tetapi falsafah dengan abjad sin menyerupai halnya samekh dalam bahasa Ibrani. Saya yakin bahwa Sophia dalam bahasa Yunani secara etimologi sanggup dikenali dari kata bahasa Ibrani; dan bahwa gagasan dalam kalangan Muslim bahwa kata sophia (sowfiya) berasal dari kata "soph" yang berarti "wool" haruslah dibuang.
Sophia atau kebijakan yang sejati ialah pengetahuan yang bergotong-royong ihwal Tuhan, pengetahuan yang sejati ihwal agama dan moralitas, dan penentuan yang mutlak benar atas Utusan Terakhir di antara semua Utusan Tuhan, yaitu termasuk dalam forum kuno orang Israel 'Mispha' hingga ketika dialihkannya ke Mispha orang Nasrani atau Kristen. Sungguh hebat melihat betapa lengkap analogi itu dan betapa ekonomi Tuhan yang berkenaan dengan hubunganNya dengan insan telah dilaksanakan dengan keseragaman dan tertib yang mutlak. Mispha yaitu filter di mana semua data dan orang disaring dan diteliti oleh para Musaphphi (bahasa Ibrani Mosappi) menyerupai halnya oleh colander (saringan, lantaran itulah arti kata itu); sehingga yang orisinil dibedakan dengan dan dipisahkan dari yang palsu, dan yang murni dari tidak murni; walaupun kurun telah silih berganti, banyak sekali Nabi-Nabi tiba dan pergi, namun Mustapha, Seorang Yang Terpilih, tidak muncul. Kemudian tiba Jesus yang suci; tetapi dia ditolak dan di siksa, lantaran di Israel tidak ada lagi Mispha yang resmi yang niscaya telah akan mengenali dan mengumumkannya sebagai Utusan Tuhan yang sejati yang dikirimkanNya untuk membawa kesaksian atas Mustapha yang yaitu Nabi Terakhir yang akan tiba sesudahnya. "Dewan Agung Sinagog" telah berkumpul dan dilembagakan oleh Ezra dan Nehemiah, di mana "Simeon Yang Adil" yaitu anggota terakhirnya (310 S.M.), digantikan oleh Pengadilan Adi Jeruzalem (Supreme Tribunal of Jeruzalem) yang disebut : "Sahedrin"; tetapi Dewan yang kemudian itu yang diketuai oleh seorang "Nassi" atau "Pangeran", menghukum mati Jesus lantaran Dewan itu tidak mengakui Jesus dan sifat dari misi sucinya. Namun beberapa Sufi mengenali Jesus dan mempercayai misi kenabiannya; namun sejumlah orang menyalah fahaminya sebagai Mustapha atau Utusan Allah yang "terpilih", dan menangkap dan mengakuinya sebagai raja, tetapi dia lenyap dan menghilang dari antara mereka. Beliau bukanlah Mustapha, kalau bukan maka tidaklah masuk nalar untuk menimbulkan Simon sebagai Sapha dan gerejanya sebagai Mispha; lantaran fungsi dan kiprah dari Mispha yaitu untuk mengamati dan mencari tahu Utusan Terakhir, semoga bila dia tiba sanggup diumumkan sebagai Orang Yang Dipilih dan Ditetapkan - Mustapha. Jika Jesus itu Mustapha maka tidak perlu lagi ada forum Mispha. Ini yaitu sebuah subyek yang mendalam dan menarik; hal itu memerlukan kesabaran dalam mempelajarinya.
Nabi Muhammad al Mustapha yaitu sebuah misteri Mispha, dan kekayaan dari Sophia.
Catatan kaki:
(1) Tidak menyerupai orang Arab, baik orang-orang Ibrani maupun Aramia tidak mempunyai bunyi " j " dalam alfabetnya; abjad ketiga dari alfabet mereka "gamal" mempunyai bunyi g bila keras, dan bila lunak atau aspirate (mengucapkan dengan hembusan) menjadi bunyi kerongkongan dan bunyi gh.
(2) Kitab Alkitab yang saya jadikan referensi tidak memuat apa yang disebut kitab deutro-canonical atau Apocryphal dari Perjanjian Lama. Kitab Alkitab ini diterbitkan oleh American Bible Society (New York 1893). Judulnya berbunyi: Kthahhi Qadissihi Dadiathiqi Wadiathiqi Khadatt An Shad-wath Poushaqa dmin lishani qdimaqi. Matha 'ta d'dasta. Biblioneta d' America. (Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dengan konkordans dan kesaksian. Diterjemahkan dari bahasa kuno. Diterbitkan di Press of the American Bible Society).
(3) Bagi orang Israel anggur tidak diharamkan.
