Berbeda dengan setting kisah Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, Edensor mengambil setting di luar negeri ketika tokoh-tokoh utamanya, Ikal dan Arai menerima beasiswa untuk sekolah di Inggris dan Perancis. Dalam novel Edensor, Andrea semakin mapan dengan ciri khasnya, mengelola kisah ironi menjadi parodi dan menertawakan kesedihan dengan berbalut pandangan-pandangan yang penuh intelejensia perihal culture shock ketika kedua tokoh utama tersebut (yang berasal dari pedalaman Melayu di Pulau Belitong) tiba-tiba berada di Paris.
Namun hakikatnya karya sastra maksimalnya hanya 70% sanggup diimplikasikan ke dalam audio vidual (film), dan itulah hebatnya sastra yang mengarahkan pikiran kedalam imajinasi insan yang tidak terbatas.
Novel kedua Andrea Hirata “Sang Pemimpi” ini bertutur bagaimana ketiga anak kampung Melayu di daerah PN Timah Belitong menjalani hari-hari mereka bersama mimpi-mimpinya. Karena masih merupakan kelanjutan dari novel pertamanya Laskar Pelangi, Sang Pemimpi pun masih bertutur mengenai memoar kehidupan Ikal, dalam menapaki kehidupannya. Jika dalam Laskar Pelangi tokoh Ikal yang ketika SD sampai Sekolah Menengah Pertama ditemani oleh kesepuluh teman-temannya yang dinamai Laskar Pelangi, sekarang Ikal yang telah bersekolah di Sekolah Menengan Atas ditemani oleh dua orang temannya Arai dan Jimbron.
“Laskar Pelangi” Kisah luar biasa perihal belum dewasa Pulau Belitong itu diangkat dalam novel dengan judul ‘Laskar Pelangi’ oleh Andrea Hirata, salah satu dari sepuluh anak itu. Di buku tersebut Andrea mengangkat kisah bagaimana semangat belum dewasa kampung miskin itu berguru dalam segala keterbatasan. Mereka bersekolah tanpa bantalan kaki, baju tanpa kancing, atap sekolah yang bocor kalau hujan, dan papan tulis yang berlubang sampai terpaksa ditambal dengan poster Rhoma Irama.
Bila buku/novel yang bertema agama biasanya terkesan kaku dan menggurui, cobalah nikmati novel "Ayat Ayat Cinta" ini, Anda akan terkejut alasannya ialah Anda tidak akan bisa melepas buku ini dari genggaman Anda. Ceritanya begitu menyentuh dan mengalir seakan kita menjadi tokoh yang mengalami aneka macam problema yang melilit sang tokoh. Dilatarbelakangi kota Cairo yang megah dan modern, Fahri, sang tokoh mengajak kita mendalami Islam dengan bahasanya yang menyejukkan dan bisa mengubah paradigma kita bahwa Islam janganlah dilihat dari orang atau negara Islamnya, tetapi lihatlah Islam dari ajarannya. Diselingi oleh kisah-kisah relasi antar insan yang digambarkan secara menarik dan utuh tanpa harus terasa vulgar.
0 Komentar untuk "Imajinasi Tanpa Batas"