Cita Rasa Makanan Nusantara

Sentuh budaya masakan memperkaya masakan Nusantara, Sukar menemukan cita rasa yang orisinal.
KHAZANAH masakan Nusantara mempunyai rentang waktu dan proses yang panjang. Ia berkenaan dengan sentuh budaya (asimilasi dan akulturasi). Ragam bahan, piranti masak, teknik pengolahan, dan cita rasa memberi kekayaan tersendiri terhadap masakan Nusantara.
Aji Bromokusumo, peneliti masakan peranakan Tionghoa, mengutarakan bahwa masakan Nusantara banyak dipengaruhi unsur-unsur dari ragam budaya dan tradisi yang hadir di Nusantara.
“Seperti teknik memasak, peralatan memasak, dan proses pengawetan dengan teknik tertentu diperkenalkan para perantau Tiongkok yang tiba ke Nusantara,” kata Aji dalam diskusi “Kuliner Nusantara di Masa Lampau,” hasil kerja bareng majalah Historia, Historia Advertising, Birdcage Cafe, dan ACMI, pada 14 Desember 2013 di Jakarta.
Teknik atau cara pengolahan masakan yang ada di Nusantara sanggup ditelusur melalui catatan perjalanan orang absurd atau dari sumber tertulis ibarat manuskrip.
Catatan Rijklof van Goens, seorang duta VOC, sebagaimana dimuat Anthony Reid dalam Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid I: Tanah di Bawah Angin, memberi warta bahwa teknik mengolah makanan, terutama daging (domba, kambing, dan kerbau), pada suatu perayaan besar di Jawa dengan cara dipanggang, dirempahi, dan digoreng, tetapi hanya memakai minyak sebagai pengganti mentega.
Informasi mengenai teknik memasak pun terekam dalam beberapa manuskrip kuna. Dalam kitab Ramayana, pada dikala Trijata memperlihatkan beberapa masakan (pupuh XVII.101), tertera masakan yummy yang dimasak dengan minyak (landuga tatla-tila) dan masakan yang dibubuhi gula (modakanda sagula).
Sementara warta mengenai teknik merebus diproleh dari data arkeologis pada Prasasti Panggumulan A dan B , di Desa Kembang Arum, Sleman, Yogyakarta. Prasasti Kembang Arum, sebutan lain Prasasti Panggumulan, menunjukan bahwa pada upacara penetapan sima pada tanggal 10 Krsnapaksa (paro gelap), bulan Posya, tahun 824 sebagai anugrah Desa Panggumulan, disajikan banyak sekali hidangan, beberapa di antaranya sayuran berupa rumwarumwah (lalap), kuluban (lalap yang direbus), dudutan (lalap mentah), dan tetis.
Di sisi lain, salah satu teknik memasak yang dibawa oleh perantau dari Tiongkok ialah teknik menumis. Cara memasak dengan memberi sedikit minyak tetapi dengan api besar, memasukan materi beserta bumbu yang diaduk cepat (berulang-ulang), dan diangkat, tidak pernah dikenal sebelumnya di Nusantara.
Menurut chef dan hebat masakan Nusantara, William Wongso, menelusuri masakan sebagai sebuah tradisi dan warisan yang orisinal sukar dilakukan alasannya ialah imbas dan sentuh budaya dari luar. Mengenai cara atau teknik pengolahan makanan, setiap tempat mempunyai kekhasan yang pada kesannya memunculkan “cita rasa”.
“Cara mengolah masakan di banyak sekali tempat diajarkan melalui praktik langsung, tidak didokumentasikan melalui resep yang ditulis dan terpola,” kata William Wongso. “Kelemahannya ada pada sulitnya mencari ‘cita rasa’ yang otentik.”

Related : Cita Rasa Makanan Nusantara

0 Komentar untuk "Cita Rasa Makanan Nusantara"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)