Istilah "Budaya Batu"bukan dimaksudkan sebagai pemujaan terhadap kerikil yang yaitu penyembahan berhala; budaya kerikil ini saya fahami sebagai pemujaan kepada Tuhan pada suatu kerikil khusus yang telah diberkati untuk maksud tersebut. Pada masa itu ketika bangsa terpilih (Isarel)ini menjalani kehidupan sebagai nomad dan penggembala, mereka tidak mempunyai habitat yang tetap untuk mendirikan rumah yang khusus ditujukan untuk pemujaan Tuhan; biasanya mereka mendirikan sebuah kerikil di sekitar mana mereka biasa melaksanakan ritual haji, yaitu mengelilingi kerikil itu tujuh kali dalam bentuk bulat tarian (semacam tawaf- pent.). Kata haji mungkin angker pembaca yang beragama Nasrani dan mungkin mereka berkerut melihatnya lantaran bentuk Arabnya dan lantaran upacara ini telah menjadi ritual ummat Islam ketika ini. Kata haji yaitu persis sama dalam arti dan etimologi dengan kata yang sama dalam bahasa Ibrani dan Semit lainnya. Kata Ibrani "hagag" yaitu sama dengan hajaj dalam bahasa Arab, perbedaannya hanya terletak pada pengucapan abjad ketiga dari alfabet bahasa Semit "gamal" yang orang Arab mengucapkannya sebagai "j". Kitab Hukum Moses (Torah) mempergunakan kata hagag atau haghagh ini 1) kalau memerintahkan untuk melaksanakan upacara pameran ini.. Kata itu menunjukan untuk mengitari sebuah bangunan atau altar atau sebuah kerikil dengan cara berlari mengelilinginya dengan langkah teratur dan terlatih dengan tujuan melaksanakan perayaan agama dengan bergembira dan nyanyian (do'a). Di Timur ummat Nasrani masih mempraktekkan apa yang mereka sebut "higga" baik di hari-hari pesta atau perkawinan mereka. Dengan sendirinya kata ini tidak mempunyai kekerabatan apapun dengan pilgrimage atau upacara haji (ummat Islam), yang berasal dari kata bahasa Itali pellegrino, dan ini juga dari bahasa Latin peregrinus yang berarti "orang asing" (foreigner).
Selama dalam kunjungannya Ibrahim biasanya mendirikan sebuah altar untuk pemujaan dan korban pada beberapa daerah yang berbeda dan pada peristiwa-peristiwa tertentu. Ketika Yakub dalam perjalanan menuju Padan Aram dan melihat visi tangga yang indah itu dia mendirikan sebuah kerikil di situ, ke atas mana dia menuangkan minyak dan menyebutnya Bethel, yaitu Rumah Tuhan., dan dua puluh tahun kemudian dia mengunjungi kerikil itu kembali, ke atas mana dia menuangkan minyak dan "anggur asli", menyerupai tertulis dalam Genesis xxviii. 10 - 22; xxxv. Sebuah kerikil istimewa didirikan sebagai monumen oleh Yakub dan ayah mertuanya di atas setumpuk kerikil dan menyebutnya Gal'ead dalam bahasa Ibrani, dan Yaghar sahdutha by Laban dalam bahasa Aramia, yang berarti "sejumlah kesaksian". Namun nama yang pantas yang mereka berikan pada kerikil yang didirikan itu ialah "Mispa" (Genesis xxxi. 45 - 55), yang saya lebih bahagia untuk menuliskannya dalam bentuk sempurna bahasa Arabnya, Mispha, dan ini saya lakukan begitu untuk kepentingan pembaca yang beragama Islam.
