Bila kita membandingkan perkembangan sosial di Rusia dengan perkembangan sosial di negeri-negeri Eropa lainnya – dengan mengelompokkan negeri-negeri Eropa yang mempunyai sejarah yang serupa dan yang membuatnya berbeda dengan sejarah Rusia – kita sanggup menyampaikan bahwa aksara utama dari perkembangan sosial Rusia ialah keprimitifannya dan kelambanannya secara komparatif.
Di sini kita tidak akan berbicara mengenai penyebab-penyebab dasar dari keprimitifan ini, tetapi kenyataan ini tidak terelakkan: bahwa kehidupan sosial di Rusia dibangun di atas pondasi ekonomi yang lebih miskin dan lebih primitif.
Marxisme mengajarkan bahwa perkembangan kekuatan-kekuatan produksi-lah yang memilih proses historis-sosial. Pembentukan unit-unit ekonomi, kelas-kelas dan estate (kelompok sosial – Ed.) hanyalah mungkin terjadi bila perkembangan kekuatan produksi telah mencapai suatu level tertentu. Diferensiasi estate dan kelas, yang ditentukan oleh perkembangan pembagian kerja dan penciptaan fungsi-fungsi sosial yang lebih terspesialisasi, membutuhkan satu penggalan dari populasi yang diperkerjakan untuk memproduksi nilai-lebih yang melampaui kebutuhan konsumsinya. Kelas-kelas yang tidak berproduksi (non-producing classes) hanya bisa lahir dan mengambil bentuk melalui pengasingan nilai-lebih ini. Lebih jauh lagi, pembagian kerja di antara kelas-kelas yang berproduksi (producing classes) hanya mungkin tercapai bilamana perkembangan pertanian telah mencapai tingkatan tertentu, sehingga bisa menyediakan produk pertanian kepada populasi yang tidak bertani. Teori-teori mendasar perkembangan sosial ini sudah diformulasikan secara terperinci oleh Adam Smith.
Oleh lantaran itu, walaupun periode Novgorod dari sejarah kita berlangsung bersamaan dengan permulaan Zaman-Pertengahan di Eropa, lambatnya perkembangan ekonomi di Rusia yang disebabkan oleh kondisi-kondisi geografi dan historis (kondisi geografi yang tidak menguntungkan, populasi yang tersebar luas) menghambat proses pembentukan kelas dan memberinya sebuah aksara yang lebih primitif.
Sulit untuk memprediksi menyerupai apa bentuk perkembangan sosial di Rusia bila ia tetap terisolasi dan hanya berada di bawah dampak tendensi-tendensi internal saja. Cukup terperinci bahwa hal tersebut tidak terjadi. Kehidupan sosial Rusia, yang dibangun di atas pondasi ekonomi internal tertentu, selalu berada di bawah dampak dan tekanan sosial dan historis eksternal dari sekelilingnya.
Ketika organisasi sosial dan negara ini, di dalam proses pembentukannya, berbenturan dengan organisasi-organisasi sosial dan negara dari tetangga-tetangganya, keprimitifan relasi-relasi ekonomi Rusia dan perkembangan ekonomi negeri-negeri tetangga yang relatif lebih tinggi memainkan tugas yang besar dalam memilih proses selanjutnya.
Negara Rusia, yang tumbuh dari sebuah basis ekonomi yang primitif, memasuki relasi-relasi dan pertentangan dengan negeri-negeri yang dibangun dari pondasi yang lebih tinggi dan lebih stabil. Ada dua kemungkinan yang sanggup terjadi: Negara Rusia runtuh dalam perlawanannya dengan negeri-negeri tersebut, menyerupai halnya Golden Horde yang runtuh dalam pertentangannya dengan Rusia; atau Rusia akan melampaui negeri-negeri tersebut dalam perkembangan relasi-relasi ekonomi dan menyerap kekuatan-kekuatan vital yang jauh lebih besar dibandingkan bila ia tetap terisolasi. Akan tetapi, ekonomi Rusia sudah cukup berkembang, dan ini mencegah skenario runtuhnya Rusia. Negara Rusia tidak hancur tetapi mulai tumbuh di bawah tekanan yang sangat besar dari kekuatan-kekuatan ekonomi.
