Membangun 'Nama' Dalam Sebuah Produk


Meski terdengar klise dan menjadi hal yang sudah diketahui oleh banyak orang, tapi membangun merk masih saja menjadi sesuatu yang kadang sulit dilakukan. Padahal, dengan membangun brand, berarti membangun "keabadian".

Cobalah cari tanggapan atas pertanyaan berikut ini. Apa yang identik dengan motor besar? Apa yang dicari ketika ingin mendapat sepatu dan alat olahraga berkelas? Dengan cepat, orang akan segera menjawab Harley Davidson dan Nike untuk kedua pertanyaan tersebut.

Namun, cobalah tanya, apa yang ada di benak ketika menyebut nama fastfood atau makanan cepat saji? McDonald, Kentucky Fried Chicken, Burger King, A&W, manakah yang keluar di benak Anda kali pertama? Dengan masing-masing merek berbeda tapi pada satu lini produk yang sama saja, kadang mengundang "kebingungan" tersendiri. Karena itu, setiap produk, haruslah mempunyai "nama" yang tak bisa tergantikan. Termasuk, produk dari perjuangan yang gres berkembang sekali pun. Untuk itu, menjadi yang pertama, yang terbaik, yang unik, memang menjadi sebuah kekuatan dan daya tawar untuk membangun brand. Tapi, cukupkah itu?

Kevin Roberts, CEO dari distributor iklan Saatchi & Saatchi Worldwide dalam bukunya Lovemarks: The Future Beyond Brands, menegaskan, "Membuat merk haruslah bisa membuat suatu 'nama' yang tak tergantikan, dan itu bisa dilakukan dengan pendekatan emosional, misteri (rasa penasaran), sensualitas, dan kedekatan (keintiman)." Ia juga mengingatkan, bahwa ini sangat vital untuk perjuangan yang gres bertumbuh, alasannya ialah kekuatan untuk berinvestasi pada promosi masih belum sekuat perusahaan besar.

Bagaimana caranya? CEO Austin dan Idea City, Spence menyarankan satu hal utama: "Setiap bisnis yang berkembang harus bisa menjawab bagaimana caranya meningkatkan standar hidup pelanggan." Untuk itu, merk haruslah mengandung 'janji suci' yang bisa menjawab cita-cita konsumen. Spence memisalkan, Walmart, yang identik dengan belanja yang hemat. Ini contohnya sepadan juga dengan AirAsia, yang sekarang identik dengan penerbangan berharga terjangkau. "Janji suci" kedua perusahaan itulah yang membuat orang sampai sekarang masih menjadi pelanggan setia kedua perusahaan tersebut.

Lebih jauh, untuk pebisnis pemula, Spence menyarankan, kita bisa mencari merk yang pas dan sempurna dengan cara bertanya kembali, apa tujuan semula mendirikan usaha? Apa saja ceruk yang bisa diisi dengan produk perjuangan kita, apa saja kebutuhan yang bisa dicukupi oleh produk kita, dan apa hal unik yang bisa kita tawarkan pada konsumen?

Untuk mengetahui dan menggali apa saja yang bisa kita jadikan "janji suci" dalam merk kita, Spence menganjurkan bertanya pada orang-orang yang jujur di sekitar. Misalnya lima orang karyawan dan lima orang pelanggan tetap. Lantas, pertanyakan kepada mereka, apa yang masih bisa ditingkatkan, apa yang berdasarkan Anda telah dilakukan perusahaan lebih baik dibanding pesaing lainnya?

Jika sudah mendapat poin penting yang bisa dipilih sebagai "janji suci" tersebut, jadikan itu sebagai pegangan untuk membesarkan usaha. Namun, harus diingat, "janji suci" ini bukan sembarang janji. Brand yang sudah mempunyai "janji suci" haruslah bisa memenuhi komitmen tersebut. Sebab, berdasarkan Stan Richards dari The Richards Group Advertising Firm, sekali melanggar janji, konsumen akan kecewa dan sulit kembali lagi.


Related : Membangun 'Nama' Dalam Sebuah Produk

0 Komentar untuk "Membangun 'Nama' Dalam Sebuah Produk"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)