Mispha ini kemudian menjadi daerah pemujaan yang sangat penting, dan pusat dari pertemuan nasional dalam sejarah bangsa Israel. Di sinilah Naphthah, seorang pendekar Yahudi, bersumpah "di hadapah Tuhan" dan setelah mengalahkan bangsa Ammonit, dia diceriterakan sebagai telah mengorbankan anak wanita satu-satunya sebagai korban bakaran (Hakim-Hakim xi). Di Mispha itulah bahwa empat ratus ribu orang bersenjata dari sebelas suku bangsa Israel berkumpul dan "bersumpah di hadapan Tuhan" untuk memusnahkan suku bangsa Benjamin untuk kejahatan yang dibenci yang telah dilakukan oleh seorang bangsa Benjamin dari Geba' dan berhasil (Hakim-Hakim xx. xxi.). Nabi Samuel mengundang semua orang ke Mispha di mana mereka "bersumpah di hadapan Tuhan" untuk menghancurkan semua patung dan gambar mereka, dan kemudian diselamatkan dari tangan orang Filistin (1 Samuel vii). Di sinilah orang berkumpul dan Saul dinobatkan jadi Raja atas orang Israel (1 Samuel x). Dengan singkat, setiap duduk masalah nasional yang penting diputuskan di Mispha atau di Bethel. Tampaknya kuil ini dibangun di atas daerah yang tinggi atau daerah yang ditinggikan, sering disebut Ramoth, yang berarti "tempat yang tinggi". Bahkan setelah Kuil Suleiman yang indah dibangun, Mispha tetap sangat dihormati. tetapi menyerupai halnya Ka 'aba di Mekkah, Mispha ini sering diisi dengan patung dan gambar-gambar. Sesudah penghancuran Jeruzalem dan Kuil oleh orang Kaldea, Mispha itu masih tetap mempunyai sifat sucinya hingga masa kaum Makabi selama pemerintah Raja Antiochus. 2)
Sekarang apa arti kata Mispa itu? Biasanya kata itu diterjemahkan sebagai "menara pengawas". Kata ini termasuk kata benda dalam bahasa Semit - Asma Zarf - yang mengambil nama mereka dari benda yang dibungkus atau dicakupnya. Mispa yaitu daerah atau bangunan yang mengambil namanya dari sapha, kata bahasa kuno untuk "batu". Kata biasa untuk kerikil dalam bahasa Ibrani ialah "iben", dan dalam bahasa Arab "hajar". Dalam bahasa Syria kerikil yaitu "kipa".Tetapi safa atau sapha sepertinya menjadi bahasa yang umum bagi mereka semua untuk suatu obyek atau langsung tertentu bila itu dianggapnya sebagai "batu". Dari hal ini maka Mispa berarti lokal atau daerah di mana sapha atau kerikil itu terletak dan terpasang. Akan kita lihat kapan nama Mispa ini untuk pertama kalinya diberikan kepada kerikil yang didirikan di atas tumpukan balok batu, di situ tidak ada bangunan yang mengitarinya. Itu yaitu spot atau daerah di mana sapha itu terletak, dan itu disebut Mispa.
Sebelum menerangkan arti dari kata benda sapha saya ingin meminta kesabaran para pembaca yang tidak mengenal bahasa Ibrani. Bahasa Arab tidak mempunyai bunyi abjad " p " dalam alfabetnya sebagaimana juga dalam bahasa Ibrani dan bahasa Semit lainnya, di mana abjad " p ", menyerupai halnya " g ", kadang-kadang lunak dan diucapkan menyerupai " f " atau " ph ". Dalam bahasa Inggris sebagai aturan, kata-kata dalam bahasa Semit atau Yunani yang berisi bunyi " f " ditransliterasikan (dipindah hurufkan) dan ditulis dengan sisipan " ph " dan bukan " f ", misalnya: Seraph, Mustapha, dan Philosophy. Sesuai dengan aturan inilah saya lebih menyukai menulis kata sapha daripada safa.
Ketika Jesus Kristus mengatakan nama panggilan kepada pengikut pertamanya Shim'on (Simon) dengan gelar yang berarti "Petros" (Peter), pastilah dalam benak dia tersirat sapha yang kuno dan suci yang telah usang hilang! Tetapi, sayang! kita tidak sanggup dengan niscaya menguraikan kata yang sempurna yang dia nyatakan dalam bahasanya sendiri. Dalam bahasa Yunani kata Petros dalam masalah maskulin - Petra dalam masalah feminin - yaitu begitu tidak klasikal dan tidak berbau Yunani, yang orang menjadi sangat heran bahwa gereja mengadopsi kata itu. Pernahkah Jesus atau orang Yahudi lainnya bermimpi untuk memanggil nelayan Bar Yona, Petros? Pastilah tidak. Versi bahasa Syria ialah Pshitta seringkali menimbulkan bentuk bahasa Yunani ini dengan Kipha (Kipa). Dan kenyataan baku bahwa bahkan teks bahasa Yunani telah melestarikan nama orisinil "Kephas," yang versi bahasa Inggris mereproduksinya dalam bentuk "Cephas", memperlihatkan bahwa Kristus berbicara dalam bahasa Aramia dan memberi nama panggilan "Kipha" kepada pengikut utamanya.
Versi usang bahasa Arab untuk Perjanjian Lama seringkali menulis nama St Peter dengan "Sham'un' as-Sapha"; yaitu "Simon the Stone". Kata-kata Kristus: "Thou art Peter", dsb. padanan (ekivalen) dalam versi bahasa Arab ialah "Antas-Sapha" (Matius xvi. 18; Yohanes i. 42, dsb.).