Oleh karenanya, dilema utamanya ialah bukan Rusia dikelilingi oleh musuh-musuhnya dari aneka macam penjuru. Ini tidak menjelaskan apa-apa. Semua negeri Eropa dikelilingi oleh musuh-musuhnya, kecuali mungkin Inggris. Di dalam perjuangannya untuk eksis, negeri-negeri ini bergantung pada basis ekonomi yang kurang lebih sama, dan maka dari itu perkembangan organisasi negara mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh tekanan eksternal yang besar.
Perang melawan Crimea dan Nogai Tatar memperlihatkan tekanan yang sangat besar pada negara Rusia. Tetapi ini tidaklah lebih besar dibandingkan dengan perang antara Prancis dan Inggris yang berlangsung ratusan tahun. Bukan orang Tatar yang memaksa Rusia untuk memperkenalkan senjata api dan membentuk tentara reguler Streltsi bukan orang Tatar yang memaksa Rusia untuk membentuk pasukan berkuda dan tentara infantri; yang melaksanakan itu ialah tekanan dari Lithuania, Polandia, dan Swedia.
Sebagai akhir dari tekanan Eropa Barat, Negara Rusia menelan produk nilai-lebih yang sangatlah besar; dalam kata lain, ia hidup dari menghisap kelas-kelas atas yang sedang dalam proses pembentukan, dan oleh lantaran itu menghambat perkembangan kelas-kelas ini yang memang sudah lambat. Bukan hanya itu saja. Negara Rusia merampas ‘hasil produksi yang penting’ dari kaum tani, merampas sumber penghidupannya, memaksa kaum tani untuk mengungsi dari tanah mereka – dan oleh lantaran itu menghambat pertumbuhan populasi dan perkembangan kekuatan-kekuatan produksi. Maka dari itu, lantaran Negara menelan produk nilai-lebih yang teramat besar, ia menghambat diferensiasi estate yang memang sudah lambat; lantaran ia merampas produk yang penting, Negara Rusia menghancurkan bahkan basis-basis produksi primitif yang beliau butuhkan.
Tetapi, untuk bisa eksis, untuk bisa berfungsi, dan yang paling penting untuk bisa mengasingkan produk nilai-lebih yang beliau butuhkan, Negara Rusia membutuhkan organisasi estate yang hirarkikal. Inilah mengapa, walaupun Negara Rusia melemahkan pondasi-pondasi ekonomi untuk perkembangannya, pada ketika yang sama ia berusaha keras untuk mendorong perkembangan pondasi-pondasi ekonomi ini dengan kebijakan-kebijakan pemerintahan, dan – menyerupai negeri-negeri yang lain – berusaha keras untuk mendorong perkembangan estate-estate ini untuk kepentingannya sendiri. Milyukov, spesialis sejarah budaya Rusia, melihat di sini sebuah kontras dengan sejarah Eropa Barat. Tetapi bekerjsama tidak ada kontras di sini.
Estate-Monarki Zaman Pertengahan, yang tumbuh dari absolutisme birokratik, membentuk sebuah bentuk negara yang memperkuat kepentingan-kepentingan dan relasi-relasi sosial tertentu. Tetapi bentuk negara ini sendiri, sesudah ia lahir dan eksis, mempunyai kepentingan-kepentingannya sendiri (dinasti, monarki, birokrat …) yang bertentangan dengan kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok estate yang lebih rendah dan juga yang lebih tinggi. Kelompok-kelompok estate yang mendominasi, yang merupakan ‘tembok penengah’ antara massa rakyat dan organisasi Negara, menekan organisasi Negara dan membuat kepentingan-kepentingan mereka menjadi penggalan dari kegiatan Negara. Pada ketika yang sama, kekuasaan Negara, sebagai sebuah kekuatan yang independen, juga memandang kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok estate yang lebih tinggi dari sudut pandang mereka sendiri. Ia mulai menolak aspirasi mereka dan mencoba menekukkan lutut mereka. Relasi-relasi historis antara Negara dan kelompok-kelompok estate mengikuti garis konsekuensi yang ditentukan oleh hubungan kekuatan-kekuatan sosial.
