Hubungan Insan Dengan Agama



    Tujuan penciptaan insan yaitu untuk beribadah kepada Allah sebagai pencipta alam semesta. Allah sendiri yang mencipta dan memerintahkan ciptaan-Nya untuk beribadah kepada-Nya, juga menurunkan panduan semoga sanggup beribadah dengan benar. Panduan tersebut diturunkan Allah melalui nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, dari Adam AS sampai Muhammad SAW. Nabi-nabi dan rasul-rasul tersebut hanya mendapatkan Allah sebagai Tuhan mereka dan Islam sebagai panduan kehidupan mereka. Beribadah diartikan secara luas mencakup seluruh hal dalam kehidupan yang ditujukan hanya kepada Allah. Kita meyakini bahwa hanya Islamlah panduan bagi insan menuju kebahagiaan dunia dan akherat. Islam telah mengatur banyak sekali tentang dalam kehidupan manusia. Islam merupakan sistem hidup, bukan sekedar agama yang mengatur ibadah ritual belaka.
Sayangnya, pada ketika ini, kebanyakan kaum muslim tidak memahami hal ini. Mereka memahami pedoman Islam sebagaimana para penganut agama lain memahami pedoman agama mereka masing-masing, yakni bahwa pedoman agama hanya berlaku di tempat-tempat ibadah dan dilaksanakan secara ritual, tanpa ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut biasanya disebabkan lantaran dua hal: Pertama, terjadinya gerakan pembaruan di Eropa yang fikenal sebagai Renaissance dan Humanisme, sebagai reaksi masyarakat yang dikekang oleh kaum gereja pada masa masa pertengahan atau Dark Ages, kaum gereja mendirikan mahkamah inkuisisi yang dipakai untuk menghabisi para ilmuwan, cendikiawan, serta pembaharu. Setelah itu, pada masa Renaissance, masyarakat menilai bahwa Tuhan hanya berkuasa di gereja , sedangkan di luar itu masyarakat dan rajalah yang berkuasa. Paham dikotomis ini kemudian dibawa ke Asia melalui penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa; Kedua, masih adanya ulama-ulama yang jumud, kaku dalam menerapkan syariat-syariat Islam, tidak sanggup atau tidak mau mengikuti perkembangan jaman. Padahal selama tidak melanggar Al-Qur’an dan Hadits, ajaran-ajaran Islam yaitu luwes dan sanggup selalu mengikuti perkembangan zaman. Akibat kejumudan tersebut, banyak kalangan masyrakat yang merasa takut atau kesulitan dalam menerapkan syariat-syariat Islam dan menilainya tidak aplikatif. Ini menciptakan masyarakat semakin jauh dari syariat Islam.
Paham dikotomis melalui sekularisme tersebut antara lain dipengaruhi terutama oleh pemikiran August Comte melalui bukunya Course de la Philosophie Positive (1842) mengemukakan bahwa sepanjang sejarah pemikiran insan berkembang melalui tiga tahap: (1) tahap teologik, (2) tahap metafisik, dan (3) tahap positif; pemikiran tersebut melahirkan filsafat positivisme yang mempengaruhi ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, melalui sekularisme. Namun teori tersebut tidaklah benar, alasannya perkembangan pemikiran insan tidaklah demikian, ibarat pada zaman modern ini (tahap ketiga), insan masih tetap percaya pada Tuhan dan metafisika, bahkan kembali kepada spiritualisme.
Sejarah umat insan di barat menunjukkan bahwa dengan mengenyampingkan agama dan mengutamakan ilmu dan nalar insan semata-mata telah membawa krisis dan malapetaka. Atas pengalamannya tersebut, sekarang perhatian insan kembali kepada agama, karena: (1) Ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya, dan (2) cita-cita insan pada otak insan untuk memecahkan segala duduk masalah di masa kemudian tidak terwujud.
Kemajuan ilmu pengetahuan telah membawa insan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi, namun dampak negatifnya juga cukup besar kuat pada kehidupan insan secara keseluruhan. Sehingga untuk sanggup mengendalikan hal tersebut diharapkan agama, untuk diarahkan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Sehingga sanggup disimpulkan bahwa agama sangat diharapkan oleh insan sebagai pegangan hidup sehingga ilmu sanggup menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini yaitu Islam. Agama Islam yaitu agama yang selalu mendorong insan untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Qur’an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan insan akan bermutu, dengan agama kehidupan insan akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan insan akan tepat dan bahagia.
 
Sumber Referensi :
Al-Qardhawy, Yusuf. Fiqih Daulah dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadits. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.

Related : Hubungan Insan Dengan Agama

0 Komentar untuk "Hubungan Insan Dengan Agama"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)