Karena itu bila Simon itu yaitu Sapha, gereja yang akan dibangun di atasnya tentulah menjadi Mispha. Bahwa Nasrani harus membandingkan Simon dengan Sapha dan Gereja dengan Mispha yaitu sangat istimewa; namun bila tiba saatnya saya membuka tabir misteri yang tersembunyi dalam kesamaan ini dan kebijakan yang terkait dalam Sapha, maka haruslah diterima sebagai suatu kebenaran yang asing dari kehebatan Nabi Muhammad atas gelarnya yang mulia: MUSTAPHA !
Dari apa yang telah diungkapkan di atas, harapan untuk tahu kita dengan sendirinya akan menimbulkan kita untuk bertanya ihwal hal-hal berikut:
Mengapa ummat Islam dan Nasrani Unitarian keturunan Nabi Ibrahim menentukan kerikil untuk melaksanakan upacara keagamaan pada atau sekitar kerikil itu ?
Mengapa kerikil istimewa ini disebut Sapha?
Apa yang akan dituju oleh si penulis? Dan seterusnya - mungkin beberapa pertanyaan lainnya Batu itu telah dipilih sebagai sebuah benda yang paling sesuai ke atas mana seseorang yang patuh pada agamanya meletakkan korbannya, menuangkan minyak murni dan anggurnya 3) dan melaksanakan upacara keagamaannya di sekitar kerikil itu. Lebih daripada itu, kerikil ini didirikan untuk memperingati ikrar dan janji-janji tertentu yang telah dibentuk oleh seorang Nabi atau orang yang lurus dalam agamanya kepada Penciptanya, dan wahyu yang diterima dari Tuhan. Dengan begitu, kerikil itu yaitu monumen suci untuk mengabadikan kenangan dan karakter suci dari insiden keagamaan yang besar. Untuk maksud tersebut, kiranya tidak ada benda lain yang melebihi batu. Bukan saja kerikil itu berpengaruh dan tahan usang yang menciptakan kerikil itu lebih sesuai untuk maksud tersebut, tetapi juga kesahajaannya, kemurahannya, tidak bernilainya pada suatu daerah sunyi akan menjamin terhindar dari perhatian orang yang tamak atau yang membenci untuk mencuri atau membinasakannya. Seperti telah diketahui dengan baik, Hukum Musa (Taurat) melarang dengan keras untuk memotong atau memahat batu-batu altar. Batu yang disebut Sapha mutlak dibiarkan tetap dalam keadaan aslinya: tidak ada gambar-gambar, inskripsi, atau gesekan yang dicetak di atasnya, semoga salah satu daripadanya tidak akan dipuja di masa mendatang oleh orang-orang yang bodoh. Emas, besi, perak atau metal lainnya tidak sanggup memenuhi semua mutu yang diharapkan oleh sebuah kerikil yang sederhana. Karena itu akan dimengerti bahwa benda yang paling murni, paling tahan lama, sanggup diterima dan paling kondusif untuk sebuah monumen agama dan suci tidak sanggup lain kecuali batu.
Patung perunggu Jupiter disembah oleh Pontifex Maximus Roma yang kafir, diambil dari Pantheon dan dicor kembali menjadi gambar St Peter atas perintah Souvereign Pointiff Kristen; sesungguhnyalah kebijakan yang terangkum dalam Sapha mengagumkan dan berharga bagi semua mereka yang tidak menyembah obyek apapun di samping Tuhan.
Juga harus diingat, bukan saja Sapha yang didirikan itu sebagai monumen suci, tetapi demikian juga daerah yang khusus dan sirkuit di mana Sapha itu terletak. Dan untuk alasan inilah bahwa upacara haji bagi Muslim, menyerupai halnya higga bagi orang Yahudi, dilakukan di sekitar bangunan di mana Batu Suci itu terletak. Adalah suatu kenyataan yang diketahui bahwa orang Karamati yang mengambil Batu Hitam dari Ka'aba dan menyimpannya di negerinya sendiri selama dua puluh tahun, diwajibkan untuk membawa dan meletakkannya kembali pada tempatnya semula lantaran mereka tidak sanggup menarik jamaah haji dari Mekkah. Kalau saja kerikil itu emas atau obyek lain yang bernilai, pastilah sudah tidak ada lagi paling kurang selama lima ribu tahun; atau kalau seandainya kerikil itu mempunyai pahatan atau gesekan atau gambar, pastilah Nabi Muhammad saw sendiri sudah membinasakannya.
Mengenai arti atau lebih baik banyak arti dari Sapha, sudah saya tunjukkan bahwa itu menunjuk pada banyak sekali mutu yang dimiliki kerikil itu.
Kata itu terdiri atas abjad hidup "sadi" (shad) dan "pi" berakhir dengan bunyi "hi" keduanya sebagai kata kerja dan kata benda. Dalam bentuk "qal" itu berarti "mensucikan" "memperhatikan, menatap dari kejauhan, dan memilih". Kata itu juga mempunyai arti "bersikap tegas dan mantap"; dalam paradigma pi'el (?) yang yaitu kausatif, itu berarti "membuat pilihan, menimbulkan untuk memilih," dan sebagainya.