Sebuah proses yang serupa dalam basis fundamentalnya mengambil daerah di Rusia. Negara Rusia berusaha keras untuk memanfaatkan kelompok-kelompok ekonomi yang sedang berkembang, untuk menguasai mereka di bawah kepentingan-kepentingan finansial dan militer yang terspesialisasi. Kelompok-kelompok ekonomi yang mendominasi ini, seiring dengan pertumbuhan mereka, berusaha untuk memakai Negara untuk mengkonsolidasikan posisi mereka dalam bentuk privilese-privilese estate. Di dalam permainan kekuatan-kekuatan sosial ini, hasil alhasil jauh lebih menguntungkan Negara Rusia, tidak menyerupai sejarah Eropa Barat. Pertukaran jasa antara Negara dan kelompok-kelompok sosial atas, yang mengorbankan rakyat pekerja, yang menemukan ekspresinya di dalam distribusi hak dan kewajiban, distribusi beban dan privilese; pertukaran jasa ini lebih kurang menguntungkan bagi kaum aristokrat dan kaum pendeta di Rusia bila dibandingkan dengan estate-Monarki pada ketika Zaman Pertengahan di Eropa. Ini sangatlah jelas. Akan tetapi, walaupun di Eropa Barat kelompok-kelompok estate membuat Negara, akan sangat berlebihan bila kita kemudian menyampaikan bahwa di Rusia kekuasaan Negara membuat kelompok-kelompok estate (seperti yang dikatakan oleh Milyukov).
Kelompok-kelompok estate tidak sanggup diciptakan melalui kebijakan-kebijakan Negara dan hukumnya. Sebelum sebuah kelompok sosial sanggup mengambil bentuk sebagai kelompok estate yang mempunyai hak istimewa dengan sumbangan kekuasaan Negara, ia harus berkembang terlebih dahulu secara ekonomi dengan semua kemajuan-kemajuan sosialnya. Estate tidak sanggup dibangun menurut hirarki sosial yang sebelumnya, atau menurut undang-undang Legion d’Honneur. Dengan sumberdayanya, Negara hanya sanggup membantu proses ekonomi dasar yang membawa ke permukaan formasi-formasi ekonomi yang lebih tinggi. Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, Negara Rusia mengkonsumsi penggalan yang sangat besar dari kekuatan-kekuatan produksi bangsa, dan oleh lantaran itu menghambat proses kristalisasi kelas-kelas sosial, tetapi ia membutuhkan proses ini untuk kepentingan-kepentingannya sendiri. Maka dari itu, sangatlah lazim bila di bawah dampak dan tekanan dari Eropa Barat yang ditransfer melalui organisasi militer-negara, Negara Rusia merespon dengan memaksa perkembangan diferensiasi kelas sosial di atas sebuah pondasi ekonomi yang primitif. Dan tidaklah absurd bila Negara di dalam usahanya sebagai wali dari perkembangan diferensiasi kelas ini akan memakai kekuasaannya untuk mengarahkan perkembangan kelas-kelas atas sesuai dengan kepentingannya sendiri. Tetapi dalam perjalanannya untuk mencapai tujuan ini, Negara Rusia terhambat oleh kelemahannya sendiri dan keprimitifan organisasinya, yang disebabkan oleh keprimitifan struktur sosial.
Maka dari itu, Negara Rusia, yang dibangun di atas basis kondisi-kondisi ekonomi Rusia, terdorong maju oleh tekanan bersahabat, dan bahkan lebih oleh tekanan yang bermusuhan, dari Negara-Negara tetangga yang telah berkembang di atas basis ekonomi yang lebih tinggi. Semenjak itu – terutama sejak final kurun ke-17 – Negara Rusia berusaha keras dengan seluruh kekuatannya untuk mempercepat perkembangan alami ekonomi bangsa. Cabang-cabang gres dari kerajinan-tangan, mesin-mesin, pabrik-pabrik, industri besar, kapital, boleh dibilang dicangkok di batang pohon ekonomi. Kapitalisme tampak menyerupai dilahirkan oleh Negara.
Dari sini, sanggup dibilang bila semua ilmu pengetahuan di Rusia ialah produk artifisial dari pemerintahan, sebuah cangkokan artifisial dari kebodohan nasional.
