1 Sarana paling utama menuju taqwa
Urgensi ilmu dalam kehidupan seorang mukmin yang bertaqwa ialah hal yang tidak sanggup disangkal. lantaran ketaqwaan itu sendiri identik dengan kemampuan merealisasikan ilmu yang shohih (benar) yang bersumber dari Al Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman salaful umah (pendahulu umat ini).
2. Amalan yang tidak terputus pahalanya.
Ilmu merupakan sesuatu yang paling berharga bagi setiap muslim , lantaran ilmu akan memelihara pemiliknya dan merupakan beban bawaan yang tidak berat, bahkan akan semakin bertambah bila diberikan atau digunakan, serta merupakan amalan yang akan tetap mengalir pahalanya , meskipun pemiliknya telah wafat, sebagaiman sabda Rosulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam .
3 Pondasi Utama Sebelum Berkata Dan beramal.
Ilmu mempunyai kedudukan yang agung dalam din ini, oleh jadinya ahlus sunnah wal jama’ah menyebabkan ilmu sebagai pondasi utama sebelum berkata-kata dan berzakat sebagaimana disebutkan oleh Imam Bukhory rahimahullaahu ta’ala dalam shohihnya “Bab ilmu sebelum berkata dan beramal“
Syaikh Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullaahu ta’ala mengatakan: “Dengan ayat ini Imam Al Bukhori berdalil bahwa kita harus memulai dengan ilmu sebelum berkata dan beramal. Ini merupakan dalil naqli yang terperinci bahwa insan pintar terlebih dahulu sebelum berzakat dan berkata. Sedangkan secara aqli hal yang membenarkan bahwa ilmu harus dimiliki sebelum berzakat dan berkata lantaran perbuatan dan perkataan tidak akan dinilai disisi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sebagai suatu ibadah jikalau tidak sesuai dengan syari’at. Sedangkan seseorang tidaklah mengetahui apakah amalannya sesuai dengan syari’at atau tidak melainkan dengan ilmu…” (Syarah Tsalatsatul Ushul).
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: “ Barangsiapa meninggalkan petunjuk jalan, ia tersesat dijalan, dan tidak ada petunjuk jalan kecuali apa yang dibawa oleh Rosul.
Al Hasan berkata: ”Orang yang berzakat tanpa ilmu ialah mirip orang yang berjalan tidak diatas jalan yang semestinya. orang yang berzakat tanpa ilmu lebih banyak merusak dari pada memperbaiki carilah ilmu dengan cara yang tidak merugikan ibadah, dan carilah ibadah dengan cara yang tidak merugikan ilmu. Jika suatu kaum mencari ibadah dan meninggalkan ilmu, maka mereka memerangi umat Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam. Jika mereka mencari ilmu, maka ilmu tidak akan mengarahkan mereka berbuat kerusakan.”
Perbedaan antara ungkapan ini dengan ungkapan yang sebelumnya bahwa kedudukan ilmu pada ungkapan pertama ialah tingkatan pihak yang ditaati, diikuti, disuritauladani, diikuti hukumnya, sedang kedudukan ilmu pada ungkapan kedua adalah: Tingkatan petunjuk jalan yang mengantarkan kepada tujuan akhir.
4. Ilmu Merupakan Kebutuhan Rohani
Kebutuhan rohani terhadap ilmu melebihi kebutuhan jasmani terhadap makan dan minuman, sebagaimana perkataan imam Ahmad rahimahullaahu: ”Kebutuhan insan akan ilmu melebihi kebutuhannya akan makanan dan minuman, lantaran makanan dan minuman hanya diharapkan sekali atau dua kali dalam sehari, namun ilmu ia diharapkan sepanjang tarikan nafasnya.” Sebab rohani merupakan pengerak utama bagi jasmani jikalau rohani telah kering dari ilmu maka pada hakekatnya ia telah mati sebelum mati dan insan mirip ini menyerupai mayat-mayat yang berjalan, atau hidup bagaikan hewan ternak yang tidak sanggup mengambil pelajaran dan pengajaran.
