Lebih Baik Makan Gaplek Tapi Tak Jadi Budak

Masih ingatkah anda dengan kata2 Bung Karno: Lebih Baik Makan Gaplek Tapi Tak Makara Budak
Yaps
Publik belakangan digegerkan dengan kabar perbudakan yang menimpa puluhan cowok dari pelbagai kawasan di Tangerang. Mereka diperlakukan secara tidak manusiawi oleh bos tempatnya bekerja di pabrik kuali, Yuki Irawan.

Aksi perbudakan yang terjadi di masa moderen tentu tak sanggup dimaafkan. Sebab, hal itu melanggar hak azasi insan (HAM) yang dimiliki oleh tiap insan dan menyalahi aturan internasional.

Dulu, di masa pra-kemerdekaan, penjajah Belanda dan Jepang kerap menjadikan warga pribumi menjadi budaknya. Rakyat dipaksa bekerja membangun jalan, bekerja di perkebunan, membangun rel kereta, sampai menciptakan gua, oleh penjajah.

Mereka diperlakukan secara binatang. Siksaan selalu menanti jikalau mereka loyo dalam bekerja. Padahal, mereka tidak diberi upah bahkan waktu istirahat dan makan yang diberikan kepada mereka pun tak layak.

Di mata Presiden pertama RI Soekarno , perbudakan merupakan sesuatu yang haram. Bung Karno bahkan menuangkan idealismenya itu sebagai perilaku Indonesia kala itu.

Kala itu, Bung Karno bercita-cita biar Indonesia menjadi bangsa yang berdiri di kaki sendiri atau berdikari. Indonesia dihentikan menjadi budak bangsa lain. Karenanya, Indonesia pantang meminta-minta kepada negara lain.

"Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jikalau bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu. Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bistik tetapi budak," kata Bung Karno dikala berpidato pada HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1963.

Sikap anti-perbudakan yang dimiliki Bung Karno juga ditunjukkan dengan perilaku anti-imperialisme. Bung Karno kala itu bahkan sudah memprediksi imperialisme akan menjelma neo-imperialisme di bidang ekonomi.

Imperialisme yakni sebuah isme yang menghalalkan negara besar memegang kendali atas pemerintahan negara lain atau daerah. Salah satu akhir imperialisme di bidang ekonomi yakni negara besar pemilik modal akan semakin kaya dan menjadi sentra kekayaan sementara negara yang dikuasainya semakin miskin. Hal ini akan mengakibatkan negara tersebut menjadi budak negara besar dari segi ketergantungan ekonomi alias penjajahan gaya baru.

Related : Lebih Baik Makan Gaplek Tapi Tak Jadi Budak

0 Komentar untuk "Lebih Baik Makan Gaplek Tapi Tak Jadi Budak"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)