Seseorang yang memandang dari sebuah menara disebut Sophi (2 Raja-Raja ix. 17, dst). Di zaman dulu sebelum kuil Suleiman dibangun, Nabi atau "Orang (nya) Tuhan" disebut Roi atau Hozi yang berarti "penglihat" (1 Samuel ix. 9). Tentu saja para sarjana Ibrani sangat mengenal dengan kata Msaphpi, atau lebih baik Msappi, yang merupakan kesamaan dalam ortografi bahasa Arab musaphphi, yang berarti: "seorang yang berusaha untuk menentukan yang murni, mantap dan tegas," dsb. Pengawas di Menara Yisrael menyerupai tersebut di atas, memandang dan mengawasi dengan tajam dari kejauhan untuk membedakan sekelompok orang yang tiba menuju kota. Dia melihat utusan pertama dari Raja yang tiba dan bergabung dengan kelompok itu tetapi tidak kembali. Hal yang sama terjadi dengan utusan kedua dan ketiga. Barulah kemudian bahwa Sophi itu sanggup mengenali Ketua dari kelompok itu sebagai Jehu. Nah, apa gerangan kegiatan dan kerja pengawas atau pengamat ini? Pekerjaannya ialah mengawasi dengan tajam dari kejauhan untuk mengenali satu di antara yang lainnya dengan tujuan untuk mengetahui identitas dan gerakannya, bila saja mungkin, dan kemudian memberi tahukan kepada Raja. Jika anda bertanya: Apa kegiatan dan pekerjaan Sophi dari Mispha yang seorang diri itu? Jawaban berikut ini niscaya tidak akan memuaskan seorang penyelidik yang mempunyai harapan tahu yang besar: "…dia biasa mengawasi dari minaret Misppha (Mispa) semoga sanggup mengenali identitas orang yang tiba di padang pasir, atau dia biasa mengawasi kemungkinan adanya bahaya." Bila demikian, sifat keagamaan serta suci dari Misppha itu akan hilang, dan mungkin lebih akan berfungsi sebagai menara pengawas militer. Tetapi duduk masalah Sophi dari Mispha berlainan sekali. Asal mulanya Mispha hanyalah sebuah kuil sederhana pada suatu daerah tinggi yang terpisah di Gal'ead di mana Sophi dengan keluarganya atau pembantu-pembantunya biasa bertempat tinggal. Setelah penaklukan dan pendudukan tanah Kanaan oleh Israel, jumlah Mispha itu meningkat dan segera saja Mispha itu menjadi pusat keagamaan yang besar dan berubah menjadi forum pelajaran dan konfraternitas. Tampaknya pusat-pusat itu menjadi menyerupai Mevlevi, Bektashi, Neqshbendi dan konfraternitas lainnya yang ada pada orang Islam, masing-masing ada di bawah Sheik dan Murshidnya sendiri. Mereka mempunyai sekolah-sekolah yang ada di bawah naungan Mispha di mana diajarkan Hukum Musa, agama,sastra Ibrani dan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya. Namun di atas kegiatan pendidikan ini, Sophi yaitu kepala tertinggi dari mayarakat pemula yang biasa dia beri perintah dan bimbing ihwal agama yang esoterik dan gaib yang kita ketahui disebut Sophia. Sesungguhnyalah apa yang kita sebut kini dengan sufi pada waktu itu disebut nbiyim atau "prophets" (nabi), dan apa yang dalam Islam disebut takkas, zikr atau permintaan do'a, mereka sebut dengan "prophesying" (nubuah). Pada zaman Nabi Samuel yang juga sebagai kepala negara dan forum Mispha, para pengikut dan pemula itu menjadi sangat banyak; dan ketika Saul diminyaki (upacara keagamaan) dan dimahkotai sebagai raja, dia ikut zikr atau kegiatan keagamaan menyeru do'a bersama dengan para pemula dan diumumkan dimana-mana: "Perhatikanlah, Saul juga ada di antara para Nabi." Dan ungkapan ini menjadi peribahasa; lantaran dia juga ikut "prohesying" dengan kelompok para nabi itu (1Samuel x. 9-13). Persufian di antara orang-orang Ibrani berlanjut terus menjadi konfraternitas keagamaan yang esoterik di bawah kekuasaan Nabi waktu itu hingga wafatnya raja Suleiman. Sesudah kerajaan pecah menjadi dua bagian, ternyata perpecahan besar terjadi juga di antara para sufi. Di zaman Nabi Ilyas kira-kira 900 tahun sebelum Isa, dikatakan kepada kita bahwa dia yaitu satu-satunya Nabi yang sejati yang masih tertinggal dan bahwa semua yang lainnya telah tewas terbunuh; dan ada delapan ratus lima puluh nabi Baal dan Ishra yang ikut "makan di meja Ratu Izabel" (1 Raja-Raja xviii. 19). Namun hanya beberapa tahun kemudian, pengikut Nabi Ilyas dan penggantinya Nabi Elisha, telah disambut di Bethel dan Jericho oleh puluhan "anak-anak Nabi" yang meramalkan kenaikan nabi Ilyas dalam waktu erat (2 Raja-raja ii.)
