Aku bekerjsama bukan peminat filem India. Walaupun begitu saya tidak menolak mentah-mentah bila ada filem India yang manis ibarat Slamdog Millionaire. Mata tidak akan lepas menonton filem ini hingga habis. Apalagi ditambah dengan aransemen musik oleh A.R. Rahman. Memang betul-betul kelas Oscar.
Ada satu lagi filem India yang dipromosikan oleh kawan-kawan di Facebook. Mereka bilang filem tersebut bagus, dan termasuk dalam box ofice di Inggris dan Amerika. Ah masak sih? Penasaran saya periksa jadwal pemutaran filem di bioskop, mana tahu filemya masih di putar. Ternyata filem tersebut tidak ditayangkan lagi di bioskop. Aku gres ingat pernah melihat iklan filem tersebut sekitar tiga ahad yang kemudian di sebuah sentra perbelanjaan. Tapi pada dikala itu, saya tidak tertarik dengan filem yang berjudul “My Name Is Khan”.
Penderita Autis
Inti kisah filem ini yakni bagaimana seorang Muslim India yang berjulukan Rizwan Khan, hendak menyatakan kepada presiden Amerika bahwa beliau bukan teroris. Rizwan Khan yakni penderita Autis. Karena penyakitnya beliau sering menjadi korban gangguang belum dewasa di sekolah (bullying). Namun disebalik penyakitnya itu, Rizwan Khan yakni seorang yang cerdas. Dia bisa memperbaiki barang apa saja, terutama peralatan elektronik atau mesin. Salah satu slogan beliau yakni “Repair Almost Anything”.
Ketika ada pertikaian antara Muslim dan Hindu sekitar tahun 1983, Rizuan Khan menjadi sangat marah. Untuk meredakan kemarahannya, ibunya segera mengambil sehelai kertas dan menggambarkan dua orang, baik dan jahat. Si ibu berusaha menanamkan konsep bahwa di dunia hanya ada dua jenis insan yaitu insan baik dan insan jahat, tidak peduli apa agamanya. Penerangan ibunya bisa menenangkan Rizwan Khan. Tapi konsep ini di kemudian hari dipakai oleh Rizwan untuk melanggar aturan agama.
Rizwan Khan mempunyai seorang adik lelaki. Ketika besar, adiknya mendapat beasiswa untuk sekolah di Amerika. Setelah ibunya meninggal, Rizwan menyusul abangnya ke Amerika dan bekerja sebagai penjual kosmetik bagi perusahaan abangnya.
Menikah Dengan Perempuan Bukan Ahli Kitab
Pada suatu hari, Rizwan bertemu dengan seorang perempuan India (Madira) di sebuah salon. Setelah melalui masa-masa untuk menarik perempuan itu, jadinya mereka menikah. Pernikahan mereka ditentang oleh abangnya. Kenapa? Karena perempuan itu beragama Hindu. Di situlah masalahnya. Ketika abangnya menyampaikan haram untuk menikah dengan perempuan Hindu, apa jawab si Rizwan. Rizwan berkata bahwa insan itu terbagi atas baik dan jelek bukan agamanya. Karena beliau menganggap sang kekasihnya yakni dalam kategori baik, maka beliau nekat menikahinya. Kan ancaman budi ibarat ini dibawa ke dalam aturan Islam yang sudah pasti.
Seorang lelaki haram menikah dengan perempuan yang bukan dari golongan andal kitab. itu sudah tidak ada khilaf lagi. Lebih parah lagi, adiknya yang mencoba menghalangi ijab kabul tersebut digambarkan sebagai orang yang tidak baik dan tidak toleran. Dalam urusan yang satu ini, filem My Name Is Khan, sepertinya membawa pemikiran liberal ke dalam benak penontonnya. Berhati-hatilah dengan perang pemikiran ibarat ini.
Merubah Nama Keluarga
Akhirnya walaupun mendapat penentangan dari adiknya, Rizwan Khan tetap melanjutkan ijab kabul dengan Mandira yang telah mempunyai seorang anak pria berumur 6 tahun. Dari sinilah konflik mulai terbangun yaitu ketika istri dan anaknya merubah nama belakang mereka kepada “KHAN”. Barang siapa yang mempunyai nama belakang KHAN di India dan Pakistan, maka bisa dipastikan beliau yakni seorang Muslim. Contohnya saja Sakh Rukh Khan yang memerankan Rizwan Khan yakni seorang muslim. Tapi maklum sajalah bila ada artis yang beragama Islam. Islamnya entah di bawa kemana.