Urgensi ilmu dalam kehidupan seorang mukmin yang bertaqwa ialah hal yang tidak sanggup disangkal. lantaran ketaqwaan itu sendiri identik dengan kemampuan merealisasikan ilmu yang shohih (benar) yang bersumber dari Al Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman salaful umah (pendahulu umat ini).
2. Amalan yang tidak terputus pahalanya.
Ilmu merupakan sesuatu yang paling berharga bagi setiap muslim , lantaran ilmu akan memelihara pemiliknya dan merupakan beban bawaan yang tidak berat, bahkan akan semakin bertambah bila diberikan atau digunakan, serta merupakan amalan yang akan tetap mengalir pahalanya , meskipun pemiliknya telah wafat, sebagaiman sabda Rosulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam .
3 Pondasi Utama Sebelum Berkata Dan beramal.
Ilmu mempunyai kedudukan yang agung dalam din ini, oleh jadinya ahlus sunnah wal jama’ah menyebabkan ilmu sebagai pondasi utama sebelum berkata-kata dan berzakat sebagaimana disebutkan oleh Imam Bukhory rahimahullaahu ta’ala dalam shohihnya “Bab ilmu sebelum berkata dan beramal“
Syaikh Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullaahu ta’ala mengatakan: “Dengan ayat ini Imam Al Bukhori berdalil bahwa kita harus memulai dengan ilmu sebelum berkata dan beramal. Ini merupakan dalil naqli yang terperinci bahwa insan pintar terlebih dahulu sebelum berzakat dan berkata. Sedangkan secara aqli hal yang membenarkan bahwa ilmu harus dimiliki sebelum berzakat dan berkata lantaran perbuatan dan perkataan tidak akan dinilai disisi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sebagai suatu ibadah jikalau tidak sesuai dengan syari’at. Sedangkan seseorang tidaklah mengetahui apakah amalannya sesuai dengan syari’at atau tidak melainkan dengan ilmu…” (Syarah Tsalatsatul Ushul).
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: “ Barangsiapa meninggalkan petunjuk jalan, ia tersesat dijalan, dan tidak ada petunjuk jalan kecuali apa yang dibawa oleh Rosul.
Al Hasan berkata: ”Orang yang berzakat tanpa ilmu ialah mirip orang yang berjalan tidak diatas jalan yang semestinya. orang yang berzakat tanpa ilmu lebih banyak merusak dari pada memperbaiki carilah ilmu dengan cara yang tidak merugikan ibadah, dan carilah ibadah dengan cara yang tidak merugikan ilmu. Jika suatu kaum mencari ibadah dan meninggalkan ilmu, maka mereka memerangi umat Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam. Jika mereka mencari ilmu, maka ilmu tidak akan mengarahkan mereka berbuat kerusakan.”
Perbedaan antara ungkapan ini dengan ungkapan yang sebelumnya bahwa kedudukan ilmu pada ungkapan pertama ialah tingkatan pihak yang ditaati, diikuti, disuritauladani, diikuti hukumnya, sedang kedudukan ilmu pada ungkapan kedua adalah: Tingkatan petunjuk jalan yang mengantarkan kepada tujuan akhir.
4. Ilmu Merupakan Kebutuhan Rohani
Kebutuhan rohani terhadap ilmu melebihi kebutuhan jasmani terhadap makan dan minuman, sebagaimana perkataan imam Ahmad rahimahullaahu: ”Kebutuhan insan akan ilmu melebihi kebutuhannya akan makanan dan minuman, lantaran makanan dan minuman hanya diharapkan sekali atau dua kali dalam sehari, namun ilmu ia diharapkan sepanjang tarikan nafasnya.” Sebab rohani merupakan pengerak utama bagi jasmani jikalau rohani telah kering dari ilmu maka pada hakekatnya ia telah mati sebelum mati dan insan mirip ini menyerupai mayat-mayat yang berjalan, atau hidup bagaikan hewan ternak yang tidak sanggup mengambil pelajaran dan pengajaran.
0 Komentar untuk "Fungsi Ilmu Secara Islam"