Apapun posisi bergotong-royong para Sufi Ibrani setelah terjadinya perpecahan besar agama dan bangsa, satu hal yaitu pasti, yaitu bahwa pengetahun sejati ihwal Tuhan dan ilmu pengetahuan agama yang esoterik tetap terpelihara hingga kedatangan Jesus Kristus, yang membangun masyarakat pemulanya di dalam "kalangan dalam agama" (Inner Religion) atas Simon the Sapha, dan bahwa para Sophi sejati atau para pengawas, penglihat atau pengamat dari Mispha Nasrani melestarikan pengetahuan itu dan mengawasinya hingga kedatangan Pilihan Allah, Nabi Muhammad al-Mustapha - atau Mustaphi dalam bahasa Ibrani!
Seperti saya katakan di atas, Alkitab menyebut banyak nama para nabi yang terkait dengan Mispha; namun kita harus benar-benar mengerti bahwa sebagaimana dengan terang Al Qur'an menyatakannya: "Tuhan Yang Paling Mengetahui siapa yang akan Dia angkat menjadi UtusanNya" bahwa Dia tidak mengatakan hadiah ramalan kepada seseorang dengan lantaran untuk kemuliaannya, kekayaannya, atau bahkan kealimannya, namun semata -mata hanya untuk kesenanganNya (keridhoanNya- pen.). Keyakinan dan semua kegiatan keagamaan, meditasi, latihan spiritual, doa, puasa, dan ilmu pengetahuan suci mungkin menimbulkan timbulnya seorang gres menjadi murshid atau pembimbing spiritual, atau hingga pada tingkat santo (orang suci), tetapi tidak akan pernah hingga pada tingkat nabi; lantaran kenabian bukanlah dicapai dengan melalui upaya, tetapi yaitu sebuah pertolongan Tuhan. Bahkan di antara para Nabi hanya ada beberapa saja yang yaitu Utusan (Rasul) yang diberi kitab suci khusus dan diperintahkan untuk memberi petunjuk dan peringatan kepada ummat tertentu atau dengan misi khusus. Karena itu istilah "nabi" menyerupai dipergunakan dalam Kitab Suci orang Ibrani seringkali yaitu bermakna ganda (lebih dari satu).
Saya juga harus mencatat dalam kekerabatan ini bahwa mungkin sebagian besar dari materi Alkitab yaitu karya atau produksi dari Mispha-Mispha ini sebelum Penangkapan Babilon atau bahkan mungkin sebelumnya, tetapi kemudian direvisi oleh tangan-tangan yang tidak diketahui siapa punya hingga menjadi dalam bentuknya menyerupai kita kenal sekarang.
Nah kini tinggal beberapa kata lagi untuk dikatakan ihwal Sufiisme orang Muslim dan kata bahasa Yunani "Sophia" (kebijakan atau cinta akan kebijakan); dan suatu perbincangan ihwal dua sistim pengetahuan tinggi ini terletak di luar ruang lingkup artikel ini. Dalam pengertian luas, filosofi yaitu suatu studi atau ilmu pengetahuan ihwal prinsip utama ihwal "ada"; dengan perkataan lain filosofi itu melampaui batas dari fisik ke studi ihwal "ada yang murni". dan meninggalkan studi ihwal lantaran musabab atau aturan dari apa yang terjadi atau dilihat di dalam alam sebagai sedang mencoba untuk menggapai metafisik yang bekerjasama dengan keyakinan, etika dan aturan yang kini dikenal sebagai aspek spiritual dari peradaban, sedang fisik itu dianggap sebagai aspek materi dari peradaban. Karenanya sulit sekali untuk menemukan kebenaran.
Perbedaan antara kata bahasa Yunani "Sophia" dan Sufi Muslim ialah bahwa orang Yunani itu telah mencampur adukkan bidang materialistik dan spiritual dan pada ketika yang bersamaan mereka gagal untuk mendapatkan wahyu menyerupai diakui oleh filosof utama mereka Aristotle dan Socrates bahwa bekerjasama dengan metafisik tanpa adanya wahyu dari Sang Pencipta menyerupai menyeberangi samudera di atas sebatang kayu! Sedang Sufi orang Muslim yang beruntung mengkonsentrasikan diri dalam bidang etika dan mengikuti jejak Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya dalam mendisiplinkan hati seseorang dan diri sendiri dalam berlayar untuk menggapai Kumpulan Tinggi Para Malaikat dan sebagainya.