Di dalam Islam sendiri bekerjsama tidak ada suruhan untuk merubah nama belakang istri kepada nama belakang suaminya. Begitu juga dengan mengubah nama belakang anak tirinya kepada nama belakang bapak tirinya, tidak ada dasar dalam Islam. Itu yakni budaya barat. Islam sangat menjaga jalur keturunan. Makanya si anak tiri tersebut, tidak patut merubah nama belakangnya kepada nama bapak tirinya.
Makara di dalam filem ini, konflik dibangun tidak menurut fatwa Islam yang sebenarnya. Tapi menurut budaya barat.
Kecurigaan Terhadap Mesjid
Sayangnya filem ini juga menunjukkan bahwa orang-orang yang sedang menghadiri kuliah di dalam mesjid biasanya terlibat di dalam aktivitas terorisme. Makara kesan yang didapat dari filem ini adalah, bila mau menangkap teroris, maka pergilah ke mana-mana mesjid, cari mereka yang sedang duduk mendengarkan kuliah. Di dalam filem ini tidak ditunjukkan kegiatan-kegiatan positif yang sering dilakukan di dalam mesjid.Jadi kesimpulan yang didapat dari filem ini yakni mesjid yakni kawasan aktivitas para teroris.
Sholat Dimana Saja
Salah satu sisi positif dari filem ini yakni banyaknya adegan yang menunjukkan Rizwan Khan menunaikan ibadah sholat. Dia tidak malu-malu untuk sholat dimana saja. Ini yang patut dicontoh oleh kebanyakan umat Islam di Indonesia, lantaran saya banyak menjumpai mereka aib untuk sholat di muka umum.
Namun sesudah 9/11, sholat di muka umum di Amerika juga perlu hati-hati juga. Salah-salah bisa dianggap sebagai aktifitas terorisme. Beberapa bulan yang lalu, sekumpulan imam yang sedang sholat di bandara, dihentikan naik pesawat dan diinterograsi oleh polisi bandara. Juga beberapa ahad yang lalu, sekitar 7 orang muslim yang gres siap belanja di sebuah supermarket di Nevada diinterograsi sama polisi lantaran dianggap melaksanakan aktifitas teroris. Padahal yang mereka lakukan hanyalah sholat di kawasan parkir[1].
Begitulah betapa jahilnya mereka terhadap tata cara ibadah umat Islam. Ini menjadi PR bagi organisasi-organisasi Islam di Amerika untuk menunjukkan kepada non-muslim bagaimana bekerjsama umat Islam itu beribadah.
Menolong Sesama Manusia
Sisi manis dari filem ini yakni ia menunjukkan bagaimana Rizwan Khan tidak segan-segan menolong non-muslim yang sedang mengalami tragedi banjir. Tindakan Rizwan Khan ini memicu muslim yang lain untuk menolong para pengungsi itu. Ini bukan sesuatu yang mengherankan di dalam Islam. Karena Islam menyuruh umat Islam untuk menolong mereka yang mengalami kesulitan tidak peduli beda agama, ras, negara, dll. Sampai disitu saja toleransi yang diizinkan oleh Islam. Lebih dari itu ibarat toleransi dalam aqidah, ibadah dan hal-hal yang berafiliasi dengan syariah, yakni dihentikan dalam Islam. Makara jangan kebablasan dengan toleransi ya?
Layak Untuk Ditonton
Secara keseluruhan, filem ini patut ditonton oleh umat Islam yang tidak mengetahui apa yang dilalui oleh Muslim di Amerika. Di dalam filem ini ditunjukkan bagaimana hijab seorang perempuan muslim ditarik hingga lepas. Kejadian ini menyebabkan trauma bagi perempuan tersebut. Juga ketika di airport, mereka yang mempunyai nama Islam berkemungkinan besar untuk diinterograsi selama dua jam. Dan banyak kejadian-kejadian lainnya. Filem ini menunjukkan betapa paranoidnya masyarakat Amerika terhadap minoritas umat Islam di Amerika. Keparanoidan mereka itu disebabkan oleh salah paham terhadap Islam dan Muslim yang disebabkan oleh propaganda-propaganda media massa yang tidak bertanggung jawab. Media-media massa itu memfitnah agama Islam dalam kategori masal yang tidak pernah terjadi dulunya.
0 Komentar untuk "My Name Is Khan"