Saat ini proses keadilan di bangsa ini sedang dipertanyakan. Para penegak keadilan yang dibutuhkan sanggup menawarkan rasa kondusif masyarakat di dalam proses mendapat keadilan ternyata malah berbeda pendapat satu dengan lainnya.
Di ketika inilah perlunya kita kembali menengok masa keemasan bangsa kita, tak ada salahnya untuk membaca kembali sejarah bangsa kita. Anonim menyampaikan “Bila dunia mau berguru dari sejarah, maka dunia akan tenteram.”
Bila bicara perihal sejarah keadilan bangsa ini, maka kita niscaya bicara perihal Kisah Ratu Shima yang dikisahkan dalam dongeng Dinasti Tang perihal Ratu Jawa.
Shima atau Sima yakni seorang ratu yang memerintah kerajaan Kalingga dari tahun 674 - 695 M. Kerajaan Kalingga yang terletak kira-kira di sekitar tempat Jepara, Jawa Tengah, mengalami masa kejayaannya di masa pemerintahan beliau.
Pada masa itu, pemerintahan Ratu Sima populer sangat adil sehingga rakyat pun amat patuh pada penguasa, bahkan kalau ada buah mangga jatuh di jalanpun tidak akan ada orang yang berani mengambilnya tanpa seijin pemilik. Cerita ini terdengar seorang pangeran Arab.
Sang Pangeran Arab ingin menguji dongeng tersebut dengan mengutus seseorang untuk meletakkan sebuah pundi berisi emas dan permata di sebuah jalan di pasar Kalingga. Dan ternyata dongeng itu benar, tak ada seorangpun yang mengambil bahkan melewati pundi tersebut. Tiga tahun lamanya pundi itu tergeletak di jalan tersebut tanpa tersenggol sedikitpun hingga pada suatu hari sang pewaris tahta Kalingga entah sengaja ataupun tidak melangkahi pundi tersebut. Berita tersebut hingga ke pendengaran sang Ratu, dan dia marah sekali. Maka dipanggillah sang pewaris tahta dan diadili di hadapan seluruh rakyat dan pejabat negara. Dan diputuskan oleh sang Ratu untuk menghukum mati sang pewaris tahta yang juga anak kandungnya sendiri.
Para menteri pun memohon dispensasi pada sang Ratu, dan sang Ratu pun bersabda pada sang putra. “Kesalahanmu terletak pada kedua kakimu, maka cukuplah kedua kakimu yang dipotong untuk menjadi pelajaran bagi yang lain.”
Seorang raja Tazi urung menyerang kerajaan Kalingga sehabis mendengar kisah ini, entah alasannya yakni kekagumannya pada sang Ratu yang adil dalam memerintah atau pada para penduduk Kalingga yang taat pada keadilan, kombinasi keduanya yakni hal yang amat langka di seluruh bangsa di dunia.
Kisah ini terdapat banyak sekali versi dalam penceritaannya. Tetapi pesan tersirat yang sanggup diambil ialah bahwa rasa keadilan sanggup membuat rasa kondusif bagi seluruh masyarakat suatu bangsa.
Untuk mendapat hal tersebut maka dibutuhkan seorang pengambil kebijakan yang bernyali besar dan bisa bersikap adil. Adakah?
Sumber: sosbud.kompasiana.com
0 Komentar untuk "Kisah Ratu Sima Dan Teladannya"