Sufiisme orang Muslim yaitu kontemplasi ihwal karya Allah dan CiptaanNya dan diri sendiri, dan menghindarkan diri dari kontemplasi ihwal Allah Sendiri, lantaran insan itu dibentuk dari lingkungannya, dan selekas dia akan mempergunakan panca inderanya untuk melukiskan Allah, maka akan menjadi sangat berbahaya menyerupai halnya terjadi dengan orang Mesir ketika mereka melukiskan Sphinx yang mempunyai kepala, cakar, tubuh, dsb.
Keunggulan Sophia Islam daripada filosofi Yunani yaitu pernyataan (manifestasi) dari obyek yang dilihat. Dan dengan niscaya Sophia Islam itu lebih unggul daripada selibasi dalam agama Nasrani dan religiositas (monastik) dalam ketidak pekaannya terhadap kesadaran dan kepercayaan orang lain. Seorang Sufi Muslim selalu mengatakan hormat terhadap agama lain, menertawakan gagasan "heresy" dan mencela semua pengejaran dan penindasan (persecution and oppression). Sebagian besar orang suci (santo) Nasrani yaitu kalau bukan persekutor maka dia yaitu orang yang terkena persekusi lantaran "heresy", dan mereka populer lantaran ketidak toleransian mereka. Sayang , tetapi itulah kebenarannya.
Juga bermanfaat untuk dicatat bahwa dalam kurun awal Islam, para Sufi Muslim disebut dengan "Zahid" atau "Zohad" dan pada ketika itu mereka tidak mempunyai metodologi, tetapi mereka mempunyai fraternitas atau komunitas kepercayaan dan jurisprudensi yang lengkap bagi mazhabnya. Mereka berkonsentrasi pada etika dan pemikiran. Generasi berikutnya menciptakan metodologi pelajaran untuk para pemula, menengah (intermediate) dan yang sudah lanjut (the advanced) menurut Al Qur'an dan Hadith Nabi (Prophetic Quotations). Jelas sekali bahwa rektisi setiap hari atas Al Qur'an, penghafalan Asma'al-Husna dan do'a bagi Nabi Muhammad saw bersama dengan permohonan ampun kepada Allah dan sholat tahajud, puasa di siang hari yaitu beberapa dari karakteristik yang penting. Pada pihak lain, para Sufi Muslim yang otentik menolak setiap anggota yang tidak jujur dan nrimo yang gagal untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad. Harus diakui, banyak orang kurang pintar telah termakan, dengan berpikir bahwa masalah ketidak tulusan itu yaitu mewakili Sufiisme Muslim. Mereka tidak sanggup mengerti bahwa Ihsan yang yaitu sepertiga dari agama menyerupai ditunjukkan dalam tanggapan Nabi Muhammad saw atas pertanyaan: "Apakah Islam itu?", "Apakah Iman itu?" dan "Apakah Ihsan itu?", ketika Nabi Muhammad saw bersabda bahwa orang yang bertanya itu ialah malaikat Jibril, dan bahwa dia tiba untuk mengajar agama kepadamu. Demikian juga, Islam itu dilayani oleh empat mazhab jurisprudensi (fikh), sedang Iman oleh mazhab kepercayaan menyerupai Salaf dan Ashariah, dan tentu saja Sufi dilayani oleh Ihsan. Bila seseorang mencurigai hal ini, biarlah dia menyebutkan pakar-pakar Ihsan, lantaran bila anda pergi ke Pengadilan Islam yang termasuk dalam seksi Islam, atau pergi ke mazhab Kepercayaan dan mengaku bahwa ada iri hati dan dengki dalam hatinya dsb. sebagai penyakit dari jiwa, kedua mazhab itu akan mengakui bahwa mereka tidak mempunyai sangkut paut dengan aspek itu dan akan merujuknya kepada andal ibadah, atau seorang Sufi, Sheik.
Sebagai catatan kedua saya ingin menambahkan bahwa para pengarang Muslim selalu menuliskan kata bahasa Yunani "philosophy" dalam bentuk falsafah dengan abjad "sin" dan bukan abjad "shad" atau "thad" yang yaitu satu dari huruf-huruf yang membentuk kata dalam bahasa Ibrani dan Arab Sapha dan Sophi. Saya kira bentuk ini dimasukkan ke dalam literatur bahasa Arab oleh penterjemah dari Asiria yang dahulu termasuk dalam sekte Nestorian. Orang Turki menuliskan Santo Sofia dari Istambul dengan abjad shad, tetapi falsafah dengan abjad sin menyerupai halnya samekh dalam bahasa Ibrani. Saya yakin bahwa Sophia dalam bahasa Yunani secara etimologi sanggup dikenali dari kata bahasa Ibrani; dan bahwa gagasan dalam kalangan Muslim bahwa kata sophia (sowfiya) berasal dari kata "soph" yang berarti "wool" haruslah dibuang.