Kebudayaan Rusia, menyerupai halnya ekonomi Rusia, berkembang di bawah tekanan eksklusif dari kebudayaan dan ekonomi Eropa yang lebih tinggi. Karena aksara alami dari kondisi-kondisi ekonomi Rusia – yakni perdagangan asing yang lemah dan relasi-relasi dengan bangsa-bangsa yang lain didominasi oleh aksara Negara – maka dampak dari bangsa-bangsa ini diekspresikan di dalam usaha untuk kelangsungan Negara sebelum diekspresikan di dalam kompetisi ekonomi secara langsung. Ekonomi Eropa Barat mempengaruhi ekonomi Rusia melalui Negara. Supaya bisa bertahan hidup di tengah-tengah negeri-negeri musuh yang persenjataannya lebih baik, Rusia terpaksa harus membangun pabrik-pabrik, membuka sekolah-sekolah navigasi, mencetak buku-buku teks mengenai pertahanan, dsb. Secara umum, arah ekonomi internal dari bangsa yang besar ini bergerak ke arah yang sama, dan perkembangan kondisi-kondisi ekonomi membuat seruan untuk ilmu pengetahuan umum dan teknik. Kalau tidak begitu, maka usaha Negara Rusia akan sia-sia saja. Ekonomi nasional Rusia, yang berkembang dari ekonomi alami ke ekonomi moneter-komoditi, hanya dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan perkembangannya. Sejarah perindustrian Rusia, sistem moneter Rusia, dan sistem kredit Negara, ialah pola yang paling anggun untuk paparan di atas.
“Mayoritas cabang-cabang industri (metal, gula, minyak bumi, kilang minyak, bahkan industri tekstil) dibangun di bawah dampak eksklusif dari kebijakan-kebijakan Pemerintah, kadang kala bahkan dengan sumbangan subsidi Pemerintah yang besar, tetapi terutama lantaran Pemerintah selalu secara sadar menjalankan kebijakan Proteksionis. Selama rejim Alexander, Pemerintah secara terbuka mengadopsi kebijakan ini di dalam panji-panjinya … Lingkaran-lingkaran pejabat tinggi Pemerintah, yang secara penuh mendapatkan prinsip-prinsip Proteksionisme dalam aplikasinya di Rusia, ternyata lebih maju dibandingkan kelas-kelas terdidik kita secara keseluruhan.” (Profesor D. Mendeleyev. “Toward the Understanding of Russia”, St. Petersburg, 1906, hal. 84)
Para pendukung Proteksionisme industri yang terdidik ini lupa menambahkan bahwa kebijakan Pemerintah ini tidak didikte oleh impian untuk membuatkan kekuatan-kekuatan industri, tetapi sepenuhnya oleh pertimbangan-pertimbangan fiskal dan sedikit banyak oleh pertimbangan-pertimbangan militer. Untuk alasan ini, kebijakan Proteksionisme sering bertentangan dengan kepentingan-kepemtingan mendasar dari perkembangan industri, dan bahkan sering bertentangan dengan kepentingan-kepentingan individual dari banyak kelompok-kelompok pedagang. Para pemilik pabrik pemintal-kapas secara terbuka menyatakan bahwa “pajak kapas yang tinggi ini dipertahankan bukan untuk mendorong perkebunan kapas tetapi hanya untuk kepentingan-kepentingan fiskal”. Dalam ‘penciptaan’ estate dan menyerupai halnya juga dalam penciptaan industri perkebunan, Pemerintah Rusia hanya mengejar tujuan-tujuannya sendiri dan pertimbangan utamanya ialah memenuhi pajak negara. Akan tetapi, terperinci bila kaum otokrasi memainkan tugas yang cukup besar dalam mengimplementasikan sistem produksi pabrik di Rusia.
Pada momen ketika kelas borjuasi yang sedang berkembang ini mulai merasa bila mereka memerlukan institusi-institusi politik Eropa Barat, otokrasi sudah dipersenjatai dengan semua kekuatan material Negara Eropa. Negara Rusia ialah sebuah mesin birokrasi sentralistis yang cukup tidak berkhasiat untuk membangun relasi-relasi sosial yang baru, tetapi bisa melaksanakan represi yang sistematis. Wilayah Rusia yang sangat luas sudah teratasi dengan telegraf, yang memperlihatkan kepercayaan-diri untuk aksi-aksi manajemen dan secara relatif memperlihatkan kesetaraan dan kecepatan dalam tindakan-tindakannya (tindakan represi). Rel-rel kereta api memungkinkan Rusia untuk mengirim tentara dari satu ujung ke ujung yang lain dengan cepat. Pemerintahan-pemerintahan pra-revolusi di Eropa tidak mempunyai rel dan telegraf. Angkatan bersenjata milik absolutisme Rusia ini sangatlah besar – dan bila ia tidak berkhasiat di dalam peperangan Rusia-Jepang, ia tetap berkhasiat untuk dominasi internal. Bukan hanya Pemerintah Prancis sebelum Revolusi Besar (1789-1799), bahkan Pemerintah Prancis tahun 1848 pun tidak mempunyai tentara menyerupai Rusia kini ini.
