Pendidikan Menjadi Kebutuhan




Pendidikan yaitu suatu kebutuhan terus menerus manusia, dalam kehidupannya untuk menunjang kualitas hidupnya yang diharapkan akan mendapatkan hasil dari apa yang telah mereka pelajari. Pendidikan yang kini ini ada terdapat dua dimensi yaitu pendidikan formal dan informal, formal yang melalui jenjang sekolah namun jikalau informal diluar jenjang sekolah. yang Secara umum kita memandang bahwa Pendidikan merupakan upaya sadar orang remaja (terencana ataupun tidak), bertujuan untuk mewujudkan penerima didik secara aktif, menyebarkan potensi dirinya guna mempunyai kekuatan kecerdasan (intelektual, emosional dan spiritual), berupaya membentuk adat mulia dan menumbuhkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan. Baik untuk dirinya, masyarakat ataupun lingkungan di mana mereka berada. Sejalan dengan itu, sistem pendidikan nasionalpun telah berupaya menjawab dan mengendalikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisensi administrasi pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan zamannya. Di samping itu juga, sistem pendidikan berupaya mengendalikan pemerataan kesempatan pendidikan secara serasi, selaras dan seimbang.
Dengan sistem pendidikan nasional tersebut telah direncanakan dan dilaksanakan menurut amanat Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945, yakni Pemerintah Negara Indonesia merlindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melakukan ketertiban dunia yang menurut kemerdekaan, perdamaian awet dan keadilan sosial.
Dalam kehidupan masyarakat masa kini, citra secara umum bisa dilihat dengan banyaknya kemajuan yang dirasakan, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi ataupun komunikasi mulai dari yang sifatnya tradional sampai yang paling canggih. Di balik semua itu banyak pula dilihat, dirasakan dan didengar orang renta (langsung/tidak langsung) telah menyatakan keluhan terhadap keperihatinan terhadap anak-anaknya. Keluhan-keluhan tersebut mencakup ;
1). Pekerjaan terbatas dan tenaga kerja yang melimpah ruah, pengangguran terjadi di mana-mana, premanisasi semakin menjadi-jadi dari kalangan kaum muda.
2). Pergaulan bebas sudah tidak bisa dibatasi.
3). Model-model pakaian yang memicu kepada gairah seks.
4) Pergaulan anak dan orang renta kurang memperhatikan moral, akan tetapi lebih mementingkan kepada bahan dan keilmuan.
5).Persoalan agama hanya merupakan simbol-simbol ritual, sedangkan amaliyah dan syari’atnya kurang dikerjakan. Sehingga umat beragama nyaris kehilangan identitas keagamaannya.
Di samping duduk kasus di atas, pendidikan juga tidak lepas dari duduk kasus orang tua, di sana sini terkandung beban yang sangat berat guna membina generasi muda yang mempunyai “BOM” (Basic of Material). Banyak orang renta yang tidak bisa menyesuaikan harga (pembiayaan) pendidikan yang cukup mahal.
Kita tahu bahwa banyak terjadi duduk kasus perihal pendidikan di Negara Kita, dari mulai mahalnya pendidikan, akomodasi pendidikan yang tidak memenuhi syarat, korupsi disana-sini, praktek percaloan pendidikan, proyek pendidikan yang akhirnya menyensarakan rakyat, sekolah RSBI (rintisan sekolah bertararaf Internasional) yang akhirnya gurunya juga tidak semua berbahasa Inggris, dan pemaksaan lain yang terkesan Instan serta ego kekuasaan yang mengintervensi dunia pendidikan kita.
Perbaikan Pendidikan tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu atau dua tahun atau 1 periode atau tiap ganti menteri pendidikan ganti kebijakan. Pendidikan harus bisa menekankan sebagai upaya sadar bahwa pendidikan itu berkelanjutan, bisa saja tahun ini berhasil dengan baik tahun depan akan belum tentu lebih baik, ibarat pada kasus Ujian Nasional yang tiap tahun ganti hukum tapi tetap saja naskah soalnya bocor dan duduk kasus bertambah tiap tahunnya. Sehingga masyarakat menjadi gundah sebetulnya mau dibawa kemana arah pendidikan nasional kita.
Banyak pakar, pengamat pendidikan dan hebat pendidikan menunjukkan kritik yang membangun dan ada juga yang menjatuhkan, toh pada akhirnya kebijakan akan kalah dengan kuatnya kekuasaan, budaya ewuh pakewuh sering kali menyertai setiap tindakan untuk memajukan pendidikan kita.
Anak-anak sekolah yang duduk dibangku SD,SMP,SMA sangat berat mendapatkan beban pendidikan yang harus diselesaikan alasannya yaitu tuntutan hukum dari kurikulum yang baru, kekuatan para pengusaha buku yang menunjukkan keleluasaan mereka untuk mencengkeram dengan produksi buku-buku dengan menyogok kepala sekolah dan guru yang memakai bukunya dengan imbalan yang besar dari pengusaha penerbitan.
Ternyata orang tualah yang menjadi korban berikutnya, pendapatan secara ekonomi tidak meningkat namun pengeluaran terus meningkat, tuntutan anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak terus diupayakan akhirnya kualitas hidup mereka akan berkurang sebagai konsekwensi pendidikan anak. Terus bagaimana   akan mencapai maksimal prioritas jikalau setiap duduk kasus tidak ada penyelesaiannya.
Keinginan kami yaitu biar para penentu kebijkan itu menyadari bahwa kita masih berat jikalau kebijakan pendidikan itu tidak dikawal dengan baik atas nama rakyat, misalnya, jangan terus alasannya yaitu RSBI yang diusung oleh para kepala sekolah yang telah menikmati hasilnya dengan tanda tangan bersama lantas pemerintah kawasan dan sentra mengiyakan untuk dilanjutkan, padahal terjadi diskriminasi yang begitu besar terhadap orang yang tak bisa secara biaya tapi bisa secara intelektual alasannya yaitu tidak bisa menikmati akomodasi yang diberikan oleh sekolah yang katanya RSBI itu.
Semoga goresan pena ini menjadi perhatian kita bersama. Hari ini kita berjuang bukan untuk diri kita tapi untuk anak cucu kita.

Sumber : Gerakan Pemuda Indonesia Mandiri

Related : Pendidikan Menjadi Kebutuhan

0 Komentar untuk "Pendidikan Menjadi Kebutuhan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)