Sophia atau kebijakan yang sejati ialah pengetahuan yang bergotong-royong ihwal Tuhan, pengetahuan yang sejati ihwal agama dan moralitas, dan penentuan yang mutlak benar atas Utusan Terakhir di antara semua Utusan Tuhan, yaitu termasuk dalam forum kuno orang Israel 'Mispha' hingga ketika dialihkannya ke Mispha orang Nasrani atau Kristen. Sungguh hebat melihat betapa lengkap analogi itu dan betapa ekonomi Tuhan yang berkenaan dengan hubunganNya dengan insan telah dilaksanakan dengan keseragaman dan tertib yang mutlak. Mispha yaitu filter di mana semua data dan orang disaring dan diteliti oleh para Musaphphi (bahasa Ibrani Mosappi) menyerupai halnya oleh colander (saringan, lantaran itulah arti kata itu); sehingga yang orisinil dibedakan dengan dan dipisahkan dari yang palsu, dan yang murni dari tidak murni; walaupun kurun telah silih berganti, banyak sekali Nabi-Nabi tiba dan pergi, namun Mustapha, Seorang Yang Terpilih, tidak muncul. Kemudian tiba Jesus yang suci; tetapi dia ditolak dan di siksa, lantaran di Israel tidak ada lagi Mispha yang resmi yang niscaya telah akan mengenali dan mengumumkannya sebagai Utusan Tuhan yang sejati yang dikirimkanNya untuk membawa kesaksian atas Mustapha yang yaitu Nabi Terakhir yang akan tiba sesudahnya. "Dewan Agung Sinagog" telah berkumpul dan dilembagakan oleh Ezra dan Nehemiah, di mana "Simeon Yang Adil" yaitu anggota terakhirnya (310 S.M.), digantikan oleh Pengadilan Adi Jeruzalem (Supreme Tribunal of Jeruzalem) yang disebut : "Sahedrin"; tetapi Dewan yang kemudian itu yang diketuai oleh seorang "Nassi" atau "Pangeran", menghukum mati Jesus lantaran Dewan itu tidak mengakui Jesus dan sifat dari misi sucinya. Namun beberapa Sufi mengenali Jesus dan mempercayai misi kenabiannya; namun sejumlah orang menyalah fahaminya sebagai Mustapha atau Utusan Allah yang "terpilih", dan menangkap dan mengakuinya sebagai raja, tetapi dia lenyap dan menghilang dari antara mereka. Beliau bukanlah Mustapha, kalau bukan maka tidaklah masuk nalar untuk menimbulkan Simon sebagai Sapha dan gerejanya sebagai Mispha; lantaran fungsi dan kiprah dari Mispha yaitu untuk mengamati dan mencari tahu Utusan Terakhir, semoga bila dia tiba sanggup diumumkan sebagai Orang Yang Dipilih dan Ditetapkan - Mustapha. Jika Jesus itu Mustapha maka tidak perlu lagi ada forum Mispha. Ini yaitu sebuah subyek yang mendalam dan menarik; hal itu memerlukan kesabaran dalam mempelajarinya.
Nabi Muhammad al Mustapha yaitu sebuah misteri Mispha, dan kekayaan dari Sophia.
Catatan kaki:
(1) Tidak menyerupai orang Arab, baik orang-orang Ibrani maupun Aramia tidak mempunyai bunyi " j " dalam alfabetnya; abjad ketiga dari alfabet mereka "gamal" mempunyai bunyi g bila keras, dan bila lunak atau aspirate (mengucapkan dengan hembusan) menjadi bunyi kerongkongan dan bunyi gh.
(2) Kitab Alkitab yang saya jadikan referensi tidak memuat apa yang disebut kitab deutro-canonical atau Apocryphal dari Perjanjian Lama. Kitab Alkitab ini diterbitkan oleh American Bible Society (New York 1893). Judulnya berbunyi: Kthahhi Qadissihi Dadiathiqi Wadiathiqi Khadatt An Shad-wath Poushaqa dmin lishani qdimaqi. Matha 'ta d'dasta. Biblioneta d' America. (Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dengan konkordans dan kesaksian. Diterjemahkan dari bahasa kuno. Diterbitkan di Press of the American Bible Society).
(3) Bagi orang Israel anggur tidak diharamkan.
0 Komentar untuk "Misteri Ihwal Mispa"