Dengan mengeksploitasi Rusia sebesar-besarnya melalui mesin fiskal dan militernya, Pemerintahan Rusia meningkatkan anggaran tahunannya hingga sebesar dua milyar rubel. Didukung oleh tentaranya dan neraca keuangannya, pemerintah otokrasi ini membuat Bursa Saham Eropa sebagai departemen pajaknya, dan oleh karenanya pembayar pajak Rusia menjadi pembayar upeti kepada Bursa Saham Eropa
Maka, pada 1880-1890an, Pemerintahan Rusia menghadapi dunia sebagai sebuah organisasi militer-birokrasi dan fiskal-Bursa-Saham yang teramat kuat.
Kekuatan finansial dan militer dari monarki-absolut ini membingungkan dan membutakan bukan hanya kaum borjuasi Eropa tetapi juga kaum liberal Rusia, yang telah kehilangan semua keyakinan untuk melawan absolutisme. Kekuatan finansial dan militer dari monarki-absolutis ini sepertinya menihilkan kemungkinan Revolusi Rusia. Tetapi kenyataannya justru sebaliknya.
Semakin tersentralisirnya sebuah pemerintah dan semakin terpisahnya ia dari masyarakat, semakin cepat ia menjadi sebuah organisasi yang otokratik yang berdiri di atas masyarakat. Semakin besar kekuatan-kekuatan finansial dan militer yang dimiliki organisasi semacam itu, semakin usang dan semakin berhasil ia sanggup melanjutkan usaha untuk mempertahankan keberadaannya. Negara Rusia yang sentralis, dengan anggaran belanjanya yang sebesar 2 milyar, hutangnya sebesar 8 milyar dan angkatan bersenjata dengan jutaan tentara, bisa bertahan jauh sesudah ia sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar perkembangan sosial – bukan hanya kebutuhan-kebutuhan manajemen internal tetapi bahkan kebutuhan-kebutuhan pertahanan militer, dimana tujuan awal dari Negara ini ialah justru pertahanan.
Semakin usang dilema ini tak terpecahkan, semakin besar pertentangan antara kebutuhan perkembangan ekonomi dan sosial dengan kebijakan Pemerintah, yang telah membuat inersia ‘jutaan kali lipat’. Setelah era ‘reforma-reforma tambalan’ – yang tidak menuntaskan kontradiksi-kontradiksi ini, tetapi sebaliknya mengekspos mereka untuk pertama kalinya – ditinggal di belakang, menjadi semakin sulit dan mustahil secara psikologis bagi Pemerintah untuk secara sukarela mengambil jalan parlementer. Satu-satunya jalan keluar dari kontradiksi-kontradiksi ini ialah melalui akumulasi tekanan di dalam mesin uap absolutisme yang cukup besar untuk menghancurkan ketel mesin uap tersebut.
Oleh lantaran itu, kekuatan administrasi, militer, dan finansial dari absolutisme tidak hanya membuat revolusi suatu hal yang mungkin – menyerupai pendapatnya kaum liberal – tetapi sebaliknya membuat revolusi sebagai satu-satunya jalan keluar. Terlebih lagi, revolusi ini niscaya akan mengambil aksara yang radikal lantaran jurang besar antara Negara dan masyarakat yang digali oleh absolutisme. Marxisme Rusia boleh berbangga hati lantaran dengan sendirinya bisa menjelaskan arah perkembangan gerakan ini dan meramal bentuk-bentuk umumnya, sedangkan kaum liberal menyuap diri mereka sendiri dengan ‘praktikalisme’ yang utopis dan kaum ‘Narodnik’ yang revolusioner hidup di dalam fantasi dan mempercayai mujizat-mujizat.
Semua perkembangan sosial yang kita saksikan ini membuat revolusi tak-terelakkan. Lalu, apa kekuatan-kekuatan pengerak revolusi ini?
Referensi: hasil dan prospek Leon Trotsky 1906
0 Komentar untuk "Keunikan Perkembangan Sejarah Rusia"