5 Hal Yang Menghasilkan Jabatan Keurani Gampong Jadi Rebutan, Nomor 5 Mengejutkan!

Jabatan Keurani Gampong menjadi topik obrolan hangat di Kabupaten Pati, Jawa Tengah dalam sementara waktu terakhir. Pengangkatan Keurani Gampong atau orang Jawa erat menyebutnya “carik” di sejumlah Gampong di Pati pun sempat menuai kontroversi.

Di Gampong Semampir, Kecamatan Pati Kota, misalnya. Pengangkatan Keurani Gampong di Gampong ini sempat menuai protes dari warga, karena Keuchiek Gampongmengangkat Keurani Gampong lewat prosedur penawaran spesial jabatan, bukan seleksi atau ujian.

Sementara itu, sejumlah warga mengharapkan prosedur penyeleksian carik dijalankan lewat penjaringan, bukan dengan cara pengangkatan pribadi hasil penawaran spesial jabatan atau mutasi. Akibatnya, warga Gampong Semampir bergejolak dan sempat melakukan aksi.


Hal serupa terjadi di Gampong Pasucen, Kecamatan Trangkil. Ratusan warga menggeruduk Kantor Balai Gampong Pasucen dan menggelar agresi demonstrasi menuntut biar pengangkatan Keurani Gampong tidak ditutup-tutupi. Menurut warga, penawaran spesial jabatan Keurani Gampong sarat dengan nepotisme, alasannya merupakan tidak diisi dengan proses cobaan tertulis dan tidak ada sosialisasi.

Aksi Demo Warga Gampong Pasucen Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Jawa Tengah

Sama seumpama di Gampong Semampir, penetapan Keurani Gampong di Gampong Pasucen membuat gejolak di masyarakat. Puncak polemik terjadi di saat warga yang tergabung dalam “Aliansi Pasucen Bersama” melakukan unjuk rasa di Balai Gampong Pasucen, Kamis, 25 Agustus 2016.

Beda halnya dengan polemik pengangkatan carik di Gampong Bulumanis Lor, Kecamatan Margoyoso. Sejumlah warga mempertanyakan penjaringan Keurani Gampong yang menelan ongkos cukup fantastis, yakni Rp 130 juta. Dana itu diakui Keuchiek Gampongdiambil dari swadaya para kandidat Keurani Gampong.

Menanggapi fenomena tersebut, pelopor Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Pati menggelar diskusi terbatas di Kantor PMII Pati. Dalam kajian terbatas tersebut, ada satu hal menawan yang perlu disuguhkan terhadap publik.

Salah satunya, ada 5 hal yang menghasilkan jabatan Keurani Gampongatau carik menjadi rebutan dan primadona di kelompok penduduk Pati. Nomor 5 sungguh mengejutkan.

1. Jabatan

Punya jabatan selaku Keurani Gampong tidak bisa dimiliki sembarang orang. Jabatan ini dinilai cukup prestisius di kelompok penduduk level Gampong. Di tingkat kabupaten, jabatan ini seumpama Sekretaris Daerah (Sekda).

2. Penghasilan tetap (siltap)

Seorang Keurani Gampong mendapat siltap dari alokasi dana Gampong (ADD). Siltap ini dinilai cukup menjadi argumentasi kenapa banyak warga memperebutkan jabatan carik.

Apalagi, penghasilan tetap untuk kades dan perangkat Gampong di Kabupaten Pati dikabarkan naik tahun ini.

3. Bengkok

Setiap Keurani Gampong memiliki jatah bengkok dari Gampong. Biasanya, tanah bengkok ini disewakan atau digarap sendiri sehingga menjadi penghasilan yang cukup menggiurkan.

4. Jabatan tetap hingga pensiun

Berbeda dengan Keuchiek Gampong yang merupakan jabatan politis, Keurani Gampong merupakan jabatan tetap hingga masa pensiun (tua). Padahal, penghasilan jabatan carik cukup menggiurkan setiap bulannya.

Dengan demikian, seseorang yang menjadi carik akan masuk zona nyaman. Itu sebabnya, carik masuk dalam jajaran perangkat Gampong yang paling diincar warga.

5. Pungutan administratif

Kendati tidak bisa dibuktikan, tetapi pungutan tata kelola yang dijalankan carik terhadap warganya di saat mengorganisir surat-menyurat dan banyak sekali kebutuhan administratif yang lain telah bukan menjadi diam-diam lagi.

Lazimnya, carik mengemas bahasa pungutan itu dengan kata “seikhlasnya.” Entah Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, atau nominal yang lain yang biasa disebut “seikhlasnya.”

Dari 5 faktor tersebut, jabatan sekretaris Gampong sungguh prospektif, prestisius, dan menjanjikan. Tak ayal, jabatan carik senantiasa menjadi incaran warga hingga tak jarang membuat gejolak sosial.